This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Rabu, 25 November 2015

VISI DAN MISI SMA KESATRIAN 1 SEMARANG

Visi



 SMA Kesatrian 1 Semarang berdiri sejak tanggal 20 Mei 1967. Dalam usianya yang telah 37 tahun menempatkan dirinya sebagai salah satu sekolah favorit yang menjadi dambaan warga masyarakat Semarang, khususnya dan Jawa Tengah umumnya. Dengan lokasi yang sangat strategis, memungkinkan bagi calon siswa dari manapun termasuk dari luar kota dan bahkan luar Jawa karena dekat dengan alur Pantura Semarang – Jakarta, apalagi Bandara Ahmad Yani juga berada di dekatnya. Dambaan dan harapan tersebut mengandung arti suatu tuntutan agar semua pelaksana kependidikan SMA Kesatrian 1 Semarang harus selalu meningkatkan kualitas dan kinerjanya agar selalu menjadi sekolah yang terbaik mutunya dalam kegiatan kependidikan.

       Berdasarkan Undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP nomor 29 tahun 1990, terutama pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan menengah atas (SMA) mengutamakan penyiapan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi.

       Untuk mewujudkan tujuan di atas sekaligus merespon kebijakan pemerintah di era reformasi yaitu Otonomi Daerah di bidang pendidkan yang akan diberlakukan di seluruh wilayah Indonesia, SMA Kesatrian 1 Semarang menetapkan visi sekolah :

“UTAMA DALAM IMAN DAN PRESTASI, BERLANDASKAN KEDISIPLINAN DAN KEKELUARGAAN”

       Dengan visi ini semua warga sekolah diharapkan memiliki arah ke depan jelas dan memiliki motivasi yang kuat dalam rangka mendukung tercapainya visi tersebut melalui misi yang jelas, yaitu :

   1. Unggul dalam kedisiplinan
   2. Unggul dalam aktifitas keagaman
   3. Ungguk dalam olah raga
   4. Unggul dalam perolehan NUM (Nilai Ulangan Umum)
   5. Unggul dalam perolehan NUAN (Nilai Ulangan Akhir Nasional)
   6. Unggul dalam persaingan SPMB (Seleksi Peneriman Murid Baru)
   7. Unggul dalam lomba kesenian
   8. Unggul dalam lomba keterampilan berbahasa

Misi




Berdasarkan pada visi sekolah yang dilengkapi dengan indikator, segenap warga SMA Kesatrian 1 Semarang diharapkan mempunyai gambaran yang jelas tentang keberadaannya di masa depan yang harus disertai dengan peningkatan dedikasi dan loyalitas, kerjasama yang baik antara segenap tenaga kependidikan, siswa dan masyarakat maka ditetapkanlahmisi yang jelas sebagai berikut :          
                        
  1. Menyiapkan generasi muda beriman, berakhlaqul karimah, berwawasan luas dan berdisiplin tinggi siap menyongsong masa depan.
  2. Membantu siswa mengenali potensi diri sehingga dapat dikembangkan secara optimal.
  3. Mengembangkan Sistem Pembelajaran yang efektif dan antisipatif terhadap perkembangan IPTEK.
  4. Menumbuhkan semangat kekeluargaan dan kebersamaan di sekolah dan masyarakat.

VISI DAN MISI SMA KESATRIAN 1 SEMARANG

Visi



 SMA Kesatrian 1 Semarang berdiri sejak tanggal 20 Mei 1967. Dalam usianya yang telah 37 tahun menempatkan dirinya sebagai salah satu sekolah favorit yang menjadi dambaan warga masarakat Semarang, khususnya dan Jawa Tengah umumnya. Dengan lokasi yang sangat strategis, memungkinkan bagi calon siswa dari manapun termasuk dari luar kota dan bahkan luar Jawa karena dekat dengan alur Pantura Semarang – Jakarta, apalagi Bandara Ahmad Yani juga berada di dekatnya. Dambaan dan harapan tersebut mengandung arti suatu tuntutan agar semua pelaksana kependidikan SMA Kesatrian 1 Semarang harus selalu meningkatkan kualitas dan kinerjanya agar selalu menjadi sekolah yang terbaik mutunya dalam kegiatan kependidikan.

       Berdasarkan Undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP nomor 29 tahun 1990, terutama pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan menengah atas (SMA) mengutamakan penyiapan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi.

       Untuk mewujudkan tujuan di atas sekaligus merespon kebijakan pemerintah di era reformasi yaitu Otonomi Daerah di bidang pendidkan yang akan diberlakukan di seluruh wilayah Indonesia, SMA Kesatrian 1 Semarang menetapkan visi sekolah :

“UTAMA DALAM IMAN DAN PRESTASI, BERLANDASKAN KEDISIPLINAN DAN KEKELUARGAAN”

       Dengan visi ini semua warga sekolah diharapkan memiliki arah ke depan jelas dan memiliki motivasi yang kuat dalam rangka mendukung tercapainya visi tersebut melalui misi yang jelas, yaitu :

   1. Unggul dalam kedisiplinan
   2. Unggul dalam aktifitas keagaman
   3. Ungguk dalam olah raga
   4. Unggul dalam perolehan NUM (Nilai Ulangan Umum)
   5. Unggul dalam perolehan NUAN (Nilai Ulangan Akhir Nasional)
   6. Unggul dalam persaingan SPMB (Seleksi Peneriman Murid Baru)
   7. Unggul dalam lomba kesenian
   8. Unggul dalam lomba keterampilan berbahasa

Misi




Berdasarkan pada visi sekolah yang dilengkapi dengan indikator, segenap warga SMA Kesatrian 1 Semarang diharapkan mempunyai gambaran yang jelas tentang keberadaannya di masa depan yang harus disertai dengan peningkatan dedikasi dan loyalitas, kerjasama yang baik antara segenap tenaga kependidikan, siswa dan masyarakat maka ditetapkanlahmisi yang jelas sebagai berikut :          
                        
  1. Menyiapkan generasi muda beriman, berakhlaqul karimah, berwawasan luas dan berdisiplin tinggi siap menyongsong masa depan.
  2. Membantu siswa mengenali potensi diri sehingga dapat dikembangkan secara optimal.
  3. Mengembangkan Sistem Pembelajaran yang efektif dan antisipatif terhadap perkembangan IPTEK.
  4. Menumbuhkan semangat kekeluargaan dan kebersamaan di sekolah dan masyarakat.

Rabu, 11 November 2015

PENGERTIAN PUISI





Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poites, yang berarti pembangun, pembentuk, pembuat. Dalam bahasa Latin dari kata poeta, yang artinya membangun, menyebabkan, menimbulkan, menyair. Dalam perkembangan selanjutnya, makna kata tersebut menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata kiasan (Sitomorang, 1980:10).
Menurut Vicil C. Coulter, kata poet berasal dari kata bahasa Gerik yang berarti membuat, mencipta. Dalam bahasa Gerik, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir menyerupai dewa-dewa atau orang yang amat suka pada dewa-dewa. Dia adalah orang yang mempunyai penglihatan yang tajam, orang suci, yang sekaligus seorang filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi (Situmorang, 1980:10)).
Ada beberapa pengertian lain. Menurut Kamus Istilah Sastra (Sudjiman, 1984), puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Putu Arya Tirtawirya (1980:9) mengatakan bahwa puisi merupakan ungkapan secara implisit, samar dengan makna yang tersirat di mana kata-katanya condong pada makna konotatif. Ralph Waldo Emerson (Situmorang, 1980:8) mengatakan bahwa puisi mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin.
William Wordsworth (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah peluapan yang spontan dari perasaan-perasaan yang penuh daya, memperoleh asalnya dari emosi atau rasa yang dikumpulkan kembali dalam kedamaian. Percy Byssche Shelly (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah rekaman dari saat-saat yang paling baik dan paling senang dari pikiran-pikiran yang paling senang.
Puisi adalah pemadatan kata. Bahasa dalam puisi itu “ padat dan berisi”. Padat berarti singkat, pendek. Berisi, berarti mengandung makna luas dan dalam. Struktur puisi ada 2 yaitu struktur fisik dan struktur batin. Struktur fisik meliputi :diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figurative (majas), tipografi (tata wajah), dan versifikasi yang mencakup rima, ritma dan metrum.  Struktur batin puisi adalah makna puisi atau hakikat puisi. Struktur batin puisi mencakup tema, perasaan, nada, dan suasana serta amanat (pesan). Karya satra puisi mempunyai unsure-unsur pengikat. unsur-unsur pengikat puisi adalah sebagai berikut.
1.    Penguasaan diksi; Penyair memliki kekayaan diksi dan mampu mengalirkan kata-kata pada makna utuh yang hendak dicapai,
2.    Kaya imaji (pencitraan); isi puisi yang mampu membuat pembaca berempati.
3.    Adanya keseimbangan antara bahasa kias (figuratif) dan kata-kata konkret, sehingga sajak-sajak yang dibuat tak terlalu gelap untuk ditafsirkan dan tidak terlalu mudah dimaknai. Puisi penyair pemula dan puisi anak-anak ialah yang mudah dimaknai karena minimnya bahasa kias yang digunakan, jenis ini disebut puisi diafan.
4.    Rima yang apik, yakni dengan mengetahui penggunaannya. Karena penggunaan rima berkaitan erat dengan ritma atau irama. Rima yang mengacu pada ruh kesedihan berbeda dengan rima yang bernada garang dan bringas.
5.    Mampu menciptakan efek-efek artistik pada larik dan bait untuk tujuan membangkitkan makna.
6.    Penggunaan enjambemen yang baik untuk menyelaraskan plot, sehingga bangunan tiap-tiap larik tak terkesan berdiri sendiri.
7.    Peletakan interpolasi (penyisipan kata pada kalimat puisi) di gugusan yang tepat untuk membantu memperjelas makna.
8.    Puisi merambah kepekaan, puisi mendulang sensitivitas, dan dengan itu penyair wajib memiliki feeling yang kuat terhadap objek dalam tulisannya.
9.    Penyair yang mengerti penggunaan sistim kode akan membantunya memperkaya pemaknaan puisi.
1.    PUISI  LAMA

               Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain (1) jumlah kata dalam 1 baris, (2) jumlah baris dalam 1 bait, (3) persajakan (rima), (4) banyak suku kata tiap baris, (5) irama.
a)   MACAM-MACAM PUISI LAMA

(1)     MANTRA
Mantra adalah merupakan puisi tua, keberadaannya dalam masyarakat Melayu pada mulanya bukan sebagai karya sastra, melainkan lebih banyak berkaitan dengan adat dan kepercayaan.
Contoh:
Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu


(2)     GURINDAM

Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari Tamil (India). Gurindam mempunyai beberapa cirri, yaitu (1) sajak akhir berirama a – a ; b – b; c – c dst., (2) berasal dari Tamil (India),  (3) isinya merupakan nasihat yang cukup jelas yakni menjelaskan atau menampilkan suatui sebab akibat.
Contoh :
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)

Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )

Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
(3)     SYAIR
Syair adalah puisi lama yang berasal dari Arab. Syair mempunyai beberapa cirri, yaitu (1)  setiap bait terdiri dari 4 baris, (2) setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata, (3) bersajak a – a – a – a, (4) Isi semua tidak ada sampiran (5) berasal dari Arab.
Contoh :
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
Negeri bernama Pasir Luhur (a)
Tanahnya luas lagi subur (a)
Rakyat teratur hidupnya makmur (a)\
Rukun raharja tiada terukur (a)
Raja bernama Darmalaksana (a)
Tampan rupawan elok parasnya (a)
Adil dan jujur penuh wibawa (a)
Gagah perkasa tiada tandingnya (a)

(4)     PANTUN
Pantun adalah puisi Melayu asli yang cukup mengakar dan membudaya dalam masyarakat. Syair mempunyai beberapa cirri, yaitu (1)  setiap bait terdiri 4 baris 4 baris, (2) baris 1 dan 2 sebagai sampiran, (3) baris 3 dan 4 merupakan isi, (4) bersajak a – b – a – b,  (5) setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata, (6) berasal dari Melayu (Indonesia)

Contoh :
Ada pepaya ada mentimun (a)
Ada mangga ada salak (b)
Daripada duduk melamun (a)
Mari kita membaca sajak (b)


a.    PANTUN BIASA
      Pantun biasa sering juga disebut pantun saja.
Contoh :
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati
b.    SELOKA (PANTUN BERKAIT)

Seloka adalah pantun berkait yang tidak cukup dengan satu bait saja sebab pantun berkait merupakan jalinan atas beberapa bait. Ada pun cirri seloka adalah (1) baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait kedua, (2) baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait ketiga, dan seterusnya.

Contoh :
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan

Kayu jati bertimbal jalan,
Turun angin patahlah dahan
Ibu mati bapak berjalan,
Ke mana untung diserahkan
c.    TALIBUN

Talibun adalah pantun jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya. Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.Jika satiu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi. Jadi,  apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c. Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d
Contoh :

Kalau anak pergi ke pecan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu


d.   PANTUN KILAT ( KARMINA )
Karmina adalah pantun yang jumlah baris pada setiap bait dua. Baris pertama sampiran dan  baris kedua isi. Ciri-ciri karmina adalah (1) setiap bait terdiri dari 2 baris
baris pertama merupakan sampiran, (c) baris kedua merupakan isi, (d) bersajak a – a, (e)
setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
Contoh :
Dahulu parang, sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)

1.    PANTUN ANAK-ANAK
Contoh :
Elok rupanya si kumbang jati
Dibawa itik pulang petang
Tidak terkata besar hati
Melihat ibu sudah dating
2.    PANTUN ORANG MUDA
Contoh :
Tanam melati di rama-rama
Ubur-ubur sampingan dua
Sehidup semati kita bersama
Satu kubur kelak berdua
3.    PANTUN ORANG TUA
Contoh :
Asam kandis asam gelugur
Kedua asam riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang
4.    PANTUN JENAKA
Contoh :
Elok rupanya pohon belimbing
Tumbuh dekat pohon mangga
Elok rupanya berbini sumbing
Biar marah tertawa juga
5.    PANTUN TEKA-TEKI
Contoh :
Kalau puan, puan cemara
Ambil gelas di dalam peti
Kalau tuan bijak laksana
Binatang apa tanduk di kaki





Puisi baru tidak sama dengan puisi lama. Isi, bentuk, irama, dan bentuk persajakan dalam puisi lama sudah berubah dalam puisi baru. Jenis-jenis  puisi baru dapat dibedakan menjadi beberapa hal.
A.      MENURUT JUMLAH LARIK TIAP BAIT
1.    DISTIKON
Distikon adalah sanjak 2 seuntai, biasanya bersajak sama. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini.
Contoh :
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal

Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
2.    TERZINA
Terzina adalah sanjak 3 seuntai. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini.
Dalam ribaan bahagia dating
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
    (Dari Madah Kelana Karya : Sanusi Pane)
3.    QUATRAIN
Quatrain adalah sanjak 4 seuntai. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini.
  Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)
4.    QUINT
  Quint adalah sanjak 5 seuntai. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini.
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakana
Kepada tuan
Yang pernah merasakan

Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
5.    SEXTET
Sextet adalah sanjak 6 seuntai. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini.
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernafas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
6.    SEPTIMA
Septima adalah sanjak 7 seuntai. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini.
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya  (Muhammad Yamin)
7. STANZA ( OCTAV )
Octav adalah sanjak 8 seuntai. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini.
Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang   (Sanusi Pane)
8. SONETA
a.    Pengertian & Ciri Soneta
Soneta adalah bentuk kesusasteraan Italia yang lahir sejak kira-kira pertengahan abad ke-13 di kota Florance. Soneta mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:  
1)        terdiri atas 14 baris,
2)        terdiri atas 4 bait, yang terdiri atas 2 quatrain dan 2 terzina,
3)        dua quatrain merupakan sampiran dan merupakan satu kesatuan yang disebut octav,
4)        dua terzina merupakan isi dan merupakan satu kesatuan yang disebut isi yang disebut sextet,
5)        bagian sampiran biasanya berupa gambaran alam,
6)        sextet berisi curahan atau jawaban atau kesimpulan daripada apa yang dilukiskan dalam ocvtav , jadi sifatnya subyektif,
7)        peralihan dari octav ke sextet disebut volta,
8)        penambahan baris pada soneta disebut koda.
9)        jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9 – 14 suku kata
10)        rima akhirnya adalah a – b – b – a, a – b – b – a, c – d – c, d – c – d
Contoh

Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
(Muhammad Yamin)

Fungsi Soneta
Pada masa lahirnya, Soneta dipergunakan sebagai alat untuk menyatakan curahan hati. Kini tidak terbatas pada curahan hati semata-mata, melainkan perasaan-perasaan yang lebih luas seperti :
1.      Pernyataan rindu pada tanah air
2.      Pergerakan kemajuan kebudayaan
3.      Ilham sukma
4.      Perasaan keagamaan

b.   Soneta Digemari Sastrawan Pujangga Baru
Faktor-faktor Soneta digemari oleh para Pujangga Baru antara lain :
1)   Adanya penyesuaian dengan bentuk pantun ; yakni Octav dalam Soneta yang bersifat obyektif itu hampir sejalan dengan sampiran pada pantun. Sedangkan sextet Soneta yang sifatnya subyektif itu merupakan isi pantun.
2)   Baris-baris Soneta yang berjumlah 14 buah itu cukup untuk menyatakan perasaan atau curahan hati penyairnya.
3)   Soneta dapat dipakai untuk menyatakan beraneka ragam perasaan atau curahan hati penyairnya.
c.    Persamaan & Perbedaan Soneta dengan Pantun
1)        Pantun dan Soneta sama-sama mempunyai sampiran atau pengantar dan isi atau kesimpulan.
2)        Soneta puisi asli Italia, Pantun puisi asli Melayu
3)        Satu bait Soneta terdiri terdiri dari 14 baris, satu bait Pantun terdiri atas 4 baris
4)        Soneta berima bebas, pantun berima a-b-a-b
B.       MENURUT ISINYA

Bentuk-bentuk puisi baru berdasarkan isi yang terkandung di dalamnya adalah:
1.      Ode
Sajak atau puisi yang isinya mengandung pujian kepada seseorang, bangsa dan Negara, atau pun sesuatu yang dianggap mulia. Karena isinya itulah, ode disebut juga sebagai puji-pujian. Persajakan ode tidak beraturan atau bebas.
Contoh >Menara sakti
( Kepada arwah HOS. Cokroaminoto) , karya A Hasjmy

2.      Himne
Sajak pujaan, yaitu puji-pujian kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Himne disebut juga sajak atau puisi ketuhanan.
Contoh:Padamu jua, karya Amir Hamzah

3.      Elegi
Elegi merupakan sajak duka nestapa. Isi sajak ini selalu mengungkapkan sesuatu yang menyayat hati, mendayu-dayu dan mengharu-biru.
Contoh: Bertemu, karya Sutan Takdir Alisyahbana



4.        Epigram
Sajak atau puisi yang berisi tentang ajaran-ajaran moral, nilai-nilai hidup yang baik dan benar, yang dilukiskan dengan ringkas. Terkadang ditulis dengan kata-kata atau kalimat-kalimat sindiran atau kecaman pahit.
Contoh: Pemuda, karya Surapati
5.        Satire
Sajak atau puisi yang isinya mengecam, mengejek dengan kasar (sarkasme) dan tajam (sinis) suatu kepincangan atau ketidakadilan yang ada dalam masyarakat.
Contoh: Marhaen, karya Sanusi pane

6.        Romance
Romance adalah sajak atau puisi yang berisi tentang cinta kasih. Cinta kasih ini tidak hanya cinta kasih antara dua orang kekasih, tetapi juga cinta kasih dalam bentuk lainnya. Misalnya cinta terhadap suasana damai dan tentram, cinta keadilan, cinta terhadap bangsa dan Negara juga cinta kepada Tuhan.
Contoh: Anakku, karya J.E. Tatengkeng
7.        Balada
Sajak atau puisi yang berisikan cerita atau kisah yang mungkin terjadi atau hanya khayalan penyairnya saja.
     Contoh: Kristus di Medan Perang, karya Situr Situmorang

8.        Soneta
Soneta adalah salah satu bentuk puisi baru yang berasal dari Italia dan masuk ke Indonesia melalui pemuda terpelajar Indonesia yang belajar di Eropa, terutama Belanda.Tokoh sonata terkenal dan dianggap sebagai bapak sonata Indonesia adalah Mohammad Yamin dan Rustam Effendi.
Soneta yang asli terdiri atas empat belas kalimat seluruhnya. Namun sonata yang ada di Indonesia jumlah barisnya lebih dari empat belas kalimat. Tambahan baris kalimat dalam sonata tersebut dinamakan koda atau ekor.
Contoh:Kehilangan Mestika, karya A. Kartahadimadja
Untuk Tini Kusuma, karya Moch. Yamin

9.        Puisi epik,
yakni suatu puisi yang di dalamnya mengandung cerita kepahlawanan, baik kepahlawanan yang berhubungan  dengan legenda, kepercayaan, maupun sejarah. Puisi epik dibedakan menjadi folk epic, yakni jika nilai akhir puisi itu untuk dinyanyikan, dan literary epic, yakni jika nilai akhir puisi itu untuk dibaca, dipahami, dan diresapi maknanya.
10.    Puisi naratif
yakni puisi yang di dalamnya mengandung suatu cerita, menjadi pelaku, perwatakan, setting, maupun rangkaian peristiwa tertentu yang menjalin suatu cerita. Jenis puisi yang termasuk dalam jenis puisi naratif ini adalah balada yang dibedakan menjadi folk ballad dan literary ballad. Ini adalah ragam puisi yang berkisah tentang kehidupan manusia dengan segala macam sifat pengasihnya, kecemburuan, kedengkian, ketakutan, kepedihan, dan keriangannya. Jenis puisi lain yang termasuk dalam puisi naratif adalah poetic tale, yaitu puisi yang berisi dongeng-dongeng rakyat.
Puisi lirik, yakni puisi yang berisi luapan batin individual penyairnya dengan segala macam endapan pengalaman, sikap, maupun suasana batin yang melingkupinya. Jenis puisi lirik umumnya paling banyak terdapat dalam khazanah sastra modern di Indonesia. Misalnya, dalam puisi-puisi Chairil Anwar, Sapardi Djoko Damono, dan lain-lain.

11.    Puisi dramatik
yakni salah satu jenis puisi yang secara objektif menggambarkan perilaku seseorang, baik lewat lakuan, dialog, maupun monolog sehingga mengandung suatu gambaran kisah tertentu. Dalam puisi dramatik dapat saja penyair berkisah tentang dirinya atau orang lain yang diwakilinya lewat monolog.

12.    Puisi didaktik
yakni puisi yang mengandung nilai-nilai kependidikan yang umumnya ditampilkan secara eksplisit.

13.    Puisi satirik
yaitu puisi yang mengandung sindiran atau kritik tentang kepincangan atau ketidakberesan kehidupan suatu kelompok maupun suatu masyarakat.
14.    Romance, yakni puisi yang berisi luapan rasa cinta seseorang terhadap sang kekasih.

15.    Elegi, yakni puisi ratapan yang mengungkapkan rasa pedih dan kedukaan seseorang.

16.    Ode, yakni puisi yang berisi pujian terhadap seseorang yang memiliki jasa ataupun sikap kepahlawanan.

17.    Hymne, yakni puisi yang berisi pujian kepada Tuhan maupun ungkapan rasa cinta terhadap bangsa dan tanah air.



Rima adalah pengulangan bunyi yang berselang, baik dalam larik sajak maupun pada akhir larik sajak. Rima merupakan salah satu unsur penting dalam puisi. Melalui rima inilah, keindahan suatu puisi tercipta. Rima tidak selalu berada di akhir baris dalam satu bait. Rima juga dapat ditemukan dalam satu baris.
Jenis/macam rima
A.   Rima akhir, yaitu persamaan bunyi pada akhir baris
Macam rima akhir adalah
1. rima silang [a-b-a-b],
Contoh:
Angin pulang menyejuk bumi
Menepuk teluk menghempas emas
ari ke gunung memuncak sunyi
erayun-ayun di atas alas
(Amir Hamzah)
2. rima terus [a-a-a-a],
Contoh:
Di lereng gunung lembah menghijau
Air terjun menghimbau-himbau
Meraih beta pelipur risau
Turut hasrat hendak menjangkau
(Dali S. Sinaga)
3. rima pasang [a-a-b-b],
Contoh:
Indonesia tanah airku
tanah tumpah darahku
di sanalah aku digusur
dari tanah leluhur ……
(Husni Djamaludin)
4. rima patah [a-a-a-b/a-b-a-a/a-a-b-a],
Contoh:
Selalu kau teringat padaku?
Seperti aku tak pernah lupa padamu?
Tak sepatah keluar dari mulutmu
Tapi setitik air mata tercurah
(Sitor Situmorang)
5. rima peluk [a-b-b-a]
Contoh:
Di lengkung cahaya berhias bintang
Cahaya bulan di ombak menitik
Embun berdikit turun merintik
Engkau menantikan ikan datang …….
(J.E. Tatengkeng)
B.   Rima datar yaitu persamaan bunyi pada tiap-tiap larik sajak.
Macam rima datar adalah
1. rima asonansi [pengulangan bunyi vokal]
Contoh:
burung perkutut di ladang berumput
neba berkawan menelani kerikil
kami segan memasang pulut
memikat burung begitu mungil
(Piek  Ardijanto Soeprijadi)
2. rima aliterasi [pengulangan bunyi konsonan]
Contoh:
Kaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu ……
(Amir Hamzah)

Didalam sebuah karya sastra utamanya dalam sebuah karangan fiksi sering kita jumpai bahasa-bahasa yang imajinatif yang ditujukan untuk memperindah sebuah cerita. Itulah yang sering kita kenal dengan Gaya Bahasa atau Majas.
Didalam khasanah Bahasa Indonesia, Majas dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
Majas Perbandingan
Majas Penegasan
Majas Perulangan
Majas Pertautan
A.      MAJAS PERBANDINGAN
Gaya bahasa perbandingan terdiri atas beberapa gaya bahasa. Di antaranya seperti yang tertulis di bawah ini:
1.        Perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan, tetapi sengaja dianggap sama. Biasanya pada majas ini diterangkan oleh pemakaian kata seperti, sebagai, ibarat, umpama, bak, dan laksana.
Contoh: Dua bersaudara itu seperti minyak dengan air, tidak pernah rukun.
2.        Metafora adalah perbandingan yang implisit, tanpa kata pembanding seperti atau sebagai diantara dua hal yang berbeda.
Contoh: Para kuli tinta mendengarkan penjelasan tentang kenaikan harga BBM.
3.        Personifikasi atau penginsanan adalah gaya bahasa yang menggunakan sifat-sifat insani pada barang yang tidak bernyawa.
Contoh: Dengarlah nyanyian pucuk-pucuk cemara.
4.    Alegori adalah gaya bahasa yang memperlihatkan perbandingan yang utuh. Beberapa perbandingan membentuk satu kesatuan. Alegori merupakan metafora yang diperluas dan berkesinambungan, biasanya mengandung pendidikan dan ajaran moral.
     Contoh: Berhati-hatilah dalam mengemudikan bahtera kelangsungan kehidupan keluargamu, sebab lautan kehidupan ini penuh ranjau, topan yang ganas, batu karang, dan gelombang yang setiap saat dapat menghancurkleburkan. Oleh karena itu, nakhoda harus selalu seia sekata dan satutujuan agar dapat mencapai pantai bahagia dengan selamat.
5.        Pleonasme adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata mubazir.
Contoh: Saya menyaksikan pembakaran rumah itu dengan mata kepala saya sendiri.
6.        Tropen adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu dengan membandingkan suatu pekerjaan atau perbuatan dengan kata lain yang mengandung pengertian yang sejalan dan sejajar.
Contoh: Setiap malam ia menjual suaranya untuk nafkah anak dan istrinya.

7.        Perifrasis adalah Gaya bahasa yang melukiskan sesuatu dengan menguraikan sepatah kata menjadi serangkaian kata yang mengandungarti yang sama dengan kata yang digantikan itu.
Contoh: Ketika matahari hilang dibalik gunung barulah ia pulang.
B.       MAJAS PERTENTANGAN
Gaya bahasa pertentangan ini juga terdiri atas sejumlah gaya bahasa. Di bawah ini adalah gaya bahasa pertentangan yang sering dipakai.
1.    Hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih – lebihan, atau membesar – besarkan sesuatu yang dimaksud dengan tujuan memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi, memperhebat, serta meningkatkan kesan dan pengaruhnya.
Contoh: Teriakan para pengunjuk rasa itu membelah angkasa
2.    Litotes adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang dikecil – kecilkan, dikurangi dari kenyataan yang sebenarnya, tujuannya untuk merendahkan diri. Litotes merupakan lawan dari hiperbola.
Contoh: Jakarta sebagai kota metropolitan bukan kota yang kecil dan sepi.
3.    Ironi adalah gaya bahasa yang berupa sindiran halus berupa pernyataan yang maknanya bertentangan dengan makna sebenarnya.
Contoh: Pagi benar engkau datang, Hen! Sekarang, baru pukul 11.00
4.    Paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta – fakta yang ada.
Contoh: Musuh sering merupakan kawan yang akrab.
5.    Klimaks adalah gaya bahasa yang berupa susunan ungkapan yang makin lama makin mengandung penekanan.
Contoh: Dua hari yang lalu korban kerusuhan berjumlah lima belas orang, kemarin bertambah menjadi dua puluh, sekarang terhitung sejumlah tiga puluh orang.
6.    Antiklimaks merupakan gaya bahasa kebalikan dari klimaks. Dalam gaya bahasa antiklimaks, susunan ungkapannya disusun makin lama makin menurun.
Contoh: Bukan hanya Kepala Sekolah dan Guru yang mengumpulkan dana untuk korban kerusuhan, para murid ikut menyumbang semampu mereka.
7.    Antitesis Gaya bahasa pertentangan yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan kepaduan kata yang berlawanan arti.
Contoh: Cantik atau tidak,kaya atau miskin, bukanlah suatu ukuran nilai seorang wanita.
8.    Okupasi merupakan gaya bahasa yang melukiskan sesuatu dengan bantahan, tetapi kemudian di beri penjelasan atau diakhiri kesimpulan.
Contoh: Merokok itu merusak kesehatan, akan tetapi si perokokk tidak dapat menghentikan kebiasaannya.Maka muncullah pabrik-pabrik rook karena untungnya banyak.
9.    Kontradiksio Intermimis merupakan gaya bahasa yang memperlihatkan pertentangan dengan penjelasan semula.
Contoh: Semua murid di kelas ini hadir, kecuali si Hasan yang sedang ikut Jambore.

C.      MAJAS PERTAUTAN

Gaya bahasa pertautan terdiri atas beberapa gaya bahasa yaitu sebagai berikut;
1.    Metonimia adalah gaya bahasa yang menggunakan nama cirri atau nama hal yang ditautkan dengan segala sesuatu sebagai penggantinya.
Contoh: Sang Merah Putih berkibar dengan gagahnya di angkasa.

2.    Sinekdoke ini terdiri atas dua gaya bahasa.
a.    Pars Prototo adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagian, tetapi yang dimaksud keseluruhan.
Contoh: Setiap kepala dikenai sumbangan sebesar Rp 1. 500,00
b.    Totem pro parte adalah gaya ahasa yang menyebutkan keseluruhan tetapu yang dimaksudkan sebagian.
Contoh: Sekolah kami sudah dua kali mendapat juara pertama dalam lomba cerdas
              cermat bahasa Inggris.
3.    Alusio adalah gaya bahasa yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa, tokoh, dan tempat yang sudah banyak dikenal oleh pembaca. Gaya bahasa ini juga tidak menggunakan peribahasa, ungkapan, atau sampiran pantun yang isinya telah diketahui oleh umum.
Contoh: Jangan seperti kura – kura dalam perahu.
4.    Eufimisme adalah gaya bahasa yang berupa ungkapan – ungkapan halus, untuk menggantikan ungkapan yang dirasa kasar, kurang sopan, atau kurang menyenangkan.
Contoh: Sayang, anak setampan itu hilang akal.
D.      MAJAS PERTENTANGAN
1.    Gaya bahasa perulangan yang sering digunakan seperti di bawah ini.
Aliterasi adalah sejenis gaya bahasa yang memangaatkan pemakaian kata – kata permulaan yang sama bunyi. Gaya bahasa ini biasa digunakan pada karangan fiksi yang berupa puisi.
  Contoh:    Dara damba daku
                Datang dari danau

2.    Asonansi adalah gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan vocal yang sama. Biasanya dipakai dalam karya puisi atau dalam prosa untuk memperoleh efek penekanan atau menyelamatkan keindahan.
Contoh: Muka muda mudah marah
tiada siaga tiada biasa
jaga harga tahan harga

E.       MAJAS PENEGASAN

Gaya bahasa penegasan terdiri atas beberapa gaya bahasa, antara lain:
1.        Repetisi adalah majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan mengulang kata atau beberapa kata berkali-kali,yang biasanya dipergunakan dalam pidato.
Contoh: Kita junjung dia sebagai pemimpin,kita junjung dia sebagai pelindung.

2.     Paralelisme adalah majas penegasan yang seperti repetisi tetapi dipakai dalam puisi.
Contoh: Kalau kau mau, aku akan datang

Jika kau menghendaki,aku akan datang
Bila kau minta, aku akan dating
3.    Tautologi adalah majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan kata-kata yang sama artinya untuk mempertegas arti
Contoh: Saya khawatir serta was-was akan keselamatannya.
4.    Simetri adalah majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan satu kata, Kelompok kata atau kalimat yang diikuti kata, kelompok kata yang seimbang artinyan dengan kata pertama.
Contoh: Kakak berjalan tergesa-gesa, sepoerti orang dikejar anjing gila.

5.    Enumerasio adalah majas penegasan yang melukiskan beberapa peristiwa membentuk satu kesatuan yang dituliskan atu per satu supaya tiap-tiap peristiwa dalam keseluruhannya terlihat jelas.
Contoh: Angin berhembus, laut tenang, bulan memancar lagi.

6.    Rettorik adalah majas penegasan dengan menggunakan kalimat Tanya yang sebenarnya tidak membutuhkan jawaban.
Contoh: Mana mungkin orang mati hidup kembali

7.     Koreksio adalah majas penegasan berupa membetulkan kembali kata-kata yang salah diucapkan, baik sengaja atau tidak sengaja.
Contoh: Hari ini sakit ingatan, eh…maaf, sakit kepala maksudku.

8.    Asidenton adalah majas penegasan yang menyebutkan beberapa benda, hal atau keadaan secara berurutan tanpa memakai kata penghubung.
Contoh: Kemeja, sepatu, kaos kaki, dibelinya di toko itu.

9.    Polisidenton adalah majas penegasan yang menyatakan beberapa benda, orang, hal atau keadaan secara berturut-turut denganmemakai kat apenghubung.
Contoh: Dia tidak tahu, tatapi tetap saja ditanyai, akibatnya dia marah-marah.

10.    Ekslamasio adalah majas penegasan yang memakai kata-kata seru sebagai penegas.
Contoh: Amboi, indahnya pemandangan ini!
11.    Praeterito adalah majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan menyembunyikan atau merahasiakan sesuatu dan pembaca harus menerka apa yang disembunyikan itu.
Contoh: Tidak usah kau sebut namanya, aku sudah tahu siapa penyebab kegaduhan ini.

12.     Interupsi adalah majas penegasan yang mempergunakan kata-kata atau bagian kalimat yang disisipkan diantara kalimat pokok untuk lebih menjelaskan dan menekankan bagian kalimat sebelumnya.
Contoh: Aku, orang yang sepuluh tahun bekerja disini, belum pernah dinaikkan pangkatku.

Gaya bahasa sering digunakan dalam karangan fiksi. Bahasa dalam karangan fiksi lebih bebas dari karangan nonfiksi atau ilmiah. Oleh karena itu, bahasa dalam karangan ilmiah adalah bahasa baku dan bermakna lugas. Dalam karangan fiksi gaya bahasa diperlukan untuk memperindah cerita.

TERAPAN MAJAS DALAM PUISI

Menurut Waluyo, 1995:25, puisi adalah jenis teks sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian fisik dan batinnya. Dalam dunia sastra Indonesia, puisi meruakan salah satu bentuk kesusastraan yang paling tua. Sedangkan majas sebagai bagian dari gaya bahasa merupakan salah satu unsur pendukung keindahan sebuah puisi. Semua jenis majas, baik itu majas perbandingan, majas pertentangan, majas pertautan, dan majas penegasan, bisa digunakan sebagai bagian dari puisi. 
Beberapa jenis puisi majas diantaranya adalah:
# MAJAS PERBANDINGAN
Oh bangsa tercintaku..
Bangsa yang terombang - ambing oleh badai politik nasional yang tidak berujung
Membuat bangsaku ini laksana berada di ujung tanduk sebuah kehancuran
Bangsaku..tanah airku..bangsa yang kaya namun kurasakan betapa sulitnya mencari sebutir nasi di negeri sendiri ini..

# MAJAS METAFORA
Kami adalah anak kampung
Kami adalah anak dusun
Kami adalah anak yang tumbuh diantara suburnya rasa bergotong royong dan manisnya tutur sapa akrab antar orang kampung satu dan lainnya..


# MAJAS PERSONIFIKASI
Aku ingin mencintaimu seperti sendok yang mencintai garpu
Aku akan selalu setia kepadamu seperti sikat pasta gigi yang setia kepada sikat gigi.
Aku selalu berkorban untukmu seperti lilin yang mengorbankan dirinya meleleh demi menjaga supaya api tetap bisa menyala

# MAJAS HIPERBOLA
Walaupun mentari membakar kulitku, aku akan terus berjalan mencari cintamu
Meski tenggorokanku kering kerontang menahan dahaga, aku akan tetap brdiri dibawah teriknya mentari menantimu
Biar peluru menembus dadaku, akan kuperjuangkan detak jantungku untuk tetap berdetak sampai aku melihat wajahmu yang ayu.

# MAJAS REPETISI
Buku..
Buku ku hanya satu
Buku itu selalu ada padaku
Buku ang selalu aku rindu
Buku yang selalu menemaniku kapanpundan dimanapun aku berada
Bukuku yang satu itu kini telah hilang..siring dengan hilangnya semangat hidupku

Menulis  puisi sepertinya gampang gampang saja namun ternyata banyak yang harus di perhatikan agar puisi itu sendiri hidup saat di baca, mempunyai alur dan makna yang jelas, bahkan sang pembaca bisa terhanyut dan terbawa kedalamnya.
Tidak cukup hanya dengan semangat menulis saja tapi harus ada ide dan kata-kata yang indah dan mempunyai makna yang indah pula. Selain cara membuat puisi dengan trik tapi sebenarnya harus ada bakat atau kreatifitas. Jika sudah berbakat menulis puisi akan sangat gampang seseorang yang memiliki bakat tersebut menjadi pujangga bahkan penyair sekalipun.
Berikut Cara menulis puisi:
1.    Pencarian ide, carilah ide seperti judul yang menurut kamu bagus atau judul yang sesuai dengan kondisi, situasi kamu saat ini, biasanya akan lebih gampang merangkai kata nantinya.
2.    Penulisan, penulisan harus tepat posisi tempat hingga kata-kata dapat tersusun dengan benar.
3.    Perbaikan atau Revisi, yang di maksud adalah perbaikan setelah puisi sudah selesai di buat. Adakah kata-kata yang perlu kamu ubah atau susunan kalimatnya.
Ada orang yang mengatakan “Saya bisa menulis puisi jika sedang berada di kamar yang sunyi.” Ada pula yang mengatakan “Saya bisa menulis puisi di mana saja.” Pendapat lain mengatakan “Saya bisa menulis puisi saat hati saya sedang sedih.”
Ungkapan-ungkapan di atas, hanya sebagian kecil saja pendapat orang tentang menulis puisi. Ada berbagai cara yang bisa digunakan untuk mengasah keterampilan menulis puisi dengan baik & Benar. Puisi dapat ditulis berdasarkan catatan harian.

A.      UNSUR INTRINSIK
1.        DIKSI
Yaitu pilihan kata yang dipakai oleh penyair dalam mengungkapkan perasaan atau pikirannya. Beberapa kata yang memiliki kesamaan atau kemiripan arti oleh penyair belum tentu bisa dipakai semuanya, ia hanya akan memilih salah satu atau tidak semua untuk mewakili apa yang hendak ia ungkapkan. Pemilihan kata dalam puisi sangat penting. Hal ini berpengaruh pada keindahan, kedalaman dan kepadatan makna puisi tersebut.
Perhatikan contoh di bawah ini!
Matahari marah
Ulah manusia
Menghancurkan semesta

Larik puisi di atas menjadi lebih bagus, lebih indah, lebih menusuk maknanya ketika kita ubah pilihan katanya menjadi sebagai berikut.
Mentari nanar
Ulah manusia
Membinasa semesta
Kata matahari  diganti dengan kata mentari, yang artinya sama. Kata marah diganti dengan nanar. Kedua kata ini memiliki kesamaan arti. Nanar di antara artinya dalam KBBI adalah marah sekali (mata gelap). Kata menghancurkan diganti dengan kata membinasa, yang memiliki kemiripan arti. Setelah penggantian dilakukan terasa puisi lebih menggetarkan di hati. Inilah pentingnya diksi/pilihan kata. Kemampuan memilih kata ini sangat diperlukan untuk menjadi seorang penyair yang sukses. Kemampuan ini  kuncinya adalah penguasaan kosa kata yang banyak oleh penulis.
Kata Berlambang
Salah satu gaya bahasa atau pilihan kata yang dipakai dalam puisi adalah kata berlambang. Kata berlambang maksudnya adalah memilih suatu lambang untuk menyatakan makna tertentu. Lambang di sini adalah benda, contohnya pohon, pisau, bunga, dan lain-lain.
Perhatikan contoh berikut.
Ibu mencintamu seperti mentari
Ibu mencintamu seperti lautan
Hangat dan dalam

Kata mentari dan lautan menjadi lambang bagi cinta ibu.
Api membara
Membakar desa
Menjalar
Membakar kota
Membakar apa yang ada
Api dari mulut berbisa

Kata api dipakai untuk menjadi lambang bagi kata-kata yang keluar dari mulut orang yang suka memfitnah dan mengadu domba.
2.        SUASANA & NADA PUISI
Suasana adalah perasaan yang timbul pada pembaca ketika membaca sebuah puisi. Seperti apa suasana hati yang timbul ketika sebuah puisi itu dibaca oleh seseorang. Bisa jadi kita merasakan suasana hati yang menyesal, kecewa, sedih, gembira, semangat, dan lain-lain.
Perhatikan contoh berikut.
Lelah dan letih tak peduli
Asa terus membara
Ada masa yang dicita
Di balik gunung pendakian pasti ada mentari
Yang cahayanya menerangi
Langkah tak akan henti
Peluh keringat tabungan hari
Lautan ilmu hendak direnangi
Suasan hati kita membaca puisi di atas adalah kita menjadi ikut bersemangat. Puisi di atas menggambarkan betapa bersemangatnya seseorang dalam menuntut ilmu.
Sedangkan Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya, misalnya sikap rendah hati,  
      menggurui, mendikte, persuasif, dan lain-lain.

3.        MAKSUD DAN ISI PUISI

Menggali makna puisi bukan pekerjaan mudah memang. Mencoba menentukan apa maksud sebenarnya di balik berbagai pilihan kata penulis puisi membutuhkan wawasan yang luas tentang berbagai hal, hati yang peka, dan lebih mantap lagi jika si pengulas juga seorang yang punya banyak jam terbang dalam menulis puisi.

Menafsirkan dengan pas maksud puisi tentu tidak bisa. Yang paling mungkin adalah mendekati maksud sebenarnya. Tentu terbuka penafsiran lain bagi yang juga ingin menafsirkan puisi yang sama.

Berikut penulis akan mencoba menafsirkan beberapa puisi dari penulis terkenal yang puisinya mungkin sudah kita kenal dan hafal. Terbuka kritik dan saran untuk penafsiran yang penulis. Yang mau bersama-sama membuat penafsiran, tentu itu yang lebih baik.
Jalan Segara (Karya Taufiq Ismai)

Di sinilah penembakan
Kepengecutan
Dilakukan
Ketika pawai bergerak
Dalam panas mataharI
Dan pelor pembayar pajak
Negeri ini
Ditembuskan ke punggung
Anak-anaknya sendiri
1966

Jalan Segara menceritakan tentang kegiatan demonstrasi (mahasiswa). Segara artinya lautan. Seakan jalan raya telah dipenuhi lautan manusia yang berdemonstrasi menyampaikan keluhan-keluhannya kepada pemerintah yang zalim. Lalu pemerintah yang berkuasa menunjukkan kehebatan dan besarnya kekuatan mereka dengan menembak para demonstran itu. Tempat penembakan itu adalah di jalan, tempat di mana mereka berdemonstrasi. Tindakan zalim ini adalah sebuah bukti sikap pengecut penguasa. Mereka takut mengakui kesalahan dan bersikukuh dengan kekuasaannya walau harus menembak orang-orang yang hanya bersenjata suara dan hati nurani.
Dan pelor membayar pajak negeri ini.
Maksudnya adalah rakyat dengan segala kemiskinannya tak sanggup lagi menopang hidup keluarganya, apalagi membayar pajak. Kematian akhirnya menjadi harga yang pantas untuk melunasi pajak-pajak yang semestinya dibayar rakyat tersebut. Peluru yang ditembuskan ke dada mereka melunasi seluruh pajak yang semestinya mereka tanggungkan. Peluru itu ditembakkan penguasa saat demonstrasi dilakukan.
Larik ini adalah sebuah ejekan yang sangat pahit kepada para penguasa tentang betapa zalimnya penguasa saat itu.
Ditembuskan ke punggung anak-anaknya sendiri.
Semestinya penguasa menjadi pelindung rakyatnya, sebagaimana seorang ayah melindungi anak-anaknya. Yang terjadi adalah penguasa membunuh rakyatnya sendiri.
    DERAI- DERAI CEMARA ( Karya Chairil Anwar)
Cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
Aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
    Hidup hanya menunda kekalahan
   tambah terasing dari cinta sekolah rendah
   dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
   sebelum pada akhirnya kita menyerah
  1949
Ketika membaca puisi ini, jiwa terasa langsung melayang, mengalun dalam suatu suasana yang lembut, indah, syahdu, tapi sayu.
Bait pertama puisi ini menjadikan suasana alam yang tampak oleh penyair sebagai perwakilan bagi apa yang saat itu ia rasakan. Secara keseluruhan puisi  ini menggambarkan perasaan Chiril yang merasa dirinya lebih tenang, lebih dewasa, lebih bisa merasakan makna kehidupan
Aku sekarang orangnya bisa tahan/sudah berapa waktu bukan kanak lagi/tapi dulu memang ada suatu bahan/ yang bukan dasar perhitungan kini.
Si Aku sekarang sudah bisa tahan berhadapan dengan bala dan warna-warni dunia. Daya tahan yang baru bisa dimiliki setelah melewati masa yang berat sebagai orang-orang yang belum berpengalaman. Pengalaman yang pahit, berat, dan panjanglah yang membuat orang bisa menjadi arif dan punya daya tahan terhadap ragam warna dunia. Si Aku sudah dewasa.
Hidup hanya menunda kekalahan/tambah terasing dari cinta sekolah rendah/dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan/sebelum pada akhirnya kita menyerah.
Akhir hidup ternyata sebuah kekalahan: kalah oleh ajal, kalah oleh nasib, kalah oleh takdir, kalah oleh waktu. Banyak hal yang tetap tak bisa diucapkan karena orang lain tak bisa memahaminya, atau ia merupakan rahasia pribadi, atau ia memang lebih baik untuk tidak didengar orang lain.
4.        TEMA (SENSE) PUISI
Tema (sense), yaitu pokok persoalan (subjek matter), suatu ide, gagasan atau hal yang hendak dikemukakan oleh penulis, baik tersurat atau tersirat.
      Contoh: pendidikan, sosial, budaya, dan lain-lain.
5.        TIPOGRAFI
Tipografi disebut juga ukiran bentuk puisi, yaitu tatanan larik, bait, kalimat, frase, kata dan bunyi untuk menghasilkan suatu bentuk fisik yang mampu mendukung isi, rasa dan suasana.
6.          AMANAT/ PESAN
Amanat (intention), yaitu pesan, maksud/tujuan yang mendorong penyair menulis. Pesan
penyair berupa nilai –nilai kehidupan yang dapat diteladali oleh pembaca puisi.
 
7.        ENJAMBEMEN
Enjambemen, yaitu pemotongan kalimat atau frase diakhir larik, kemudian meletakkan potongan itu pada awal larik berikutnya. Tujuannya adalah untuk memberi tekanan pada bagian tertentu ataupun sebagai penghubung antara bagian yang mendahuluinya dengan bagian berikutnya.
8.        CITRAAN
Citraan (pengimajian), yaitu gambar-gambar dalam pikiran, atau gambaran angan si penyair. Setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji (image). Gambaran pikiran ini adalah sebuah efek dalam pikiran yang sangat menyerupai gambaran yang dihasilkan oleh penangkapan kita terhadap sebuah objek yang dapat dilihat oleh mata (indra penglihatan).
B.       UNSUR INTRINSIK
Unsur ekstrinsik yang banyak mempengaruhi puisi antara lain:
1.     unsur biografi, yaitu latar belakang atau riwayat hidup penulis,
2.     unsur nilai dalam cerita, seperti ekonomi, politik, sosial, adat-istiadat, budaya, pada saat puisi dikarang.
3.     unsur kemasyarakatan, yaitu situasi sosial ketika puisi itu dibuat
4.     Perasaan penyair pada saat membuat puisi.

Puisi berbeda dengan prosa. Perbedaan utamanya terletak pada proses penciptaan masing-masing karya sastra itu. Di dalam puisi akan berlangsung beberapa proses yang tidak terasa dalam prosa. Proses tersebut kemudian disebut dengan proses kreatif dalam penciptaan sebuah karya puisi dan terdiri dari; proses konsentrasi, proses intensifikasi, dan proses pengimajian (imagery).
Di dalam proses konsentrasi, segenap unsure puisi (unsure musikalitas, unsure korespondensi, dan unsure bahasa), dipusatkan pada satu permasalahan atau kesan tertentu. Kemudian dalam proses intensifikasi, unsure-unsur puisi tersebut berusaha menjangkau permasalahan atau hal yang lebih mendalam atau mendasar. Adanya kedua proses ini menyebabkan sebuah puisi menjadi sesuatu yang pelik, sehingga lebih susah difahami dibandingkan dengan prosa.
Proses ketiga dalam penyusunan sebuah puisi adalah proses pengimajian (imagery), di mana segenap unsure dalam puisi memiliki fungsi menciptakan atau membangun suatu imaji atau citra tertentu. Bunyi dan rima, hubungan satu lirik (baris) dengan lirik yang lain atau satu bait denganbait yang lain, dan pilihan kata serta idiom-idiom semuanya berfungsi membangun imaji atau gambaran tertentu yang dikesankan oleh puisi itu. Imaji tersebut kemudian yang melahirkan makna utuh terhadap sebuah puisi.  Jika sebuah kata di dalam prosa cenderung mengikutimakna denotative (harfiah) maka sebuah kata dalam puisi cenderung meninggalkan makna denotative dan membentuk makna konotatif.
Oleh karena peliknya dalam memahami sebuah puisi, maka kita pun dituntut untuk memahami dan mengikuti proses yang ada dalam penciptaan sebuah puisi. Jadi tak lagi hanya berdasar suka atau tidak suka, selera atau serampangan saja dalam memberikan pemahaman terhadap sebuah puisi. Dalam tulisan ini, penulis berusaha menyampaikan beberapa petunjuk, pedoman atai tips dalam upaya memahami sebuah puisi yang disarikan dari tulisan Prof. Dr. ursal Esten “Sepuluh Petunjuk Dalam Memahami Puisi”.
Petunjuk pertama, untuk dapat memahami puisi anda pertama-tama harus memperhatikan judul puisi tersebut. Judul merupakan sebuah lubang kunci. Melalui lubang kunci itu kita bias melongok kedalam puisi tersebut. Judul biasanya menggambarkan keseluruhan makna atau identity terhadap sebuah puisi.
Petunjuk kedua, lihatlah kata yang dominan. Kata-kata yang dominant adalah kata yang sering diulang dalam sebuah puisi. Kata-kata tersebut mampu memberi suasana sekaligus membuka beragam kemungkinan untuk dapat kita memahami puisi itu. Semisal tengok puisi Abrar Yusra yang bertajuk “1970-AN.
1970-AN
Lapar aku, lapar. Kumakan buah segala buah
Segala padi segala ubi
Kumakan segala sayur. Segala daun segala rumput
Kumakan ikan. Ketam. Udang. Kerang
Kumakan kuda
Ayam. Sapi. Kambing. Babi. Tikus. Bekicot
Aku lapar. Lapar lagi!
Kumakan angina
Kumakan mimpi
Kumakan pil
Kumakan kuman
Kumakan tanah
Kumakan laut
Kumakan mesiu
Kumakan bom
Kumakan bulan
Dan bintang dan matahari!
Kumakan mimpimu
Rencanamu
Tanganmu. Kakimu
Kepalamu
Astaga. Kumakan tanganku
Dan kakiku. Dan kepalaku
Dan dah, kumakan Kamu!

Apa kata yang dominant pada puisi di atas? Bias dilihat darijumlah pemakaiannya adalah kata “lapar” dan kata “makan”. Dari kata-kata dominan dalam puisi Abrar Yusra itu kita bias menyimpulkan makna di balik larik dan bait di atas adalah manusia menjadi lapar dan selalu lapar. Dan akhirnya manusia itu memakan apa saja. Mulai sesuatu yang abstrak, flora fauna, anggota tubuh sendiri, milik orang lain dan akhirnya Tuhan (seperti dalam larik terakhir “Dan dah, kumakan Kamu!”. Atau juga coba kita tengok puisi pendek Sitor Situmorang berjudul “KAWAN”

KAWAN
Sunyi terbagi
Jadi percakapan seorang diri
Antara mata

Kata “kawan” karena ditempatkan sebagai judul dia bisa menjadi kata kunci dan akhirnya bisa difahami bahwasannya kawan merupakan tempat berbagi sunyi yang dengan kawan pula percakapan seorang diri terjadi serta antara mata kawan pertukaran rasa itu ada. Walau sunyi kembali menyeka.
Petunjuk ketiga, untuk memahami sebuah puisi maka Selami makna konotatifnya. Karena bahasa puisi adalah bahasa yang melewati batas-batas maknanya yang lazim atau melewati maknanya yang harfiah, makamelalui pendedahan makna konotatif itu kita akan mampu menemukan bentuk-bentuk imaji / citra tertentu yang ada dalam puisi tersebut. Makna konotatif ini dibentuk dengan pemakaian majas (figure of speech), yakni pemakaian kata yang memiliki makna melewati makna denotative (harfiah). Ada 3 jenis majas dalam sebuah pembentukan makna konotatif di dalam sebuah puisi, yaitu pertama majas perbandingan (seperti: metafora,kiasan, personifikasi, analogi, umpamaan), kedua majas pertentangan (seperti: ironi, hiperbola, litotes), ketiga majas pertautan (seperti: metamini, sinedoke, eufemisme).
Karena makna konotatif melangkaui maknanya yang lazim, maka dalam mengartikan atau memahami sebuah kata dalam puisi bias bermacam-macam. Sesuai dengan tingkat kedalamam pemahaman pembaca dalam menginteprestasikannya. Namun, agar tidak salah dalam menerjemahkan makna yang ada dala sebuah puisi, anda musti berpegang pada pmakna konotatif yang berlaku umum. Misalnya kata “bulan purnama” adalah lambing dari keindahan “kerbau” memiliki konotasi kuat tapi bodoh. Dala puisi, seseorang (anda dan saya) tak bisa semena-mena menaksirkan makna konotatif dalamsebuah puisi sekehendak hati kita.  Mari kita tengok puisi Sapardi Djoko Damono berikut;



DI KEBON BINATANG
Seorang wanita muda berdiri terpikat memandang
ular yang melilit sebatang pohon sambil menjulur-
julurkan lidahnya, katanya kepada suaminya:
“Alangkah indahnya kulit ular itu untuk tas dan
sepatu!”
Lelaki muda itu seperti teringat sesuatu, cepat-cepat
menarik lengan istrinya meninggalkan tempat ter-
kutuk itu.

Dari puisi di atas, kata “kebon binatang” memiliki konotasi dengan tempat rekreasi, suatu tempat yang menyenangkan. Ular yang melilit sebatang pohon sambil menjulur-julurkan lidahnya, menimbulkan kesan yang menakutkan, namun dalam suasana yang digambarkan puisi di atas, si wanita muda justru minta kulit ular itu untuk tas dan sepatu. Berbahaya bukan?
Lelaki muda itu cepat-cepat menarik lengan istrinya dan menyebut tempat itu sebagai tempat terkutuk. Tempat yang mana yang terkutuk dan kenapa? Dalam puisi tersebut jelas tempat yang “terkutuk” bukanlah kebon binatang melainkan tempat di mana sang istri meminta sesuatu yang berbahaya sesudah ia terpikat.  Atau lagi-lagi lihat puisi pendek Sitor Situmorang berikut;

MALAM LEBARAN
Bulan di atas kuburan

Kadang kita terjebak dan terlalu mudah dalam menyikapi puisi-puisi pendek tersebut dengan memberikan sebuah penilaian yang jelek dengan alas an terlalu pendeknya kalimat dalam puisi itu. Jelas ini sebuah penilaian yang dangkal dan menunjukkan betapa dangkalnya pula kita dalam memahami sebuah puisi. Puisi Malam Lebaran karya Sitor Situmorang tersebut jika dikaitkan dengan logika biasa dan makna harfiah apa yang diungkapkan dalam puisi tersebut adalah sebuah kemustahilan. Kita pasti akan berkata tak mungkin ada bulan muncul sewaktu malam lebaran yang notabene adalah tanggal 1 Syawal di mana bulan belum akan kelihatan, apa lagi di atas kuburan.
Maka dalam puisi tersebut, “malam lebaran” merupakan sebuah pemahaman yang lebih bersifat konotatif: sebuah pesta, acara gembira. Namun apa yang digambarkan pada puisi tersebut, sebuah acara pesta yang mestinya gembira itu justru “bulan di atas kuburan”. Kuburan secara konotatif memiliki makna kesedihan, tragedy atau pun musibah. Jadi puisi di atas menyampaikan sebuah peristiwa yang kontradiktif di mana di sebuah waktu yang mestinya orang gembira justru musibah itu dating.
Petunjuk ke empat, dalam mencari makna yang terungkap di dalam larik atau bait puisi, maka makna yang lebih benar adalah makna yang sesuai dengan struktur bahasa. Tanpa berpedoman dengan sruktur bahasa maka kita akan dihadapkan pada multi inteprestasi yang bias jadi salah dengan maksud sang creator.
Petunjuk ke lima, jika kita mau menangkap pikiran (maksud) di dalam sebuah puisi, prosakanlah (parafrasekanlah) puisi itu terlebih dahulu. Dan di dalam memprosakan sebuah puisi anda harus mengingat hal-hal berikut ini
1.    Kalimat-kalimat merupakan kalimat berita. Tidak ada lagi kalimat langsung
atau kalimat bertanda kutip (jika itu ada di dalam puisi)
2.    Kata ganti yang ada di dalam paraphrase hanyalah kata ganti orang ke-3
(tunggal atau jamak). Di sini kata ganti orang I dan II diubah menjadi kata
ganti orang III.
3.    Ingat bahwa dalam usaha memprosakan sebuah puisi hanyalah sekedar untuk menangkap pikiran (maksud), tidak untuk meresapkan keindahan.

Petunjuk ke enam, dalam upaya memahami sebuah puisi usut / dedahlah siapa yang dimaksud dalam kata ganti yang ada dan siapa yang mengucapkan kalimat yang ada di dalam tanda kutip (jika itu anda temukan di dalam sebuah puisi yang akan anda nilai/fahami).

Petunjuk ke tujuh, untuk dapat memahami makna dalam sebuah pisi anda harus mencermati antara satu unit dengan unit yang lain (larik dengan lark yang lain, bait dengan bait yang lain) di dalam sebuah puisi dan kemudian susunlah menjadi satu kesatuan (keutuhan makna). Cermati dan temukan pertalian makna antarunit tersebut. Cermati pula penempatan / penggunaan titik atau koma untuk mengetahui apakah larik demi larik dalam puisi tersebut ada dalam satu pertalian makna atau berdiri sendiri. Penanda lain dari pertalian makna adalah penggunaan bait, namun perlu diketahui bahwa antara bait satu dengan bait yang lain juga masih memiliki pertalian makna yang kemudian menjadi satu kesatuan makna yang utuh.

Petunjuk ke delapan, untuk memahami puisi maka anda harus mencari dan mengejar makna yang tersembunyi! Jangan buru-buru menjatuhkan penilaian atau pemahaman hanya atas dasar anda tidak tahu / malas mencari atau tak sesuai dengan selera anda. Sebuah puisi yang baik selalu memiliki makna tambahan dari apa yang tersirat dan tersurat. Makna tersebut hanya bias anda dapatkan setelah melalui permenungan dengan membaca, menyelami dan mencermati puisi tersebut secara seksama yang diikuti dengan proses konsentrasi dan intensifikasi.  Coba tengok puisi berikut;

MATA PISAU
mata pisau itu tak berkerjab menatapmu;
kau yang baru saja mengasahnya
berpikir: ia tajam untuk mengiris apel
yang tersedia di atas meja
sehabis makan malam;
ia berkilat ketika terbayang olehnya urat lehermu
(Sapardi Djoko Damono)

Atau puisi Sutardji Calsum Bachri berikut;
LUKA
ha ha

(Sutardji Calsum Bachri)

Jika kita cermati, kedua puisi di atas memiliki sesuatu yang lebih jauh dari sekedar makna yang tersurat (baik harfiah maupun konotatif). Ada makna lain yang sampai. Sebuah mata pisau yang tajam habis diasah manusia, ternyata juga punya penglihatan lain. Kemudian dalam “LUKA”, ternyata “ha ha”.
Ini semua adalah sesuatu yang lain, ganjil dan menyimpang. Dan biasanya sesuatu yang tersembunyi itu dating melalui sesuatu yang lain pula di dalam sebuah puisi. Itu sebuah enigma dan menjadi wajar setelah terjawab.
Petunjuk ke sembilan, untuk dapat memahami puisi anda harus memperhatikan corak sebuah sajak. Ada puisi yang lebih mementingkan unsure formal dan ada yang mementingkan unsure puitis. Puisi yang lebih mementingkan unsure formal akan terlihat dari penonjolan rima (persamaan bunyi), pola-pola larik (dengan jumlah sukukata yang relative sama), dan bait. Puisi seperti ini terlihat sebagai puisi tradisional seperti: pantun, syair, gurindam, dan lain-lain seperti juga dalam puisi-puisi awal Sastra Indonesia modern yang ditampilkan oleh penyair seperti; Rustam Efendi, M Yamin, dan Sanusi Pane.
Petunjuk kesepuluh,  puisi yang lebih mementingkan unsur puitis tidak terkait oleh kehadiran unsure formal. Tidak ada pula larik dan bahkan tak ada bait. Puisi ini biasanya lebih mementingkan suasana puitis melalui imaji-imaji yang diciptakan. Apa pun tafsiran terhadap sebuah puisi, maka tafsiran tersebut harus bisa dikembalikan kepada teks, dengan artikata, setiap tafsiran harus berdasarkan teks





Dalam kegiatan belajar mengajar, strategi pembelajaran, khususnya metode pembelajaran mempunyai peranan penting. Machfudz (2000) mengutip penjelasan Edward M. Anthony (dalam H. Allen and Robert, 1972) yang menyatakan bahwa istilah metode berarti perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi pelajaran bahasa secara teratur. Istilah ini bersifat prosedural dalam arti penerapan suatu metode dalam pembelajaran bahasa dikerjakan dengan melalui langkah-langkah yang teratur dan secara bertahap, dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar. Sayuti (1985:213) menyatakan bahwa penggunaan metode yang tepat akan banyak berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Akan tetapi harus disadari pula, bahwa faktor gurulah yang pada akhirnya banyak menentukan berhasilnya pengajaran. Oleh karena itu, guru jangan sampai terbelenggu oleh salah satu metode yang dipilihnya.
Menurut pengamatan peneliti, dalam pembelajaran puisi, sangat memungkinkan untuk menerapkan ketujuh prinsip CTL dalam KBK yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya. Siswa dapat mengontruksikan (contructing) sendiri pemahaman terhadap definisi dan unsur-unsur puisi berdasarkan contoh (modelling). Siswa akan menemukan (inquiry) definisi dan unsur-unsur puisi atas panduan guru. Siswa juga dapat mendiskusikannya hasil temuannya dengan teman sejawat (learning community). Guru dapat mengadakan tanya jawab (questioning) dari temuan-temuan yang sudah didiskusikan sebelumnya. Untuk praktik membacakan puisi, guru dapat memakai contoh (modelling), baik dirinya sendiri (jika merasa sudah berkompeten) atau melalui pratikkan dari media-media pembelajaran membacakan puisi, seperti yang akan dibuat oleh peneliti. Proses pembelajaran dapat direfleksikan (reflection) secara bersama, antara guru dan murid untuk menemukan bentuk pembelajaran yang lebih cocok. Sedangkan evaluasi hasil, dapat dilakukan melalui penilaian sejawat (peer assesment) maupun penilaian guru secara langsung (authentic assesment).
Lebih lanjut, Sayuti (1985:213) menjelaskan bahwa secara garis besar, metode pembelajaran dapat dibedakan berdasarkan bahan (materi) pengajaran dan interaksi belajar mengajar. Metode pengajaran yang berhubungan dengan bahasa pengajaran dalam pengajaran puisi banyak berkaitan dengan metode analisis puisi, antara lain
1.    Metode Dikotomi, yaitu sebuah metode yang  mendasarkan diri pada pendapat yang menyatakan bahwa puisi itu terdiri dari segi bentuk dan segi isi. Pembagian ini memang sudah sangat umum dan sangat tua usianya, dan sampai kini masih banyak diikuti orang,

2.    Metode Fenomenologi, yaitu sebuah metode ini mendasarkan diri pada pandangan fenomenologis Edmond Husserl yang memandang bahwa suatu karya itu tidak hanya sebagai suatu sistem norma, melainkan juga sebagai suatu susunan lapis norma. Untuk membedakan penilaian terhadap suatu karya. Karya itu, harus dianalisis berdasarkan lapis-lapis norma yang terdapat di dalamnya. Susunan norma itu menjadi tiga lapis, yaitu (1) lapis bunyi, (2) lapis arti, dan (3) lapis objek. Kemudian Ingarden menambahkan dua lapis lagi, yang hanya hakikatnya lapis-lapis itu tidak dapat dipisahkan, yakni (4) lapis sudut pandangan tertentu tentang dunia, dan (5) lapis nilai metafisik.


3.    Metode Linguistik, yaitu sebuah metode yang menggunakan teori teks menerangkan bagaimana terjadinya himpunan-himpunan kalimat yang pada kahirnya dapat diberi predikat literer, estetis, atau puitis. Menurut Hulshof (dalam Noer Toegiman, 1979), terdapat seperangkat istilah yang diperlukan dalam teori teks. Istilah-istilah itu bukan merupakan istilah asing lagi bagi mereka yang telah mengenal lingustik dan sastra, yaitu struktur luar (surface structure), struktur dalam (deep structure), transformasi (transformation), parafrase (paraphrase), dan interpretasi (interpretation). Struktur luar adalah susuan kalimat atau himpunan kalimat sutau teks atau bagian teks yang akan dibaca atau didengar. Pendek kata, struktur luar sama dengan struktur yang tersurat sebagaimana yang tersaji dalam kondisi siap-pakai, siap-baca. Sedangkan struktur dalam dapat disebut sebagai struktur tersirat. Struktur dalam belum mengalami proses lebih lanjut dalam perumusannya. Untuk mudahnya, dapat dikatakan bahwa struktur dalam berhubungan dengan isi. Sebagai sebuah istilah, transformasi dalam teori teks ialah perubahan struktur dalam menjadi struktur luar. Jadi, dari bentuk tersirat menjadi bentuk tersurat. Melalui transformasi, struktur dalam menjelma menjadi struktur luar. Tahap transformasi ini menjadi bagian utama dalam teori teks. Dalam teori teks, parafrase dipergunakan untuk mengembalikan struktur dalam, mengembalikan struktur “bergaya” menjadi struktur yang sederhan. Parafrase membuka jalan untuk mengetahui deviasi dan foregrounding  yang terdapat pada struktur luar. Apa yang tersirat dalam struktur luar tidak senantiasa dapat diterangkan melalui parafrase saja. Penjelasan lebih lanjut masih diperlukan mengenai konteks dan situasi serta kondisinya, yakni hal-hal yang ada sangkut-pautnya dengan struktur luar dan struktur dalam tersebut. Oleh karena itu, interpretasi diperlukan. Hal ini disebabkan bahwa interpretasi merupakan penjelasan struktur dalam berdasarkan atau memperhatikan konteksnya.

 Menciptakan Pembelajaran Puisi yang Menarik


Apresiasi puisi merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA. Namun, kenyataan di lapangan, kegiatan ini sering menemui berbagai kendala, baik dari pihak guru maupun siswa. Guru yang tidak menyukai sastra cenderung menghindari pembelajaran apresiasi puisi ini. Kalau pun mau mengajarkan, mereka akan mengajarkannya dengan sepintas lalu, dengan cara ala kadarnya, sehingga tidak menarik dan terasa sangat membosankan.
Sementara itu, tak jauh beda pula bila ditilik dari sisi siswa. Bukan rahasia lagi, di dalam kelas masih banyak (tidak semua) siswa yang kurang suka pada puisi. Siswa seringkali sudah apriori ketika mendengar kata ’puisi’. Mereka menganggap bahwa puisi itu sesuatu yang sulit untuk dipelajari. Dalam kegiatan apresiasi puisi, banyak siswa yang merasa akan dihadapkan pada sebuah pekerjaan berat yang sering  menimbulkan rasa was-was, bimbang, ragu.
Kondisi semacam ini bila dibiarkan tentu akan semakin menjauhkan siswa dari puisi. Padahal, kegiatan apresiasi sastra – termasuk puisi – sangat bermanfaat untuk memperkaya jiwa penikmatnya. Bukankah dalam puisi sering dijumpai banyak hal? Mulai hal-hal yang berkaitan dengan religiusitas, sosial, politik, moral, dan masih banyak lagi.
Pemegang kunci utama untuk memperbaiki kondisi ini tentu saja guru. Guru harus mau berupaya untuk menciptakan pembelajaran puisi yang menarik. Guru harus berani melakukan inovasi pembelajaran. Selama ini, guru bahasa Indonesia di sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran sastra – termasuk puisi – terlalu berorientasi pada teori. Jalannya pembelajaran sangat teoretis sehingga produknya adalah membosankan. Apresiasi sebagai titik berat pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pun sering diabaikan.
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk menciptakan pembelajaran puisi yang menarik adalah dengan memanfaatkan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami revolusi yang sangat cepat. Dalam bidang pendidikan, perubahan-perubahan ini menjadi salah satu modal penting penyelenggaraan kegiatan pendidikan yang lebih efisien dan efektif. Dalam hal ini, pendekatan teknologis menjadi bagian yang penting dan tidak dapat dipisahkan dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Sekolah-sekolah pun terus berupaya melengkapi fasilitas yang terkait dengan perkembangan teknologi ini. Misalnya, laboratorium bahasa, LCD Proyektor, jaringan internet dan sebagainya.
Berdasarkan potensi yang dimiliki sekolah, guru dapat menyajikan pembelajaran yang menarik melalui pembelajaran berbasis TIK. Misalnya, dengan menampilkan video musikalisasi puisi atau pun video pembacaan puisi dari para sastrawan yang banyak ditemukan dan dapat diunduh dari internet. Selama ini, mungkin siswa hanya mendengar nama dan membaca karya-karya sastrawan Taufik Ismail, W.S. Rendra, Emha Ainun Nadjib, dan kawan-kawan dari buku yang siswa baca. Dengan bantuan teknologi, guru dapat menghadirkan sastrawan-sastrawan tersebut ke ruang kelas. Bagaimana wajah penyair-penyair besar tersebut dan bagaimana mereka membacakan puisi-puisi yang mereka cipta.
Menyimak pembacaan puisi maupun musikalisasi puisi melalui video ini tentu lebih menarik bagi siswa dibandingkan dengan hanya membaca buku teks. Melalui video, siswa lebih mudah menangkap pesan puisi. Sebab video seringkali dilengkapi dengan suara dan gambar. Di samping itu, siswa juga memperoleh pengalaman belajar yang baru. Tidak hanya mendengarkan guru ceramah di depan kelas. Bila siswa sudah tertarik, maka guru dapat lebih mudah menyampaikan inti dari pembelajaran puisi sehingga sasaran utama pembelajaran apresiasi sastra sebagai wahana memperkaya jiwa dapat tercapai. Selamat mencoba.

ANALISIS PUISI PADAMU JUA ( KARYA AMIR HAMZAH)
PADAMU JUA

Habis kikis
segala cintaku hilang terbang
pulang kembali aku padamu
seperti dahulu

Kaulah kandil kemerlap
pelita jendela di malam gelap
melambai pulang perlahan
sabar, setia selalu.

Satu kekasihku
aku manusia
rindu rasa
rindu rupa.

Di mana engkau
rupa tiada
suara sayup
hanya kata merangkai hati

Engkau cemburu
engkau ganas
mangsa aku dalam cakarmu
bertukar tangkap dengan lepas

Nanar aku, gila sasar
sayang berulang padamu jua
engkau pelik menarik ingin
serupa dara di balik tirai

Kasihmu sunyi
menunggu seorang diri
lalu waktu - bukan giliranku
mati hari - bukan kawanku..


Di antara sastrawan-sastrawan Pujangga Baru, nama Amir Hamzah tentu paling dikenal dalam bidang puisi. Hal ini tidak lepas juga dari gelar yang telah dilekatkan padanya oleh Paus Sastra Indonesia, H. B. Jassin sebagai Raja Penyair Pujangga Baru. Melihat salah satu puisi Amir Hamzah berjudul Padamu Jua di atas, kita tidak bisa melepaskannya dari ciri khas Amir Hamzah yang suka mengangkat tema-tema agama. Kesukaannya dengan hal-hal berbau sufistik juga mengingatkan kita pada Hamzah Fansuri, peletak dasar puisi modern di Indonesia.
1.    ANALISIS LAPIS BUNYI

Dari puisi ”Padamu Jua” dapat diketahui bahwa puisi angkatan ini bukan termasuk pantun atau syair lagi. Pilihan kata-katanya sangat indah dan diwujudkan dalam rima yang sesuai. Puisi ”Padamu Jua” mengekspresikan perasaan rindu dan cinta kepada sang kekasih. Dalam puisi ”Padamu Jua” terdapat bahasa kias yang berupa perbandingan, seperti serupa dara di balik tirai.Pada puisi ”Padamu Jua” masih mempertahankan persajakan. Persajakan ini dapat dilihat pada setiap baitnya.
Daya tarik yang terasa ketika membaca puisi “Padamu Jua” adalah adanya kekuatan pada keindahan bunyi. Keindahan itu terbentuk pada pilihan kata/ diksi yang membentuk persajakan. Kekuatan persajakan/ rima terasa pada setiap larik.
Kekhasan puisi lama yang memperhatikan keindahan bunyi masih dipertahankan. Namun tidak taat terikat seperti pantun, karmina, seloka, syair,  atau gurindam. Keindahan bunyi tidak hanya terdapat pada akhir bait seperti halnya puisi lama. Beberapa larik pada tiap bait sudah terasa persajakannya, baik aliterasi maupun asonansi.
1.    Contoh persajakan yang berbentuk aliterasi
a.    Habis kikis
b.    segala cintaku hilang terbang
c.    pulang kembali aku padamu
d.   Kaulah kandil kemerlap
e.    pelita jendela di malam gelap
f.melambai pulang perlahan
g.    sabar, setia selalu
h.    suara sayup
i. Nanar aku, gila sasar

2.    Contoh persajakan yang berbentuk asonansi.
a.  Habis kikis
b. segala cintaku
c.  aku padamu
d. rindu rasa
   rindu rupa.
e.  Kasihmu sunyi
menunggu seorang diri
lalu waktu - bukan giliranku
mati hari - bukan kawanku..
  
       Pada bait ke-3 dan ke-5 terdapat paralelisme anafora, yaitu  rima  berbentuk
       perulangan  kata yang sama.


Ø  ………….
 rindu rasa
            rindu rupa.
              ………….
Ø  ………………
 Engkau cemburu
 engkau ganas
     ……………..
       Kekuatan persajakan puisi “Padamu Jua”  pada tiap larik dan bait tidak asal memilih kata yang sama tetapi juga memperhatikan makna. Jadi,  sesuai dengan predikat Amir Hamzah Sang pembaharu puisi angkatan 30-an/ Pujangga Baru sebagai penghubung bentuk puisi lama dan baru.

2.    ANALISIS LAPIS MAKNA
Padamu Jua adalah puisi yang mengisahkan tentang pertemuan dua orang kekasih yang telah lama terpisah, yaitu antara Si Aku dengan kekasihnya. Puisi ini banyak menggunakan bahasa simbol dengan konotasi positif, seperti kandil, pelita, sabar, setia, dara. Selain itu banyak juga digunakan kata-kata berkonotasi negatif, seperti kikis, hilang, cemburu, ganas, cakar, lepas, nanar, sasar, sunyi. Kata-kata tersebut dapat membantu kita untuk memahami maksud dari puisi tersebut. Oleh karena itu, saya menafsirkan pertemuan yang dimaksud adalah pertemuan yang abadi, yaitu setelah kematian Si Aku. Sedangkan kekasih yang dimaksud adalah Tuhan Si Aku yang selalu mencintainya walupun Si Aku telah berpaling dari-Nya.
Pada bait pertama, dapat kita ambil suatu kesimpulan bahwa Si Aku merasakan bahwa ia tidak bisa menghindar dari kekasihnya, Tuhannya. Walaupun cinta itu sampai habis terkikis oleh masa dan hilang terbang ke tempat yang antah-berantah, Si Aku tetap tidak bisa melepaskan diri dari kekasihnya. Pulang kembali aku padamu, kata Si Aku dalam salah satu baris puisinya. Bahkan untuk menguatkan keteguhan cinta kekasih Si Aku tersebut, Amir Hamzah menambahkan Seperti dahulu.
Pada bait kedua, Si Aku memperlihatkan bagaimana ketulusan cinta kasih yang diberikan kekasihnya pada dirinya. Cinta yang diberikan kekasihnya diibaratkan sebagai kandil kemerlap dan pelita jendela di malam gelap yang selalu sabar dan setia menanti kedatangan Si Aku dari perginya yang lama.
Namun, di bait ketiga, Si Aku tetap tidak mau mepedulikan kekasihnya itu. Sebagai seorang manusia, ia juga membutuhkan rasa cinta yang berbentuk (rindu rupa). Sedangkan kekasihnya ini adalah sesuatu yang tidak nampak.
Pada bait keempat, Si Aku menumpahkan penasarannya itu dan bertanya, Di mana engkau /rupa tiada/ suara sayup/ hanya kata merangkai hati. Karena yang dicintai adalah Tuhan, maka mata manusia tidak mampu melihatnya. Sehingga rupa pun menjadi tiada. Tetapi bisikan kata-kata selalu dirasakan Si Aku merangkai hatinya untuk meyakini bahwa ia memang tengah mencintai kekasihnya dan kasih itu berbalas.
Pada bait kelima, Si Aku menjelaskan bahwa kekasihnya itu telah menjadi terbakar api cemburu oleh kelakuan Si Aku, yaitu ketika Si Aku meningglkan kekasihnya, sebelum ia melakoni “pulang kembali”nya. Hal ini, menurut Si Aku, mengakibatkan sang kekasih menjadi ganas. Si Aku melihat bahwa kekasihnya hanya ingin cintanya tak berbagi ke lain hati. Kekasih Si Aku ingin memiliki Si Aku sepenuhnya. Kata mangsa ini menandakan pemaksaan kekasihnya tersebut.
Bait keenam menunjukkan kepasrahan Si Aku karena telah “dimangsa” oleh “cakar” kekasihnya. Ia menjadi nanar dan gila sasar. Tak tahu hendak ke mana. Ia telah buta arah. Dalam bahasa Sasak, biasa dikatakan kebebeng. Karena, biar bagaimanapun, ia menyadari bahwa ia akan berulang (kembali) lagi kepada kekasihnya. ditandaskan lagi, cinta yang diberikan kekasihnya diibaratkan Serupa dara di balik tirai yang seakan-akan pelik menusuk ingin, benar-benar membuat penasaran dan ingin tahu.
Pada bait terakhir merupakan puncak pertemuan Si Aku dengan kekasihnya. ternyata Si Aku mendapatkan bahwa kasih yang diberikan kekasihnya itu sunyi. Sepi, karena ia hanya menunggu seorang diri. Itu dirasakan Si Aku setelah waktu bukan lagi menjadi haknya. Dan matahari bukan lagi menjadi kawannya. Saat Si Aku melakukan “pulang kembali”-nya itu, yaitu ketika Si Aku mengalami kematian.
3.    ANALISIS LAPIS OBJEK
Lapis ketiga ini merupakan lapis satuan arti yang berupa objek – objek yang dikemukakan berupa latar, pelaku, dan dunia pengarang. Puisi Padamu Jua mengemukakan objek –objek yaitu :
1.    Bait pertama objeknya adalah cintaku, aku, padamu
2.    Bait kedua objeknya adalah kaulah, kandil, pelita, jendela,
3.    Bait ketiga objeknya adalah kekasihku, aku, manusia, rupa
4.    Bait keempat objeknya adalah engkau, rupa, suara, hati
5.    Bait kelima objeknya adalah engkau, aku, cakarmu,
6.    Bait keenam objeknya adalah aku, padamu, engkau, dara, tirai
7.    Bait ketujuh objeknya adalah kasihmu , seorang, giliranku, waktu, kawanku, hari.
Dalam puisi tersebut pengarang mengemukakan objek tokoh atau pelaku yaitu aku, padamu. Latar waktu dilukiskan dengan kata malam gelap, lalu waktu, mati hari ; sedangkan latar tempat pengarang melukiskan dengan menggunakan kata – kata yang terdapat pada bait keempat :
Dimana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangkai hati
Dunia pengarang adalah ceritanya , yang merupakan dunia yang diciptakan oleh si pengarang. Ini merupakan gabungan dan jalinan objek- objek yang dikemukakan latar, pelaku, serta struktur ceritanya seperti berikut.
Pengarang mengungkapkan tokoh aku yang sudah lama merasa kehilangan cinta Tuhan.  Aku ingin kembali mendapatkan cinta Tuhan yang selalu sabar dan setia menunggu. Aku sangat merindukan cinta kasih Tuhan. Aku mencari dimanakah cinta Tuhan. Aku merasakan bahwa dirinya menomorduakan cinta Tuhan atau tidak setulusnya mencintai Tuhan. Aku merasakan kebingungan dan kesulitan dalam hidupnya dan akhirnya mencari  serta ingin kembali kepada Tuhan . Ketika tokoh aku dalam keadaan   susah atau menderita baru dapat merasakan cinta dari Tuhan dan aku menunggu cinta Tuhan sampai ajal menjemput.
4.    ANALISIS LAPIS DUNIA
Lapis “ dunia “ yang tidak usah dinyatakan tetapi sudah implisit dinyatakan sebagai berikut Dipandang dari sudut pandang tertentu :
Pada bait pertama si aku merasakan kehilangan cintanya namun akhirnya dia kembali kepada cintanya seperti dahulu yaitu cinta Tuhan. Pada bait kedua mengungkapkan bahwa cinta Tuhan diibaratkan seperti pelita yang memberikan cahaya di malam gelap . Ketika aku dalam keadaan tanpa cinta, Tuhan mengulurkan tangannya untuk memberikan cintanya kepada aku dengan sabar dan selalu setia.
Pada bait ketiga diungkapkan bahwa aku sebagai manusia  merindukan rasa cintanya kepada Tuhan. Bait keempat dan kelima menyatakan si aku yang mencari dan ingin menemukan kembali  cinta Tuhan yang hanya dapat dia rasakan di dalam hatinya. Aku merasakan bahwa Tuhan tidak mencintainya karena yang aku rasakan adalah penderitaan dalam hidup .
Bait keenam menyatakan si aku yang bingung mencari cinta Tuhan yang begitu pelik dan membingungkan , namun akhirnya aku kembali kepada Tuhan . Ibaratnya cinta Tuhan tersamar seperti seorang gadis dibalik tirai yang tidak dapat dipahami. Bait terakhir mengungkapkan bahwa kasih Tuhan dapat dirasakan sampai akhir hayat dan aku dapat merasakan kasih Tuhan seorang diri dalam keadaan sunyi sepi.
Lapis kelima adalah lapis metafisis yang menyebabkan pembaca berkontemplasi . Dalam sajak ini mengungkapkan bahwa ketika kita dalam keadaan menderita , kita pasti mencoba untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Kadang kita merasakan penderitaan dalam kehidupan kita dan merasa bahwa Tuhan itu tidak mencintai kita , bahkan kita meninggalkan atau melupakan Tuhan. Padahal dibalik penderitaan itu Tuhan mempunyai rencana lain yang lebih indah. Oleh karena itu , pengarang ingin mengingatkan kepada kita agar kita selalu ingat kepada Tuhan baik dalam keadaan suka maupun duka. 



1. PENGANTAR
Deklamasi berasal dari bahasa Latin yang maksudnya declamare atau declaim yang membawa makna membaca sesuatu hasil sastera yang berbentuk puisi dengan lagu atau gerak tubuh sebagai alat bantu. Gerak yang dimaksudkan ialah gerak alat bantu yang puitis, yang seirama dengan isi bacaan.
Umumnya memang deklamasi berkait rapat dengan puisi, akan tetapi membaca sebuah cerpen dengan lagu atau gerak tubuh juga bisa dikatakan mendeklamasi. Mendeklamasikan puisi atau cerpen bermakna membaca, tetapi membaca tidak sama dengan maksud mendeklamasi. Maksudnya di sini bahwa apapun pengertian membaca tentunya jauh berbeda dengan maksud deklamasi.

2. MAKNA KATA DEKLAMASI
Sudah jelas deklamasi itu berasal dari bahasa asing, jadi maknanya ia bukan kata asli Indonesia. Memang keadaan semacam ini sering berlaku di Indonesia, misalnya kata neraka, izin, zaman, ajal, karam dan lain-lain berasal dari bahasa Arab, sedang tauco, tauge berasal dari bahasa Tionghua. Manakala dastar, kenduri, kelasi berasal dari bahasa Persi. Lampu, mesin, koki, repot dari bahasa Belanda, manakala pensil, botol berasal dari bahasa Inggris dan demikianlah halnya deklamasi berasal dari bahasa Latin.
Di Indonesia perkataan deklamasi sudah ada sebelum tahun 1950-an. Deklamasi artinya membawa puisi-puisi, sedang orang yang melakukan deklamasi itu disebut “Deklamator” untuk lelaki dan “Deklamatris” untuk perempuan.
Apa bedanya deklamasi dan nyanyi? Menyanyi ialah melagukan suatu nyanyian dengan menggunakan not-not do-re-mi atau not balok, sedang deklamasi ialah membawakan pantun-pantun, syair, puisi atau sajak dengan menggunakan irama dan gaya yang baik. Disamping itu kita mengenal pula: menari, melukis, memahat, sandiwara dan
3. BAHAN YANG DIDEKLAMASIKAN
Tentu saja tidak semua pantun, sajak atau puisi dapat dideklamasikan, malah cerpen dan novel juga boleh dideklamasikan/soalnya kita harus memilih mana sajak, puisi, pantun-pantun yang baik dan menarik untuk dideklamasikan.
4. CARA BERDEKLAMASI
Seperti telah dijelaskan bahawa berdeklamasi itu membawakan pantun, syair dan sajak atau puisi. Kemudian apakah cukup hanya asal membawakan saja? Tentu tidak! Berdeklamasi, selain kita mengucapkan sesuatu, haruslah pula memenuhi syarat-syarat lainnya. Apakah syarat-syarat itu? Sebelum kita berdeklamasi, kita harus memilih dulu pantun, syair, sajak apa, yang rasanya baik untuk dideklamasikan. Terserah kepada keinginan masing-masing.
Yang penting pilihlah sajak atau puisi, pantun atau syair yang memiliki isi yang baik dan bentuk yang indah dideklamasikan. Mengenai hal isi tentunya dapat minta nasihat, petunjuk dan bimbingan dari mereka yang lebih berpengalaman dan berpengetahuan atau ahli dalam bidang deklamasi. Kalau kita sudah memilih sebuah puisi misalnya, tentu saja boleh lebih dari satu. Hal ini sering terjadi dalam lomba-lomba yang menyiapkan puisi wajib dan puisi pilihan. Nah, sesudah itu, lalu apa lagi yang harus kita perbuat? Maka tidak boleh tidak harus mentafsirnya terlebih dahulu.
5. MENAFSIR PUISI
Apakah puisi yang kita pilih itu berunsur kepahlawanan, keberanian, kesedihan, kemarahan, kesenangan, pujian dan lain-lain? Kalau puisi yang kita pilih itu mengandung kepahlawanan, keberanian dan kegagahan, maka kita pun harus mendeklamasikan puisi tersebut dengan perasaan dan laku perbuatan, yang menunjukkan seorang pahlawan, seorang yang gagah berani. Kita harus dapat melukiskan kepada orang lain, bagaimana kehebatan dan kegagahan kapal udara itu. Bagaimana harus mengucapkan kata-kata yang seram dan menakutkan.
Sebaliknya kalau saja puisi yang kita pilih itu mengadung kesedihan, sewaktu kita berdeklamasi haruslah betul-betul dalam suasana yang sedih dan memilukan, bahkan harus bisa membuat orang menangis bagi orang yang mendengar dan melihat kita sedih, ketika dideklamasikan menjadi sebuah puisi yang gembira, bersukaria atau sebaliknya. Tentu saja hal-hal seperti itu harus dijaga benar-benar. Karena itu, harus berhati-hati, teliti, tenang dan sungguh-sungguh dalam menafsir sebuah puisi.
Bacalah seluruh puisi itu berulang-ulang sampai kita mengerti betul apa-apa yang dikandung dan dimaksud oleh puisi tersebut. Juga kata-kata yang sukar dan tanda-tanda baca yang kurang jelas harus dipahami benar-benar, Jika sudah dimengerti dan diselami isi puisi itu, barulah kita meningkat ke persoalan yang lebih lanjut.
6. MEMPELAJARI ISI UNTUK MENDEKLAMASI PUISI

Cara mengucapkan puisi itu tidak boleh seenaknya saja, tapi harus tunduk kepada aturan-aturannya: di mana harus ditekankan atau dipercepatkan, di mana harus dikeraskan, harus berhenti, di mana harus dilambatkan atau dilunakkan, di mana harus diucapkan biasa, dan sebagainya. Jadi, bila kita mendeklamasikan puisi itu harus supaya menarik, maka harus dipakai tanda-tanda tersendiri:
—— Diucapkan biasa saja
/              Berhenti sebentar untuk bernafas/biasanya pada koma atau di tengah               baris
//            Berhenti agak lama/biasanya koma di akhir baris yang masih
  berhubungan artinya
                dengan baris berikutnya
///           Berhenti lama sekali biasanya pada titik baris terakhir atau pada   penghabisan puisi
^            Suara perlahan sekali seperti berbisik
^^        Suara perlahan sahaja
^^^      Suara keras sekali seperti berteriak
V               Tekanan kata pendek sekali
VV           Tekanan kata agak pendek
VVV         Tekan kata agak panjang
VVVV      Tekan kata agak panjang sekali
____/   Tekanan suara meninggi
____    Tekanan suara agak merendah \

Cara meletakkan tanda-tanda tersebut pada setiap kata masing-masing orang berbeda tergantung kepada kemahuannya sendiri-sendiri. Dari sinilah kita dapat menilai: siapa orang yang mahir dan pandai berdeklamasi.
Demikianlah, setelah tanda-tanda itu kita letakkan dengan baik dan dalam meletakkannya jangan asal meletakkan saja, tapi harus memakai perasaan dan pertimbangan, seperti halnya kalau kita membaca berita: ada koma, ada titik, tanda-tandanya, titik koma dan lain-lain.
Kalau tanda-tanda itu sudah diletakkan dengan baik, barulah kita baca puisi tersebut berulang-ulang sesuai dengan irama dan aturan tanda itu. Dengan sendirinya kalau kita sudah lancar benar, tekanan-tekanan, irama-irama dan gayanya takkan terlupa lagi selama kita berdeklamasi.
7. PUISI HARUS DIHAFAL
Mendeklamasi itu ialah membawakan puisi yang dihafal. Memang ada juga orang berdeklamasi puisi di atas kertas saja. Cara seperti itu kurang enak kecuali jika untuk siaran pembacaan puisi di radio atau rekaman. Tetapi deklamasi itu selalu saja didengar dan ditonton orang. Mana mungkin para penonton akan senang, melihat kita berdeklamasi kalau muka kita tertunduk melulu terus menerus kala mendeklamasikan puisi itu. Tentu saja membosankan bukan?
Makanya sebaik mungkin deklamator harus menghafal puisi yang mahu dideklamasi itu. Caranya ulangilah puisi itu berkali-kali tanpa mempergunakan teks, sebab jika tidak demikian di saat kita telah naik pentas, kata-kata dalam terputus-putus.
Betapa lucunya seorang deklamator, ketika dengan gaya yang sudah cukup menarik di atas panggung, di muka penonton yang ramai, tiba-tiba ia lupa pada kalimat-kalimat dalam puisi. Ia seperti terhenti, terpukau, mau bersuara tak tentu apa yang harus diucapkan. Mau mengingat-ingat secara khusuk terlalu lama. Menyaksikan keadaan demikian itu sudah tentu para penonton akan kecewa. Bagi sideklamator sendiri akan mendapat malu. Oleh kerana itu dihafalkanlah puisi itu sebaik-baiknya sampai terasa lancar sekali. Setelah dirasakan yakin, bahawa sebuah puisi telah sanggup dibaca di luar kepala, barulah berlatih mempergunakan mimik atau “action”
Cara menghafal tentu saja dengan cara mengingatnya sebaris demi sebaris dan kemudian serangkap demi serangkap disamping berusaha untuk mengerti setiap kata yang dicatatkan karena hal itu menjadi jelasnya maksud dan tujuan isi puisi itu.
8. DEKLAMASI BUKAN UCAPAN SEMATA
Deklamasi bukan ucapan semata. Deklamasi harus disertai gerak-gerak muka, kalau perlu dengan gerak seluruh anggota badan atau seluruh tubuh, tetapi yang paling penting sekali ialah gerak-gerak muka. Dengan ucapan-ucapan yang baik dan teratur, diserta dengan gerak geri muka nescaya akan bertambah menarik, apa lagi kalau ditonton. Dari gerak geri muka itu penonton dapat merasakan dan menyaksikan mengertikan puisi yang dideklamasikan itu. Apakah puisi itu mengandung kesedihan, kemarahan, kegembiraan dan lain-lain.
Hanya saja dalam melakukan gerak geri itu jangan sampai berlebih-lebihan seperti wayang orang yang bergerak ke sana ke mari, sehingga mengelikan sekali. Berdeklamasi secara wajar, tertib dan mengesankan.
9. CARA MENILAI
Untuk mudahnya bagi seorang deklamator/deklamatris melengkapi dirinya dalam mempersiapkan kesempurnaan berdeklamasi, maka seorang calon harus mengetahui pula hal-hal yang menjadi aspek penilaian dalam suatu lomba deklamasi. Yang menjadi penilaian juri terhadap pembawa puisi atau deklamator meliputi bidang-bidang seperti berikut:
A. PENAMPILAN/PERFORMANCE
Sewaktu pembawa puisi itu muncul di atas pentas, haruslah diperhatikan lebih dahulu hal pakaian yang dikenakannya. Kerapian memakai pakaian, keserasian warna dan sebagainya akan menambahkan angka bagi si pembawa puisi. Tentu saja penilaian pakaian ini bukan terletak pada segi mewah tidaknya pakaian itu, tetapi dalam hal kepantasan serta keserasiannya. Kerana itu, perhatikanlah pakaian lebih dahulu sebelum tampil di atas pentas. Hindarikan diri dari kecerobohan serta ketidakrapian berdandan.
B. INTONASI/TEKANAN KATA DEMI KATA
Baris demi baris dalam puisi, sudah tentu tidak sama cara memberikan tekanannya. Ini bergantung kepada kesanggupan si pembaca puisi dan menafsirkan tiap-tiap kata dalam hubungannya dengan kata lainnya. Sehingga ia menimbulkan suatu pengungkapan isi kalimat yang tepat. Kesanggupan si pembaca puisi memberikan tekanan-tekanan yang sesuai pada tiap kata yang menciptakan lagi kalimat pada baris-baris puisi, akan memudahkan mencapai angka tertinggi dalam segi intonasi.
C. EKSPRESI/KESAN WAJAH
Kemampuan si pembaca puisi dalam menemukan arti dan tafsiran yang tepat dari kata demi kata pada tiap baris kemudian pada kelompok bait demi bait puisi akan terlihat pada kesan air muka atau wajahnya sendiri. Ada kalanya seorang pembawa puisi tidak menghayati isi dan jiwa tiap baris puisi dalam sebuah bait, sehingga antara kalimat yang diucapkan dan airmuka yang diperlihatkan tampak saling bertentangan.
Jadi, penghayatan itu sangat penting dan ia harus dipancarkan pada sinar wajah si pembawa puisi. Misalnya sebuah bait dalam puisi yang bernada sedih haruslah digambarkan oleh si pembaca puisi itu melalui air mukanya yang sedih dan bermuram durja.
D. APRESIASI/PENGERTIAN PUISI
Seorang pembaca puisi akan dinilai mempunyai pengertian terhadap sesuatu puisi, manakala ia sanggup mengucapkan kata demi kata pada tiap baris puisi disertai kesan yang terlihat pada air mukanya. Jika tidak berhasil, dikatakannya si pembaca puisi itu belum mempunyai apresiasi atau apresiasinya terhadap puisi itu agak kurang. Dalam istilah umumnya apresiasi diterjemah lebih jauh lagi sebagai penghayatan.
Seorang pendeklamator yang baik/ia harus menghayati makna dan isi puisi yang akan  dideklamasikan dan tanpa menghayatinya, maka sudah tentu persembahannya bakal hambar, lesu dan tak bertenaga.
E. MIMIK/ACTION
Mimik atau action dalam sebuah deklamasi puisi sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan suasana pembacaan puisi. Seorang pembawa puisi yang berhasil ia akan mengemukan sesuatu action atau mimik itu sesuai dengan perkembangan kata demi kata dalam tiap baris dan tidak bertentangan dengan jiwa dan isi kata-kata kalimat dalam puisi. Terjadinya kontradiksi antara apresiasi dan action menimbulkan kesan yang mungkin bisa menjadi bahan tertawaan penonton. Hal ini harus dipelajari sebaik-baiknya oleh si pembawa puisi. Tanpa hal itu, ia tak mungkin bisa mendapatkan angka terbaik dalam pembawaan puisi.
Sebagi contoh: ketika si pembawa sajak menyebut “dilangit tinggi ada bulan” tetapi mimik kedua belah tangan menjurus ke bumi, Hal ini akan menimbulkan bahan tertawaan bagi penonton, mana mungkin ada bulan di bumi, tentu hal itu tidak mungkin sama sekali. Betapapun bulan selalu ada di langit. Inilah yang dimaksud betapa pentingnya pembawa sajak menguasai apresiasi puisi, sehingga dapat menciptakan mimik yang sesuai dengan keadaan isi dan jiwa puisi itu.
 
2. Faktor-faktor Penting dalam Membacakan Puisi
Setiap bentuk dan gaya baca puisi selalu menuntut adanya ekspresi wajah, gerakan kepala, gerakan tangan, dan gerakan badan. Keempat ekspresi dan gerakan tersebut harus memperhatikan faktor-faktor di bawah ini:
1)        jenis acara: pertunjukkan, pembuka acara resmi, performance-art, dll.
2)        pencarian jenis puisi yang cocok dengan tema: perenungan, perjuangan, pemberontakan, perdamaian, ketuhanan, percintaan, kasih sayang, dendam, keadilan, kemanusiaan, dll.
3)        pemahaman puisi yang utuh
4)        pemilihan bentuk dan gaya baca puisi
5)        tempat acara: indoor atau outdoor
6)        audien
7)        kualitas komunikasi
8)        totalitas performansi: penghayatan, ekspresi
9)        kualitas vokal
10)    kesesuaian gerak
11)    jika menggunakan bentuk dan gaya teaterikal, maka harus memperhatikan
    (a)    pemilihan kostum yang tepat
    (b)   penggunaan properti yang efektif dan efisien
    (c)    setting yang sesuai dan mendukung tema puisi
    (d)   musik yang sebagai musik pengiring puisi atau sebagai musikalisasi puisi
 
3. Bentuk dan Gaya dalam Membacakan Puisi
            Suwignyo (2005) mengemukakan bahwa bentuk dan gaya baca puisi dapat dibedakan mejadi tiga, yaitu (1) bentuk dan gaya baca puisi secara poetry reading, (2) bentuk dan gaya baca puisi secara deklamatoris, dan (3) bentuk dan gaya baca puisi secara teaterikal.
 
3.1Bentuk dan Gaya Baca Puisi secara Poetry Reading
Ciri khas dari bentuk dan gaya baca puisi ini adalah diperkenankannya pembaca membawa teks puisi. Adapaun posisi dalam bentuk dan gaya baca puisi ini dapat dilakukan dengan (1) berdiri, (2) duduk, dan (3) berdiri, duduk, dan bergerak.
Jika pembaca memilih bentuk dan gaya baca dengan posisi berdiri, maka pesan puisi disampaikan melalui gerakan badan, kepala, wajah, dan tangan. Intonasi baca seperti keras lemah, cepat lambat, tinggi rendah dilakukan dengan cara sederhana. Bentuk dan gaya baca puisi ini relatif mudah dilakukan.
Jika pembaca memilih bentuk dan gaya baca dengan posisi duduk, maka pesan puisi disampaikan melalui (1) gerakan-gerakan kepala: mengenadah, menunduk menoleh, (2) gerakan raut wajah: mengerutkan dahi, mengangkat alis, (3) gerakan mata: membelakak, meredup, memejam, (4) gerakan bibir: tersenyum, mengatup, melongo, dan (5) gerakan tangan, bahu, dan badan, dilakukan seperlunya. Sedangkan intonasi baca dilakukan dengan cara (1) membaca dengan keras kata-kata tertentu, (2) membaca dengan lambat katakata tertentu, dan (3) membaca dengan nada tinggi kata-kata tertentu.
Jika pembaca memilih bentuk dan gaya baca puisi duduk, berdiri, dan bergerak, maka yang harus dilakukan pada posisi duduk adalah (1) memilih sikap duduk dengan santai, (2) arah dan pandangan mata dilakukan secara bervariasi, dan (3) melakukan gerakan tangan dilakuakan dengan seperlunya. Sedang yang dilakukan pada saat berdiri adalah (1) mengambil sikap santai, (2) gerakan tangan, gerakan bahu, dan posisi berdiri dilakukan dengan bebas, dan (3) ekspresi wajah: kerutan dahi, gerakan mata, senyuman dilakukan dengan wajar. Yang dilakukan pada saat bergerak adalah (1) melakukan dengan tenang dan terkendali, dan (2) menghindari gerakan-gerakan yang berlebihan. Intonasi baca dilakukan dengan cara (1) membaca dengan keras kata-kata tertentu, (2) membaca dengan lambat katakata tertentu, dan (3) membaca dengan nada tinggi kata-kata tertentu.
 
3.2 Bentuk dan Gaya Baca Puisi secara Deklamatoris
Ciri khas dari bentuk dan gaya baca puisi seacra deklamatoris adalah lepasnya teks puisi dari pembaca. Jadi, sebelum mendeklamasikan puisi, teks puisi harus dihapalkan. Bentuk dan gaya baca puisi ini dapat dilakukan dengan posisi (1) berdiri, (2) duduk, dan (3) berdiri, duduk, dan bergerak.
Jika deklamator memilih bentuk dan gaya baca dengan posisi berdiri, maka pesan puisi disampaikan melalui (1) gerakan-gerakan tangan: mengepal, menunjuk, mengangkat kedua tangan, (2) gerakan-gerakan kepala: melihat ke bawah, atas, samping kanan, samping kiri, serong, (3) gerakan-gerakan mata: membelalak, meredup, memejam, (4) gerakan-gerakan bibir: tersenyumm, mengatup, melongo, (5) gerakan-gerakan tangan, bahu, badan, dan raut muka dilakukan dengan total. Intonasi baca dilakukan dengan cara (1) membaca dengan keras kata-kata tertentu, (2) membaca dengan lambat kata-kata tertentu, (3) membaca dengan nada tinggi kata-kata tertentu.
Jika deklamator memilih bentuk dan gaya dengan posisi duduk, berdiri, dan bergerak, maka yang dilakukan pada posisi duduk adalah (1) memilih posisi duduk dengan santai, kaki agak ditekuk, posisi mriing dan badan agak membungkuk, Dan (2) arah dan pandangan mata dilakukan bervariasi: menatap dan menunduk. Sedang yang dilakukan pada posisi berdiri (1) mengambil sikap tegak dengan wajah menengadah, tangan menunjuk, dan (2) wajah berseri-seri dan bibir tersenyum. Yang dilakukan pada saat bergerak (1) melakukan dengan tenang dan bertenaga, dan (2) kaki dilangkahkan dengan pelan dan tidak tergesa-gesa. Intonasi dilakukan dengan cara (1) membaca dengan keras kata-kata tertentu, (2) membaca dengan lambat kata-kata tertentu, dan (3) membaca dengan nada tinggi kata-kata tertentu.



3.3 Bentuk dan Gaya Baca Puisi secara Teaterikal
            Ciri khas bentuk dan gaya baca puisi teaterikal bertumpu pada totalitas ekspresi, pemakaian unsur pendukung, misal kostum, properti, setting, musik, dll., meskipun masih terikat oleh teks puisi/tidak. Bentuk dan gaya baca puisi secara teaterikal lebih rumit daripada poetry reading maupun deklamatoris. Puisi yang sederhana apabila dibawakan dengan ekspresi akan sangat memesona.
            Ekspresi jiwa puisi ditampakkan pada perubahan tatapan mata dan sosot mata. Gerakan kepala, bahu, tangan, kaki, dan badan harus dimaksimalkan. Potensi teks puisi dan potensi diri pembaca puisi harus disinergikan. Pembaca dapat pula menggunakan efek-efek bunyi seperti dengung, gumam, dan sengau diekspresikan dengan total. Lakuan-lakukan pembaca seperti menunduk, mengangkat tangan, membungkuk, berjongkok, dan berdiri bebas diekspresikan sesuai dengan motivasi dalam puisi. Aktualisasi jiwa puisi harus menyatu dengan aktualisasi diri pembaca.
Inilah bentuk dari gaya baca puisi yang paling menantang untuk dilakukan.
 MUSIKALISASI
Puisi merupakan sebuah karya sastra yang mengungkapkan gagasan/perasaan penulisnya melalui kata-kata atau tulisan yang memiliki bunyi atau irama tertentu. Puisi juga dapat diartikan sebagai perasaan hati oleh sebagian besar orang. Penulis puisi disebut juga penyair. Puisi lama merupakan puisi yang dimana struktur penulisan, rima, bunyi mengikuti tata aturan tertentu (seperti berima a a a a/a b a b). Puisi modern cenderung tidak terikat pada suatu aturan tertentu. Puisi modern sangat berkembang sekarang ini. Puisi dapat dibuat oleh siapapun, anak kecil, remaja, orang dewasa, atau bahkan lansia.
Musik adalah sebuah karya sastra yang diekspresikan melalui lantunan melodi, suara, instrumen, atau alat-alat yang bisa menghasilkan bunyi untuk menyampaikan suatu gagasan. Musik dapat dilakukan orang dengan memanfaatkan olah vokal, permainan alat musik yang telah banyak dikenal seperti gitar, piano, harmonica dan lain sebagainya. Bagi pecinta musik, kadangkala memainkan suatu alat yang dapat memunculkan suara unik yang akan memberikan warna pada musik mereka seperti pada alat musik tradisional.
Musikalisasi puisi merupakan suatu kegiatan penyampaian puisi melalui permainan musik sehingga menciptakan warna tersendiri baik itu pada puisinya maupun musiknya. Perpaduan dua aliran seni tersebut dapat memunculkan suatu pemaknaan yang mendalam. Musikalisasi puisi dapat dilakukan tidak hanya satu orang dengan satu alat musik tetapi juga dalam bentuk kelompok musik atau band. Musikalisasi puisi dapat kita jumpai pada lagu-lagu yang yang dipopulerkan oleh group band Peterpan seperti "Aku dan Bintang, Bagai Bintang di Surga, Semua Tentang Kita", selain itu group band Gigi juga mempopulerkan sebuah karya musikalisasi puisi pada lagu yang berjudul "11 Januari". Musikali puisi yang beraliran balada dapat kita jumpai pada lagu-lagu yang dinyanyikan oleh Ebiet G. Ade salah satu contohnya adalah "Lagu Untuk Sebuah Nama".
Dalam kegiatan musikalisasi puisi, seseorang harus terlebih dahulu memahami dan dapat bermain musik secara benar. Jika dalam puisi menceritakan tentang balada cinta tidak mungkin menggabungkannya dengan musik beraliran underground atau metal, jadi musik yang akan dipadukan dengan puisi haruslah sesuai tema/alirannya dengan puisi yang disampaikan.
Tahap selanjutnya, adalah menentukan tata cara penggabungan musik dan puisi, apakah musik tersebut hanya untuk mengiringi puisi atau yang disebut dengan puisi berbackground musik, ataukah puisi tersebut menjadi lirik lagu yang memiliki nada tertentu di musik tersebut. Bagi pemula, musik yang dijadikan background dari suatu puisi merupakan cara yang terbaik dalam mempelajari musikalisasi puisi. Setelah berlatih dan terus mengimprovisasi musikalisasi puisi barulah orang tersebut lebih mudah untuk menjadikan puisi tersebut sebagai lirik sebuah lagu. Kunci kesuksesan dalam mempelajari musikalisasi puisi adalah kemauan keras untuk terus berlatih dan berimprovisasi secara mandiri. Selamat meramaikan dunia musik Indonesia dengan musikalisasi puisi.


Banyak sayur dijual di pasar
Banyak juga menjual ikan
Kalau kamu sudah lapar
cepat cepatlah pergi makan
Kalau harimau sedang mengaum
Bunyinya sangat berirama
Kalau ada ulangan umum
Marilah kita belajar bersama
Hati-hati menyeberang
Jangan sampai titian patah
Hati-hati di rantau orang
Jangan sampai berbuat salah
Manis jangan lekas ditelan
Pahit jangan lekas dimuntahkan
Mati semut karena manisan
Manis itu bahaya makanan.
Buah berangan dari Jawa
Kain terjemur disampaian
Jangan diri dapat kecewa
Lihat contoh kiri dan kanan
Di tepi kali saya menyinggah
Menghilang penat menahan jerat
Orang tua jangan disanggah
Agar selamat dunia akhirat
Tumbuh merata pohon tebu
Pergi ke pasar membeli daging
Banyak harta miskin ilmu
Bagai rumah tidak berdinding
Pinang muda dibelah dua
Anak burung mati diranggah
Dari muda sampai ke tua
Ajaran baik jangan diubah
Anak ayam turun sepuluh
Mati satu tinggal sembilan
Tuntutlah ilmu sungguh-sungguh
Supaya engkau tidak ketinggalan
Anak ayam turun sembilan
Mati satu tinggal delapan
Ilmu boleh sedikit ketinggalan
Tapi jangan sampai putus harapan
Anak ayam turun delapan
Mati satu tinggal lah tuju
Hidup harus penuh harapan
Jadikan itu jalan yang dituju
Ada ubi ada talas
Ada budi ada balas
Sebab pulut santan binasa
Sebab mulut badan merana
Jalan kelam disangka terang
Hati kelam disangka suci
Akal pendek banyak dipandang
Janganlah hati kita dikunci
Bunga mawar bunga melati
Kala dicium harum baunya
Banyak cara sembuhkan hati
Baca Quran paham maknanya
Ilmu insan setitik embun
Tiada umat sepandai Nabi
Kala nyawa tinggal diubun
Turutlah ilmu insan nan mati
Ke hulu membuat pagar,
Jangan terpotong batang durian;
Cari guru tempat belajar,
Supaya jangan sesal kemudian.
Tiap nafas tiadalah kekal
Siapkan bekal menjelang wafat
Turutlah Nabi siapkan bekal
Dengan sebar ilmu manfaat
Hati-hati menyeberang
Jangan sampai titian patah
Hati-hati di rantau orang
Jangan sampai berbuat salah
Manis jangan lekas ditelan
Pahit jangan lekas dimuntahkan
Mati semut karena manisan
Manis itu bahaya makanan.
Buah berangan dari Jawa
Kain terjemur disampaian
Jangan diri dapat kecewa
Lihat contoh kiri dan kanan
Anak ayam turun sepuluh
Mati satu tinggal sembilan
Tuntutlah ilmu dengan sungguh-sungguh
Supaya engkau tidak ketinggalan
Anak ayam turun sembilan
Mati satu tinggal delapan
Ilmu boleh sedikit ketinggalan
Tapi jangan sampai putus harapan
Anak ayam turun delapan
Mati satu tinggal lah tujuh
Hidup harus penuh harapan
Jadikan itu jalan yang dituju
Di tepi kali saya menyinggah
Menghilang penat menahan jerat
Orang tua jangan disanggah
Agar selamat dunia akhirat
Tumbuh merata pohon tebu
Pergi ke pasar membeli daging
Banyak harta miskin ilmu
Bagai rumah tidak berdinding
Pinang muda dibelah dua
Anak burung mati diranggah
Dari muda sampai ke tua
Ajaran baik jangan diubah
asam kendis asam gelugur
ke 3 asam riang riang
badan menangis di dlm kubur
teringat badan tak pernah sembahyang
Kemumu di tengah pekan
Di hembus angina jatuh ke bawah
Ilmu yang tak pernah di amalkan
Bagai pohon tak berbuah
Buah semangka buah labu
Buah di atas enak rsanya
Berbondonglah kamu menuntut ilmu
Karena wajib hukumnya
Naik pesawat ke pakistan
Sampainya pasti cepat
Belajarlah dari kesalahan
Kelak kebahagiaan akan di dapat

Pantun Perpisahan

Tuai padi antara masak
Esok jangan layu-layuan
Intai kami antara nampak
Esok jangan rindu-rinduan
Kalau ada sumur di ladang
Boleh saya menumpang mandi
Kalau ada umur yang panjang
Boleh kita berjumpa lagi

Hari ini menanam jagung
Hari esok menanam serai
Hari ini kita berkampung
Hari esok kita bersurai

Malam ini menanam jagung
Malam esok menanam serai
Malam ini kita berkampung
Malam esok kita bercerai

Hari ini menugal jagung
Hari esok menugal jelai
Hari ini kita berkampung
Hari esok kita bercerai

Batang selasih permainan budak
Berdaun sehelai dimakan kuda
Bercerai kasih bertalak tidak
Seribu tahun kembali juga

Orang Aceh sedang sembahyang
Hari Jumaat tengah hari
Pergilah kasih pergilah sayang
Pandai-pandailah menjaga diri

Mana Manggung, mana Periaman
Mana batu kiliran taji
Tinggal kampung tinggal halaman
Tinggal tepian tempat mandi

Bintang Barat terbit petang
Bintang Timur terbit pagi
Jika tidak melarat panjang
Ada umur ketemu lagi

Dari mana hendak ke mana
Tinggi ruput dari padi
Tahun mana bulan mana
Dapat kita berjumpa lagi?

Dian tiga lilin pun tiga
Tanglung tergantung rumah laksamana
Diam juga sabar pun juga
Ada umur tidak ke mana

Tuan puteri pergi ke Rasah
Pulang semula sebelah pagi
Kita bertemu akhirnya berpisah
Diizin Tuhan bersua lagi

Persuratan Melayu 2
Pantun Melayu Sastera Rakyat
Pantun Serbaneka
Pantun Adat dan Resam Manusia
Kumpulan Pantun Melayu, DBP 1983

JENAKA

Ikan bandeng jangan di panggang
kalau di panggang banyak minyaknya
cowok ganteng jangan di pandang
kalau di pandang banyak laganya

GURINDAM

Menurut Raja Ali Haji gurindam adalah perkataan dengan syarat dan sajak akhir pasangannya, tetapi sempurna perkataannya dengan syarat dan sajak yang kedua seperti jawab. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada contoh berikut.

Jika kita rajin belajar
pastilah kita menjadi pintar
Awal diingat akhir tidak
Alamat badan akan rusak

Kurang pikir kurang siasat
Isyarat dirimu kelak tersesat

Kalau mulut tajam dan kasar
Boleh ditimpa bahaya besar

cahari olehmu akan sahabat
yang dapat dijadikan obat

cahari olehmu akan guru
yang mampu memberi ilmu

cahari olehmu akan kawan
yang berbudi serta berkawan

 cahari olehmu akan abadi
yang terampil serta berbudi

sebelum bekerja pikir dahulu
agar pekerjaan selamat selalu

kalau bekerja terburu-buru
tentulah banyak keliru

Barang siapa mengenal dunia
Taulah ia barang yang terpedaya. 

KARMINA

Bandung dulu baru jakarta
Senyum dulu baru di baca
Memancing di laut dengan kail                  
Jadi pelaut haruslah skil  
                             
Bunga sepatu bunga mawar
Jangan malu kalau belajar

Ke Johar membeli sukun                             
Kalau belajar haruslah tekun   
                     
Beli gitar yang warna coklat
pilih pacar yang pintar sholat

Pergi ke Iran naik perahu                           
Sesama teman harus membantu                  

Burung pipit indah suaranya
biar sipit banyak ceweknya

Pergi ke Medan naik kereta api                    
Sesama teman jangan berkelahi    
              
Membaca buku dalam perpustakaan
mendapat ilmu dalam pendidikan

Beli penggaris saling berebut                     
Anak manis jangan cemberut   
                    
Burung nuri makan pepaya
jangan mencuri nanti dipenjara

Buang hajat di rawa – rawa                          
Orang jahat hidupnya sengsara                      

gendang gendut tali kecapi
Bermain boneka di atas meja                      
Anak durhaka penghuni neraka  
                  
Buah ceri merah warnanya
jagalah diri sucikan jiwa

Tujuh sau tiga empat                                   
Tututlah ilmu sampai dapat   
                        
Berlayar menuju ke lautan
kasihan kamu tak berpengetahuan

    Buah mangga buah manggis 
   gak nyangka gua manis 

SYAIR

1.             Elok rupamu merayu-rayu
Mentari jingga menerpanmu
Angin menyanyi di sela riuhmu
Nyiur menari menikmatimu

Nyiur terlena di atas pelanamu
Insan tertawa memandang senyumanmu
Air gemercik membasahimu
Duhai pertiei harapan rindu
Lalulah berjalan Ken Tambuhan
diiringkan pelipur dengan tadahan
lemah lembut berjalan perlahan-lahan
lakunya manis memberi kasihan.

wajah yang manis,pucat,berseri
laksana bulan kesiangan hari
berjalan tunduk memikirkan diri
tiada memandang kanan dan kiri.

2.      SYAIR-SYAIR KEHIDUPAN

Dahulu jiwa tercipta tidak ada yang percaya
Bahwa jiwa akan berbuat aniaya terhadap sesama
Atas kasih sayang jiwa menjadi mulia
Semesta sujud berikan penghormatan

Jiwa turun kedunia karena wanita
Karena wanita jiwa mengerti arti bahagia
Wanita dicipta untuk jiwa agar memahami arti cinta
Dgn cinta jiwa mengerti bahwa jiwa adalah seorang hamba

Cinta bukan memiliki akan tetapi hanya ingin dimiliki
Biarlah cinta yang membawa jiwa kepada pemiliknya
Hanya Tulus dan Ikhlas yang membuat cinta itu bermakna
Karena Cinta telah cukup untuk cinta

Yang Maha Esa Mencipta alam semesta
Yang Maha Esa Mencipta manusia bukan dengan sia-sia
Tetapi hanya ingin menunjukkan apa itu bahagia
Agar manusia mengerti bahwa ia adalah seorang hamba yang memiliki Raja

Manusia turun kebumi untuk diuji
Untuk menjadi manusia sejati
Muliakan hati untuk mendapatkan derajat tertinggi
Menjadi kekasih yang dikasihi dan diberkati

Apakah Dunia tak seindah rupanya
Menipu dan memperdaya selama hidupnya?
Dunia ini telah menenggelamkan manusia, begitu kejamkah dunia ?
Sesungguhnya dunia dicipta untuk melayannya
diri,Egois bahwa manusia paling sempurna.

Bencana alam terjadi bukan karena usia dunia yang sudah tua
Tetapi manusia yang berbuat semena - mena terhadapnya
hanya ingin dilayani tetapi tidak ingin melayani
bencana tercipta karena manusia lupa hingga Yang Maha Murka

Hanya jiwa yang mengerti jiwanya
Hanya Jiwa yang sadar dapat mengerti jiwanya
Bahwa jiwa tidak selamanya didunia
Bahwa usia telah berkurang dalam dunianya

Assalamualaikum ucap jiwa dalam hati
Jiwa Panjatkan doa sekedar berharap kepada ilahi
Mengetuk pintu sebagai tamu
Berharap diterima sebagai tamu yang diharapkan.

Oh, Pantaskah aku bertamu dengan ini?
Tanpa busana kebanggaan yang melekat pada diri
Akankah jiwa dihormati dan tidak dipandang setengah hati
Kukatakan padamu bahwa tuanku seorang pemurah hati.

Kemewahan tidak membuat jiwa mulia
Tanpa busana pun manusia bisa menjadi mulia
Bukankah jiwa datang tanpa harta?
Dan tahukah kamu harta apa yang paling mulia?

Sang Maha mewariskan Surga dan neraka
Bagi Hamba Yang bertaqwa dan durhaka
Puja dan Puji Bagi sang Maha
Engkau adalah Keadilan ilahi

Engkau cipta sang kaya dan kaum papa
Agar mereka bisa memberi dan menerima
Perbedaan yang berarti sama
Bahwa mereka sebenarnya tiada memiliki apa-apa


3.      Syair Kehidupan

Hari ini aku merana
Ditinggal ayah dan bunda
Pergi untuk selamanya
Meninggalkan alam yang fana


Kusadar itu sudah takdir-Nya
Karena semua adalah milik-Nya
Yang kan kembali pada yang kuasa
Semua harus siap menjalaninya

Kucoba  melupakan semua itu
 Untuk mengikhlaskan hatiku
Kutahu semua adalah milikmu
Kami tak boleh menyesali takdirmu

Hatiku kembali bahagia
Saat kutemukan surga dunia
Sesuai  amanat ayah dan bunda
Kupunya keluarga yang taat agama

4.      Syair Ayah dan Ibu
                                                                        
Wahai engkau seorang ibu
Engkau mempertaruhkan nyawamu              
Demi kelahiran putra – putrimu                      
Kau besarkan dengan ketulusanmu                
                                                                        
Wahai engkau seorang ayah
Engkau bekerja bersusah payah                    
Hanya untuk mencari nafkah                          
Demi keluarga yang di rumah                          
                                                                        
Wahai ibu dan ayahku
Aku selalu mengingat dirimu                           
Akan membalas jasamu                                  
Walaupun tarhannya nyawaku   
                    
5.      IBU
                                                                   
Sembilan bulan kau mengandungku                 
Siang malam kau kasihi aku                           
Kau dendangkan suara lagu                            
Lagu indah penenang kalbuku
                                                                 
Aku terlahir karenamu                             
Kuterlindungi oleh kasihmu                     
Kubesar karena belaianmu                     
Ku di dunia karena usahamu                  
                                                                   
Kini aku beranjak dewasa                          
Mulai mengerti indah dunia                        
Ibu Kau takkan kulupa                                 
sampai sepanjang masa                                
                                                                       
Ibu bimbinglah aku sampai tua                      
Agar aku tahu tenyang agama                       
Membuat semua orang bahagia                         
Selamat di akhirat dan dunia                              

6.      Idul Fitri                                       
                                                      
Telah datang bulan Ramadhan                         
Bulan yang penuh ampunan                              
Bagi umat yang menjalankan                             
Menahan nafsu selama sebulan                        
     Gema takbir dikumandangkan                          
     Mengagungkan kebesaran Tuhan                     
     Menyambut hari yang dinanti –nantikan            
     Hari lebaran yang penuh kemenangan              
Pagi hari sholat Id bersama                                
Menuju masjid untuk berdoa                                
Memohon ampunan Allah yang Esa                   
Untuk mendapat Rahmat dan Ridonya               
   Hari lebaran hari kemenangan                            
   Saat untuk bermaaf – maafan                             
  Atas segala kesalahan                                           
   Yang sela in kita lakukan                                     
                                                                            
                                                                             
1.        KENANGAN DARI MITRA-KU
Karya ini kupersembahkan
dengan
Sepenuh hati
Hanya engkau  dan aku
Yang tahu tentang MITRA
Dua puluh tahun
Aku kubur dalam kebahagiaan
Kebahagiaanku dan kebahagiaanmu
Sejak itu
Semuanya terlupakan
Tapi kini
Engkau kembali dalam kehidupan
Dengan kenyataan yang ada
Aku benci jiwaku
Menangis dan bergetar
Mengenangmu
Karena dirimu
Pernah ada dalam  hatiku
Dengan  harapan dan impian
Lihatlah istri suami dan anak-anak
Mereka membahagiakan
Sangat berdosa jika harus menyakitinya
Jiwaku terbang melayang
Bila bertemu denganmu
Kumohon jangan pertemukan kami,
Kecuali di surga
Namun    CINTA
tidak harus  dimiliki
tapi juga
dihargai  ,dan dihormati
Dengan segala yang ada
Akan selalu ku hargai dan kuhormati
Dirimu
Dan
Sebagai manusia
Yang selalu berlindung kepada Nya
Kumohon
Hilangkan  rasa yang ada
Karena
Di ambang batas kemampuan
Segala sesuatunya
Harus diterima  dengan
IKHLAS
Selamat Menjalani Hidup
Dengan Ridlonya
Semoga kita selalu ditunjukkan
Jalan Kebenaran
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                   

2.        MUTIARA KENANGAN BUAT BAPAKKU TERSAYANG
Empat tahun yang lalu
Dari Gunung Gandul , kota thiwul
Datanglah seorang bibit unggul
Menebarkan benih kedisiplinan , kekeluargaan
Kesejahtaraan, dan ide-ide baru yang selalu muncul
Selalu jujur, teratur, dan manjur
Dalam member tutur, sembur termasuk uwur
Dan selalu berusaha untuk tidak ngawur!
Yeah…itulah sosok Bapakku dari kota jamu Air Mancur
Yang pikirannya tidak pernah mau tidur
Idenya dan gagasannya selalu bertelur
 Kadang-kadang kurang tidur, karena harus nglembur
Bahkan tidur pun terkadang sampai nglindur
Sampai-sampai Bapakku  ini empat tahun di sini
Tubuhnya tidak bisa subur
Namun sekarang sudah akan kabur.
Selamat jalan Bapakku
Selamat berbakti di tempat yang baru
Selamat berpisah Bapakku
Doa kami senantiasa menyertai
Semoga yang Maha Kuasa meridoi

(Di tulis dan dibacakan pada perpisahanKepala Sekolah Bapak Drs. Sumarno 
Yang berpindah tugas dari SMP N 36 ke SMPN 39 Semarang)







3.    GORESAN HATI NURANI BUAT BU HAJAH AGNES SUWARNI
Sejak April 2004, Bu Agnes Suwarni bersama kami,
mengabdi, membenahi, mengatur strategi dan
tidak lupa menyikapi opini-opini terkini
yang terjadi di sekolah ini
Bersama Bapak / Ibu guru yang semua berhati nurani
Berkreasi, meniti dan menapaki tangga-tangga prestasi
Banyak sudah yang Ibu sikapi, untuk kami ini
Absensi  selalu terdeteksi yang tidak (s) atau (i)
Tak hanya ditandai atau dicoreti tetapi juga  diteliti, dicari,
untuk diberi sangsi  agar tidak mengulangi
Setiap kami dievaluasi , ibu juga aktif menangani,
Nilai ulangan kami ditandatangani, yang jelek ibu garisbawahi,
Walau kadang kami tidak ditindaklanjuti.
Kami kadang-kadang lepas kendali
Ramai  di kelas, emosi, tapi maksud kami adalah diskusi,
mengembangkan  kreasi. Dan… Ibu pun dating menyikapi
kelas ibu masuki, walau sudah ada Bapak / Ibu Guru  di kelas kami
Kadang kamijadi kurang berani  berkreasi berakselerasi, berinovasi
Karena ibu sering mengebiri dan membatasi
Tetes demi tetes keringat Bu Agnes menetes
Menetas dan menggores, meninggalkan kenangan
Yang tak mudah dilupakan
Ada yang menangis mengesankan
Ada juga yang pahit menyakitkan
Di pojok depan yang dulu warung makan,
Sudah berubah menjadi Moshula tempat untuk tadarusan
Dan bersujud  di hadapan  Tuhan
Kelas-kelas yang dulu kurang nyaman
Sudah diberi polesan hingga kami menjadi krasan
Walau pelajaran sampai jam kesembilan
Bahkan kita juga merasa lebih aman
Setelah memenangkan proses eyel-eyelan  pangjang
Dengan Saudara kita SMEA Veteran
Walau harus urusan dengan kepolisian, pengadilan
Dan perang argument di Koran-koran
Bu Agnes Suwarni, kami hanya bisa menyuguhkan ini,
Belum mampu member tali asih yang lebih dari puisi ini
Dan kami titip mengingatkan suatu sesanti
Dari leluhur yang bernilai tinggi
Untuk Ibu maknai  yaitu UTRI
Ulat… Ucap …dan Ulah..!
Ulat yang selalu ramah, Ucap yang berhati-hati
Dan Ulah yang nengsemke  ati.
Selamat jalan Ibu Kepala Sekolahku, selamatmengabdi di tempat yang baru
Di tempat yang baru semoga bisa lebih menunjukkan kemabruran Ibu
Dapat  bersatu dengan Bapak / Ibu Guru, memajukan siswa-siswi di situ.
Selamat berpisah Ibu Hajah Agnes Suwarni, doa kami senantiasa menyertai
Semoga yang Maha Kuasa meridhoi

(Di tulis dan dibacakan pada perpisahanKepala Sekolah Ibu dra. Agnes Suwarni 
Yang berpindah tugas dari SMP N 36 ke SMPN 31Semarang)

4.                 SEKOLAHKU  TERSAYANG,
                  SEKOLAHKU YANG PENUH KENANGAN

- Tiga tahun sudah…kami mengenyam pendidikan
+Di Jalan Plampitan yang tak jauh dari toko mas Kranggan
- Di sekolah yang penuh kenangan
+ Di gedung tua yang dulunya diperoleh dari sebuah perjuangan
     - Gedung kokohnya tampak letih kelelahan
     + Karena sejak dulu sarat dengan muatan
     - Pernah pagi untuk SMEA unggulan, siang untuk SMEA amatiran
     + Dan malamnya masih digunakan untuk IKIP Veteran
- Ruangan=ruangan ada yang sudah dibuat nyaman
        Terang, kipasan , lantainya keramikan
+ Namun ada juga yang panasnya masih tidak karuan
        Lantainya masih tegelan, dindingnyapun masih ukir-ukiran
+ dan kalau hujan masih ada yang ketrocohan
       Halaman depan pun bisa seperti lautan
- Yeah…bagaimanapun juga itulah sekolahku tersayang
+ SMP Negeri tiga puluh enam Semarang
- Di sekolah ini kami belajar, menuntaskan wajib belajar di pendidikan dasar
+ Mencapai cita-cita hingga kelar
- Bersama Bapak/ Ibu pengajar
    + Yang tidak hanya pandai mengajar
          -  Berkoar, berkelakar, dan mencakar!
                      + Tapi juga pintar dan semakin sabar-sabar
-  Di sini kami menuntut ilmu, menyingsingkan lengan baju
+ Potensiku terpacu hingga bertambah maju, demi cita-cita dan masa depanku
-  Bersama Bapak dan Ibu Guru, Yang tidak hanya bisa digugu dan ditiru
+ Tetapi juga mau sebagai tempat mengadu

- Kami yang kini tak lama lagi
  Akan meninggalkan SMP tersayang ini
+ Hanya bisa member sesanti
  Agar sekolah ini bisa menggali potensi
- Karena belum banyak yang tergali di luar akademi
  Lebih-lebih di bidang akademi
+agar tak tertinggal jauh di antara sekolah negeri
  Dalam menorehkan prestasi
- Majulah terus SMP Negeriku 36
  Kejarlah SMP 3 atau paling tidak sejajar dengan SMP 6
+ Selamat berjuang Bapak/ Ibu Guru
  Untuk sekolah ini yang mulai merintis maju
- Tingkatkan semangat belajarmu adik-adikku
  Pacu terus prestasi melebihi kakak-kakakmu
+ Selamat berpisah Bapak/ Ibu dan adik-adiku
  Mohon maaf semua kesalahanku
- Semoga yang kuasa selalu meridhoi
 Amin !!!

( Ditulis tahun 2000 dan sudah beberapa kali dibacakan pada acara pelepasan kelas IX )




5.        RENUNGAN GERILYAWAN TUA

Pak tua Ismoyo tercenung
Tenggelam dalam kelam di tengah malam
Terngiang gaung gerilya di masa silam
Pelan-pelan angannya menyibak kembali
Sejarah perjuangan negeri ini.
  “Ya…cukup tua, lima puluh tahun sudah  ibu pertiwi ini tergugah
    lepas dari penindas yang tak pernah puas memeras
    mulai Portugis yang menyulut imperialis
    berpapas Spanyol dalam menjarah rempah-rempah
    disusul VOC Belanda dengan politik adu dombanya
    dan Inggris walau hannya sementara
    lalu Belanda lagi, yang nekat sampai tiga setengah abad
    kemudian si kejam Jepang, yang mula-mula ngakunya Saudara Tua”
“Ya… cukup dewasa, setengah abad sudah
   Bung Karno – Bung Hatta menyulut gemuruh proklamasi
   menjunjung tinggi pekik MERDEKA pada titik kulminasi
   melahirkan NKRI yang bertekat hidup mandiri
   menebarkan-sebarkan daya juang taruna bangsa untuk membetengi
   dengan berselubung semangat MERDEKA atau MATI”
Nanar sorot mata Pak Ismoyo
Mengenang , merenung dan menatap generasi penyambungnya
Terhentak dalam misteri pertanyaan
Bagaimana generasi sekarang mengapresiasi tahun emas bangsanya?
(Diikutsertakan dalam lomba penulisan Puisi TAHUN EMAS KEMERDEKAAN ANTV, Mei 1995)

6.                 WASIAT GERILYAWAN TUA UNTUK GENERASI PENYAMBUNGNYA

“Anakku ..cucuku…generasiku
  hayatilah jiwa kemerdekaan bangsamu
  ilhamilah semangat dan nilai juang’45, pendahulumu
  jangan sia-siakan warisan luhur itu
 Tegakkan, Pertahankan, dan Lestarikan!”
   
  “Ingat, amat besar nilai warisan bangsamu ini
        tengok ke dunia sana
        bangsa manapun tak mampu menandingi
        MERDEKA berkat perjuangan sendiri, tidak dihadiahi,
        Bersama pijar Pancasila dan sinar naungan Undang-undang Dasar’45”
   “Anakku ..cucuku…generasiku
      perjuangan bangsamu masing panjang
     tantangan masih terus menghadang
     siapkanlah, belajarlah !
     agar kamu mendalami arti perjuangan
     agar kamu terlibat aktif ambil peranan
     sekarang, esok, dipundakmulah!
     negeri ini akan jaya dan sentosa
     di tengah-tengah kemerdekaan dunia.”
   
  (Diikutsertakan dalam lomba penulisan Puisi TAHUN EMAS KEMERDEKAAN ANTV, Mei 1995)

  
7.                 TANGIS KEBEBASAN

 Langit cerah
Sepoi angin timur mulai mengusik
Daun-daun kuning di bulan April berguguran
Berhamburan di persada yang mulai mongering
Burung-burung bernyanyi lincah

Pagi itu...
Bayiku lahir, terbebas dari kungkungan
Dinding rahim Nur Endah Pamikat sih-ku
Menangis.. mengumandangkan nyanyian surge
Menangislah anakku!
Menyanyilah merdu-merdu!
Untuk menylimur kepedihan ibumu

Menangislah  sekuatmu anakku
Paru-parumu akan kuat
Terbiasa dengan udara kebebasan
Jiwa-ragamu akan liat
Kuat luar biasa
Untuk menembus cakrawala
Menentang kebebasan di atas kekerasan dunia.

(ditulis setelah kelahiran Taufiqy Seno Aji , anandaku yang pertama , April 1995)
8.        Wahai Ramadhon

Wahai tetamu ramadhon...untuk mu rahmat dan keampunan
airmata taobat tadarus kumandang,berselimut tarawih .....
berbantal tahajjud.imarah masjid semarak berseri sujud..
bisakah ramadhon ini ramadhon terbaik untuk ku...????
kekal amal ibadat tidak berbalik,,,kita tidak mungkin tahu
apakah kelak bertemu Ramadhon baru...

akan kupahatkan ....janji ku ..ukiran besar di dinding kalbu ku
dari pesan AL-Ghazali. kata nya...:
Yang jauh itu waktu
Yang dekat itu mati
Yang bsar itu nafsu
Yang berat itu amanah di bahu....

Ramadon jadi ujian besar manusia,bukan cuma menahan lapar dahaga
ujian hati dan nafsu merentas masa,pasrah kita padanya
segala urusan segala perkara...
Ramadhon kerinduan ku yang tulus...
kusambut hadir mu dg halus........
ramadhon temani aku hingga ke hujung kahadiran mu...
biarku hiasi hari2 mu...dg taqwa dan tawakal ku..





DAFTAR PUSTAKA
Murniasih, Tri Retno dan Sunardi. 2008. Pelajaran bahasa Indonesia 3: untuk SMP/MTs kelas IX Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada 10 University Press.
Santosa, Wijaya Heru dan Sri Wahyuningtyas. 2010. Pengantar Apresiasi Prosa. Surakarta: Yuma Pustaka.
Setyorini, Yulianti dan Wahono. 2008.  Bahasa Indonesia: SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Sukada, Made. 1987. Beberapa Aspek tentang Sastra. Denpasar: Penerbit Kayumas & Yayasan Ilmu dan Seni Lesiba.
Tim Penyusun. 1994. Penataan, Penitian dan Pembinaan Apresiasi Sastra. Sebuah naskah berupa essai SMP Negeri 1 Manggis. (pustaka: Memahami Puisi “Prof. Dr. Mursal Esten, Angasa 1995) 

ebookbrowse.com/apresiasi-puisi-puisi-sastra-inggris-copy-1-pdf-
id.wikipedia.org/wiki/Puisi
Koleksi puisi karya Penulis