
Secara
etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poites, yang berarti
pembangun, pembentuk, pembuat. Dalam bahasa Latin dari kata poeta, yang artinya
membangun, menyebabkan, menimbulkan, menyair. Dalam perkembangan selanjutnya,
makna kata tersebut menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya
disusun menurut syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan
kadang-kadang kata kiasan (Sitomorang, 1980:10).
Menurut
Vicil C. Coulter, kata poet berasal dari kata bahasa Gerik yang berarti
membuat, mencipta. Dalam bahasa Gerik, kata poet berarti orang yang mencipta
melalui imajinasinya, orang yang hampir menyerupai dewa-dewa atau orang yang
amat suka pada dewa-dewa. Dia adalah orang yang mempunyai penglihatan yang
tajam, orang suci, yang sekaligus seorang filsuf, negarawan, guru, orang yang
dapat menebak kebenaran yang tersembunyi (Situmorang, 1980:10)).
Ada
beberapa pengertian lain. Menurut Kamus Istilah Sastra (Sudjiman, 1984), puisi
merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta
penyusunan larik dan bait. Putu Arya Tirtawirya (1980:9) mengatakan bahwa puisi
merupakan ungkapan secara implisit, samar dengan makna yang tersirat di mana
kata-katanya condong pada makna konotatif. Ralph Waldo Emerson (Situmorang,
1980:8) mengatakan bahwa puisi mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata
sesedikit mungkin.
William
Wordsworth (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah peluapan yang
spontan dari perasaan-perasaan yang penuh daya, memperoleh asalnya dari emosi
atau rasa yang dikumpulkan kembali dalam kedamaian. Percy Byssche Shelly
(Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah rekaman dari saat-saat yang
paling baik dan paling senang dari pikiran-pikiran yang paling senang.
Puisi adalah pemadatan kata. Bahasa
dalam puisi itu “ padat dan berisi”. Padat berarti singkat, pendek. Berisi,
berarti mengandung makna luas dan dalam. Struktur puisi ada 2 yaitu struktur
fisik dan struktur batin. Struktur fisik meliputi :diksi, pengimajian, kata
konkret, bahasa figurative (majas), tipografi (tata wajah), dan versifikasi
yang mencakup rima, ritma dan metrum. Struktur
batin puisi adalah makna puisi atau hakikat puisi. Struktur batin puisi
mencakup tema, perasaan, nada, dan suasana serta amanat (pesan). Karya satra
puisi mempunyai unsure-unsur pengikat. unsur-unsur
pengikat puisi adalah sebagai berikut.
1. Penguasaan diksi; Penyair memliki kekayaan diksi dan mampu mengalirkan kata-kata
pada makna utuh yang hendak dicapai,
2. Kaya imaji (pencitraan);
isi puisi yang mampu membuat pembaca berempati.
3. Adanya keseimbangan antara bahasa kias (figuratif) dan kata-kata
konkret, sehingga sajak-sajak yang dibuat tak terlalu gelap untuk ditafsirkan
dan tidak terlalu mudah dimaknai. Puisi penyair pemula dan puisi anak-anak
ialah yang mudah dimaknai karena minimnya bahasa kias yang digunakan, jenis ini
disebut puisi diafan.
4. Rima yang apik, yakni dengan mengetahui penggunaannya. Karena
penggunaan rima berkaitan erat dengan ritma atau irama. Rima yang mengacu pada
ruh kesedihan berbeda dengan rima yang bernada garang dan bringas.
5. Mampu menciptakan efek-efek artistik pada larik dan bait untuk
tujuan membangkitkan makna.
6. Penggunaan enjambemen yang baik untuk menyelaraskan plot,
sehingga bangunan tiap-tiap larik tak terkesan berdiri sendiri.
7. Peletakan interpolasi (penyisipan kata pada kalimat puisi) di
gugusan yang tepat untuk membantu memperjelas makna.
8. Puisi merambah kepekaan, puisi mendulang sensitivitas, dan
dengan itu penyair wajib memiliki feeling yang kuat terhadap objek dalam
tulisannya.
9. Penyair yang mengerti penggunaan sistim kode akan membantunya
memperkaya pemaknaan puisi.

1. PUISI LAMA
Puisi lama adalah puisi yang terikat
oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain (1) jumlah kata dalam 1
baris, (2) jumlah baris dalam 1 bait, (3) persajakan (rima), (4) banyak suku
kata tiap baris, (5) irama.
a) MACAM-MACAM
PUISI LAMA
(1) MANTRA
Mantra
adalah merupakan puisi tua, keberadaannya dalam masyarakat Melayu pada mulanya
bukan sebagai karya sastra, melainkan lebih banyak berkaitan dengan adat dan
kepercayaan.
Contoh:
Assalammu’alaikum
putri satulung besar
Yang
beralun berilir simayang
Mari
kecil, kemari
Aku
menyanggul rambutmu
Aku
membawa sadap gading
Akan membasuh
mukamu
(2)
GURINDAM
Gurindam
adalah puisi lama yang berasal dari Tamil (India). Gurindam mempunyai beberapa
cirri, yaitu (1) sajak akhir berirama a – a ; b – b; c – c dst., (2) berasal
dari Tamil (India), (3) isinya merupakan
nasihat yang cukup jelas yakni menjelaskan atau menampilkan suatui sebab
akibat.
Contoh :
Kurang
pikir kurang siasat (a)
Tentu
dirimu akan tersesat (a)
Barang
siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai
rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami
tiada berhati lurus ( c )
Istri
pun kelak menjadi kurus ( c )
(3) SYAIR
Syair
adalah puisi lama yang berasal dari Arab. Syair mempunyai beberapa cirri, yaitu
(1) setiap bait terdiri dari 4 baris,
(2) setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata, (3) bersajak a – a – a – a, (4)
Isi semua tidak ada sampiran (5) berasal dari Arab.
Contoh :
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
Negeri bernama Pasir Luhur (a)
Tanahnya luas lagi subur (a)
Rakyat teratur hidupnya makmur (a)\
Rukun raharja tiada terukur (a)
Raja bernama Darmalaksana (a)
Tampan rupawan elok parasnya (a)
Adil dan jujur penuh wibawa (a)
Gagah perkasa tiada tandingnya (a)
(4) PANTUN
Pantun
adalah puisi Melayu asli yang cukup mengakar dan membudaya dalam masyarakat.
Syair mempunyai beberapa cirri, yaitu (1)
setiap bait terdiri 4 baris 4 baris, (2) baris 1 dan 2 sebagai sampiran,
(3) baris 3 dan 4 merupakan isi, (4) bersajak a – b – a – b, (5) setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku
kata, (6) berasal dari Melayu (Indonesia)
Contoh :
Ada pepaya ada mentimun (a)
Ada mangga ada salak (b)
Daripada duduk melamun (a)
Mari kita membaca sajak (b)
a.
PANTUN BIASA
Pantun biasa sering juga disebut pantun saja.
Contoh :
Kalau ada jarum patah
Kalau ada jarum patah
Jangan
dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada
kataku yang salah
Jangan
dimasukan ke dalam hati
b.
SELOKA (PANTUN BERKAIT)
Seloka
adalah pantun berkait yang tidak cukup dengan satu bait saja sebab pantun
berkait merupakan jalinan atas beberapa bait. Ada pun cirri seloka adalah (1) baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai sebagai baris
pertama dan ketiga bait kedua, (2) baris
kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait
ketiga, dan seterusnya.
Contoh :
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
Kayu jati bertimbal jalan,
Turun angin patahlah dahan
Ibu mati bapak berjalan,
Ke mana untung diserahkan
c.
TALIBUN
Talibun
adalah pantun jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya
6, 8, 10 dan seterusnya. Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga
sampiran dan tiga isi.Jika satiu bait berisi delapan baris, susunannya empat
sampiran dan empat isi. Jadi, apabila
enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c. Bila terdiri dari delapan baris,
sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d
Contoh :
Kalau anak pergi ke pecan
Yu beli
belanak pun beli sampiran
Ikan
panjang beli dahulu
Kalau anak
pergi berjalan
Ibu cari
sanak pun cari isi
Induk semang
cari dahulu
d.
PANTUN KILAT ( KARMINA )
Karmina
adalah pantun yang jumlah baris pada setiap bait dua. Baris pertama sampiran
dan baris kedua isi. Ciri-ciri karmina
adalah (1) setiap bait terdiri dari
2 baris
baris
pertama merupakan sampiran, (c) baris kedua merupakan isi, (d) bersajak a – a,
(e)
setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
Contoh :
Dahulu parang, sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
1.
PANTUN ANAK-ANAK
Contoh :
Elok
rupanya si kumbang jati
Dibawa
itik pulang petang
Tidak
terkata besar hati
Melihat ibu sudah dating
Melihat ibu sudah dating
2.
PANTUN
ORANG MUDA
Contoh :
Tanam melati di rama-rama
Ubur-ubur sampingan dua
Sehidup semati kita bersama
Satu kubur kelak berdua
3. PANTUN ORANG TUA
Contoh :
Asam kandis asam gelugur
Kedua asam riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang
4. PANTUN JENAKA
Contoh :
Elok rupanya pohon belimbing
Tumbuh dekat pohon mangga
Elok rupanya berbini sumbing
Biar marah tertawa juga
5. PANTUN TEKA-TEKI
Contoh
:
Kalau puan, puan cemara
Ambil gelas di dalam peti
Kalau tuan bijak laksana
Binatang apa tanduk di kaki
Puisi
baru tidak sama dengan puisi lama. Isi, bentuk, irama, dan bentuk persajakan
dalam puisi lama sudah berubah dalam puisi baru. Jenis-jenis puisi baru dapat dibedakan menjadi beberapa
hal.
A. MENURUT JUMLAH LARIK TIAP BAIT
1.
DISTIKON
Distikon
adalah sanjak 2 seuntai, biasanya bersajak sama. Untuk lebih jelasnya
perhatikan contoh berikut ini.
Contoh :
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
2.
TERZINA
Terzina
adalah sanjak 3 seuntai. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini.
Dalam ribaan bahagia dating
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
(Dari Madah
Kelana Karya : Sanusi Pane)
3.
QUATRAIN
Quatrain
adalah sanjak 4 seuntai. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini.
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
4.
QUINT
Quint adalah sanjak 5 seuntai. Untuk lebih
jelasnya perhatikan contoh berikut ini.
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakana
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
5.
SEXTET
Sextet
adalah sanjak 6 seuntai. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini.
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernafas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
6.
SEPTIMA
Septima
adalah sanjak 7 seuntai. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini.
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya (Muhammad Yamin)
7. STANZA ( OCTAV )
Octav
adalah sanjak 8 seuntai. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini.
Awan
Awan datang melayang perlahan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang (Sanusi Pane)
a.
Pengertian & Ciri Soneta
Soneta
adalah bentuk kesusasteraan Italia yang lahir sejak kira-kira pertengahan abad
ke-13 di kota Florance. Soneta mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:
1)
terdiri
atas 14 baris,
2)
terdiri
atas 4 bait, yang terdiri atas 2 quatrain dan 2 terzina,
3)
dua
quatrain merupakan sampiran dan merupakan satu kesatuan yang disebut octav,
4)
dua
terzina merupakan isi dan merupakan satu kesatuan yang disebut isi yang disebut
sextet,
5)
bagian
sampiran biasanya berupa gambaran alam,
6)
sextet
berisi curahan atau jawaban atau kesimpulan daripada apa yang dilukiskan dalam
ocvtav , jadi sifatnya subyektif,
7)
peralihan
dari octav ke sextet disebut volta,
8)
penambahan
baris pada soneta disebut koda.
9)
jumlah
suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9 – 14 suku kata
10)
rima
akhirnya adalah a – b – b – a, a – b – b – a, c – d – c, d – c – d
Contoh
Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
(Muhammad Yamin)
Fungsi
Soneta
Pada masa
lahirnya, Soneta dipergunakan sebagai alat untuk menyatakan curahan hati. Kini
tidak terbatas pada curahan hati semata-mata, melainkan perasaan-perasaan yang
lebih luas seperti :
1. Pernyataan rindu pada tanah air
2. Pergerakan kemajuan kebudayaan
3. Ilham sukma
4. Perasaan keagamaan
b.
Soneta Digemari Sastrawan Pujangga
Baru
Faktor-faktor
Soneta digemari oleh para Pujangga Baru antara lain :
1) Adanya penyesuaian dengan bentuk
pantun ; yakni Octav dalam Soneta yang bersifat obyektif itu hampir sejalan
dengan sampiran pada pantun. Sedangkan sextet Soneta yang sifatnya subyektif
itu merupakan isi pantun.
2) Baris-baris Soneta yang berjumlah 14
buah itu cukup untuk menyatakan perasaan atau curahan hati penyairnya.
3) Soneta dapat dipakai untuk
menyatakan beraneka ragam perasaan atau curahan hati penyairnya.
c.
Persamaan & Perbedaan Soneta
dengan Pantun
1)
Pantun
dan Soneta sama-sama mempunyai sampiran atau pengantar dan isi atau kesimpulan.
2)
Soneta
puisi asli Italia, Pantun puisi asli Melayu
3)
Satu
bait Soneta terdiri terdiri dari 14 baris, satu bait Pantun terdiri atas 4
baris
4)
Soneta
berima bebas, pantun berima a-b-a-b
B. MENURUT ISINYA
Bentuk-bentuk puisi baru berdasarkan
isi yang terkandung di dalamnya adalah:
1.
Ode
Sajak atau puisi yang isinya
mengandung pujian kepada seseorang, bangsa dan Negara, atau pun sesuatu yang
dianggap mulia. Karena isinya itulah, ode disebut juga sebagai puji-pujian.
Persajakan ode tidak beraturan atau bebas.
Contoh >Menara sakti
( Kepada arwah HOS. Cokroaminoto) ,
karya A Hasjmy
2.
Himne
Sajak pujaan, yaitu puji-pujian
kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Himne disebut juga sajak atau puisi ketuhanan.
Contoh:Padamu jua, karya Amir Hamzah
3.
Elegi
Elegi merupakan sajak duka nestapa.
Isi sajak ini selalu mengungkapkan sesuatu yang menyayat hati, mendayu-dayu dan
mengharu-biru.
Contoh: Bertemu, karya Sutan Takdir
Alisyahbana
4.
Epigram
Sajak atau puisi yang berisi tentang
ajaran-ajaran moral, nilai-nilai hidup yang baik dan benar, yang dilukiskan
dengan ringkas. Terkadang ditulis dengan kata-kata atau kalimat-kalimat
sindiran atau kecaman pahit.
Contoh: Pemuda, karya Surapati
5.
Satire
Sajak atau puisi yang isinya
mengecam, mengejek dengan kasar (sarkasme) dan tajam (sinis) suatu kepincangan
atau ketidakadilan yang ada dalam masyarakat.
Contoh: Marhaen, karya Sanusi pane
Contoh: Marhaen, karya Sanusi pane
6.
Romance
Romance adalah sajak atau puisi yang
berisi tentang cinta kasih. Cinta kasih ini tidak hanya cinta kasih antara dua
orang kekasih, tetapi juga cinta kasih dalam bentuk lainnya. Misalnya cinta
terhadap suasana damai dan tentram, cinta keadilan, cinta terhadap bangsa dan
Negara juga cinta kepada Tuhan.
Contoh: Anakku, karya J.E.
Tatengkeng
7.
Balada
Sajak atau puisi yang berisikan
cerita atau kisah yang mungkin terjadi atau hanya khayalan penyairnya saja.
Contoh: Kristus di Medan Perang, karya Situr Situmorang
8.
Soneta
Soneta adalah salah satu bentuk
puisi baru yang berasal dari Italia dan masuk ke Indonesia melalui pemuda
terpelajar Indonesia yang belajar di Eropa, terutama Belanda.Tokoh sonata
terkenal dan dianggap sebagai bapak sonata Indonesia adalah Mohammad Yamin dan
Rustam Effendi.
Soneta yang asli terdiri atas empat
belas kalimat seluruhnya. Namun sonata yang ada di Indonesia jumlah barisnya
lebih dari empat belas kalimat. Tambahan baris kalimat dalam sonata tersebut
dinamakan koda atau ekor.
Contoh:Kehilangan Mestika, karya A.
Kartahadimadja
Untuk Tini Kusuma, karya Moch. Yamin
9.
Puisi epik,
yakni suatu puisi yang di dalamnya
mengandung cerita kepahlawanan, baik kepahlawanan yang berhubungan dengan
legenda, kepercayaan, maupun sejarah.
Puisi epik dibedakan menjadi folk epic, yakni jika nilai akhir puisi itu untuk
dinyanyikan, dan literary epic, yakni jika nilai akhir puisi itu untuk dibaca,
dipahami, dan diresapi maknanya.
10.
Puisi naratif
yakni puisi yang di dalamnya
mengandung suatu cerita, menjadi pelaku, perwatakan, setting, maupun rangkaian
peristiwa tertentu yang menjalin suatu cerita. Jenis puisi yang termasuk dalam
jenis puisi naratif ini adalah balada yang dibedakan menjadi folk ballad dan
literary ballad. Ini adalah ragam puisi yang berkisah tentang kehidupan manusia
dengan segala macam sifat pengasihnya, kecemburuan, kedengkian, ketakutan,
kepedihan, dan keriangannya. Jenis puisi lain yang termasuk dalam puisi naratif
adalah poetic tale, yaitu puisi yang berisi dongeng-dongeng rakyat.
Puisi lirik, yakni puisi
yang berisi luapan batin individual penyairnya dengan segala macam endapan
pengalaman, sikap, maupun suasana batin yang melingkupinya. Jenis puisi lirik
umumnya paling banyak terdapat dalam khazanah sastra modern di Indonesia.
Misalnya, dalam puisi-puisi Chairil Anwar, Sapardi Djoko Damono, dan lain-lain.
11. Puisi
dramatik
yakni salah satu jenis puisi yang
secara objektif menggambarkan perilaku seseorang, baik lewat lakuan, dialog,
maupun monolog sehingga mengandung suatu gambaran kisah tertentu. Dalam puisi
dramatik dapat saja penyair berkisah tentang dirinya atau orang lain yang
diwakilinya lewat monolog.
12. Puisi
didaktik
yakni puisi yang mengandung
nilai-nilai kependidikan yang umumnya ditampilkan secara eksplisit.
13. Puisi
satirik
yaitu puisi
yang mengandung sindiran atau kritik tentang kepincangan atau ketidakberesan
kehidupan suatu kelompok maupun suatu masyarakat.
14. Romance, yakni puisi yang berisi luapan
rasa cinta seseorang terhadap sang kekasih.
15. Elegi, yakni puisi ratapan yang
mengungkapkan rasa pedih dan kedukaan seseorang.
16. Ode, yakni puisi yang berisi pujian
terhadap seseorang yang memiliki jasa ataupun sikap kepahlawanan.
17. Hymne, yakni puisi yang berisi pujian
kepada Tuhan maupun ungkapan rasa cinta terhadap bangsa dan tanah air.


Rima adalah pengulangan
bunyi yang berselang, baik dalam larik sajak maupun pada akhir larik sajak.
Rima merupakan salah satu unsur penting dalam puisi. Melalui rima inilah,
keindahan suatu puisi tercipta. Rima tidak selalu berada di akhir baris dalam
satu bait. Rima juga dapat ditemukan dalam satu baris.
Jenis/macam rima
A. Rima
akhir, yaitu persamaan bunyi pada akhir baris
Macam rima akhir
adalah
1. rima
silang [a-b-a-b],
Contoh:
Angin pulang
menyejuk bumi
Menepuk teluk
menghempas emas
ari ke gunung
memuncak sunyi
erayun-ayun di
atas alas
(Amir Hamzah)
2. rima
terus [a-a-a-a],
Contoh:
Di lereng
gunung lembah menghijau
Air terjun
menghimbau-himbau
Meraih beta
pelipur risau
Turut hasrat
hendak menjangkau
(Dali S. Sinaga)
3. rima
pasang [a-a-b-b],
Contoh:
Indonesia
tanah airku
tanah tumpah
darahku
di sanalah aku
digusur
dari tanah
leluhur ……
(Husni Djamaludin)
4. rima
patah [a-a-a-b/a-b-a-a/a-a-b-a],
Contoh:
Selalu kau
teringat padaku?
Seperti aku
tak pernah lupa padamu?
Tak sepatah
keluar dari mulutmu
Tapi setitik
air mata tercurah
(Sitor Situmorang)
5. rima
peluk [a-b-b-a]
Contoh:
Di lengkung
cahaya berhias bintang
Cahaya bulan
di ombak menitik
Embun berdikit
turun merintik
Engkau
menantikan ikan datang …….
(J.E. Tatengkeng)
B. Rima
datar yaitu persamaan bunyi pada tiap-tiap larik sajak.
Macam rima datar
adalah
1. rima
asonansi [pengulangan bunyi vokal]
Contoh:
burung
perkutut di ladang berumput
neba berkawan
menelani kerikil
kami segan
memasang pulut
memikat burung
begitu mungil
(Piek
Ardijanto Soeprijadi)
2. rima
aliterasi [pengulangan bunyi konsonan]
Contoh:
Kaulah
kandil kemerlap
Pelita
jendela di malam
gelap
Melambai
pulang perlahan
Sabar,
setia selalu
……
(Amir
Hamzah)
Didalam sebuah karya sastra utamanya
dalam sebuah karangan fiksi sering kita jumpai bahasa-bahasa yang imajinatif
yang ditujukan untuk memperindah sebuah cerita. Itulah yang sering kita kenal
dengan Gaya Bahasa atau Majas.
Didalam khasanah Bahasa Indonesia,
Majas dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
Majas Perbandingan
Majas Penegasan
Majas Perulangan
Majas Pertautan
A.
MAJAS PERBANDINGAN
Gaya bahasa perbandingan terdiri
atas beberapa gaya bahasa. Di antaranya seperti yang tertulis di bawah ini:
1.
Perumpamaan
adalah perbandingan dua hal yang
pada hakikatnya berlainan, tetapi sengaja dianggap sama. Biasanya pada majas
ini diterangkan oleh pemakaian kata seperti, sebagai, ibarat, umpama, bak, dan
laksana.
Contoh: Dua bersaudara itu seperti
minyak dengan air, tidak pernah rukun.
2.
Metafora
adalah perbandingan yang implisit,
tanpa kata pembanding seperti atau sebagai diantara dua hal yang berbeda.
Contoh: Para kuli tinta mendengarkan
penjelasan tentang kenaikan harga BBM.
3.
Personifikasi
atau penginsanan
adalah gaya bahasa yang menggunakan sifat-sifat insani pada barang yang tidak
bernyawa.
Contoh: Dengarlah nyanyian
pucuk-pucuk cemara.
4. Alegori adalah gaya bahasa yang
memperlihatkan perbandingan yang utuh. Beberapa perbandingan membentuk satu
kesatuan. Alegori merupakan metafora yang diperluas dan berkesinambungan,
biasanya mengandung pendidikan dan ajaran moral.
Contoh: Berhati-hatilah dalam mengemudikan bahtera kelangsungan kehidupan
keluargamu, sebab lautan kehidupan ini penuh ranjau, topan yang ganas, batu
karang, dan gelombang yang setiap saat dapat menghancurkleburkan. Oleh karena
itu, nakhoda harus selalu seia sekata dan satutujuan agar dapat mencapai pantai
bahagia dengan selamat.
5.
Pleonasme adalah gaya bahasa yang menggunakan
kata-kata mubazir.
Contoh: Saya menyaksikan pembakaran rumah itu dengan mata kepala saya sendiri.
Contoh: Saya menyaksikan pembakaran rumah itu dengan mata kepala saya sendiri.
6.
Tropen adalah gaya bahasa yang melukiskan
sesuatu dengan membandingkan suatu pekerjaan atau perbuatan dengan kata lain
yang mengandung pengertian yang sejalan dan sejajar.
Contoh: Setiap malam ia menjual
suaranya untuk nafkah anak dan istrinya.
7.
Perifrasis
adalah Gaya bahasa yang melukiskan
sesuatu dengan menguraikan sepatah kata menjadi serangkaian kata yang
mengandungarti yang sama dengan kata yang digantikan itu.
Contoh: Ketika matahari hilang dibalik
gunung barulah ia pulang.
B. MAJAS PERTENTANGAN
Gaya
bahasa pertentangan ini juga terdiri atas sejumlah gaya bahasa. Di bawah ini
adalah gaya bahasa pertentangan yang sering dipakai.
1. Hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung
pernyataan yang berlebih – lebihan, atau membesar – besarkan sesuatu yang
dimaksud dengan tujuan memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi,
memperhebat, serta meningkatkan kesan dan pengaruhnya.
Contoh: Teriakan para pengunjuk rasa itu membelah angkasa
Contoh: Teriakan para pengunjuk rasa itu membelah angkasa
2. Litotes adalah gaya bahasa yang mengandung
pernyataan yang dikecil – kecilkan, dikurangi dari kenyataan yang sebenarnya,
tujuannya untuk merendahkan diri. Litotes merupakan lawan dari hiperbola.
Contoh: Jakarta sebagai kota
metropolitan bukan kota yang kecil dan sepi.
3. Ironi adalah gaya bahasa yang berupa
sindiran halus berupa pernyataan yang maknanya bertentangan dengan makna
sebenarnya.
Contoh: Pagi benar engkau datang,
Hen! Sekarang, baru pukul 11.00
4. Paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung
pertentangan yang nyata dengan fakta – fakta yang ada.
Contoh: Musuh sering merupakan kawan
yang akrab.
5. Klimaks adalah gaya bahasa yang berupa
susunan ungkapan yang makin lama makin mengandung penekanan.
Contoh: Dua hari yang lalu korban
kerusuhan berjumlah lima belas orang, kemarin bertambah menjadi dua puluh,
sekarang terhitung sejumlah tiga puluh orang.
6. Antiklimaks merupakan gaya bahasa kebalikan
dari klimaks. Dalam gaya bahasa antiklimaks, susunan ungkapannya disusun makin
lama makin menurun.
Contoh: Bukan hanya Kepala Sekolah dan Guru yang mengumpulkan dana untuk korban kerusuhan, para murid ikut menyumbang semampu mereka.
Contoh: Bukan hanya Kepala Sekolah dan Guru yang mengumpulkan dana untuk korban kerusuhan, para murid ikut menyumbang semampu mereka.
7. Antitesis Gaya bahasa pertentangan yang
melukiskan sesuatu dengan mempergunakan kepaduan kata yang berlawanan arti.
Contoh: Cantik atau tidak,kaya atau
miskin, bukanlah suatu ukuran nilai seorang wanita.
8. Okupasi merupakan gaya bahasa yang
melukiskan sesuatu dengan bantahan, tetapi kemudian di beri penjelasan atau
diakhiri kesimpulan.
Contoh: Merokok itu merusak
kesehatan, akan tetapi si perokokk tidak dapat menghentikan kebiasaannya.Maka
muncullah pabrik-pabrik rook karena untungnya banyak.
9. Kontradiksio Intermimis merupakan gaya bahasa
yang memperlihatkan pertentangan dengan penjelasan semula.
Contoh: Semua murid di kelas ini
hadir, kecuali si Hasan yang sedang ikut Jambore.
C.
MAJAS PERTAUTAN
Gaya bahasa pertautan terdiri atas
beberapa gaya bahasa yaitu sebagai berikut;
1. Metonimia adalah gaya bahasa yang menggunakan
nama cirri atau nama hal yang ditautkan dengan segala sesuatu sebagai
penggantinya.
Contoh: Sang Merah Putih berkibar dengan
gagahnya di angkasa.
2. Sinekdoke ini terdiri atas dua gaya
bahasa.
a.
Pars
Prototo
adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagian, tetapi yang dimaksud keseluruhan.
Contoh: Setiap kepala dikenai sumbangan sebesar Rp 1. 500,00
Contoh: Setiap kepala dikenai sumbangan sebesar Rp 1. 500,00
b. Totem pro parte adalah gaya ahasa yang menyebutkan
keseluruhan tetapu yang dimaksudkan sebagian.
Contoh: Sekolah kami sudah dua kali mendapat juara pertama dalam lomba cerdas
cermat
bahasa Inggris.
3. Alusio adalah gaya bahasa yang menunjuk
secara tidak langsung ke suatu peristiwa, tokoh, dan tempat yang sudah banyak
dikenal oleh pembaca. Gaya bahasa ini juga tidak menggunakan peribahasa,
ungkapan, atau sampiran pantun yang isinya telah diketahui oleh umum.
Contoh: Jangan seperti kura – kura
dalam perahu.
4. Eufimisme adalah gaya bahasa yang berupa
ungkapan – ungkapan halus, untuk menggantikan ungkapan yang dirasa kasar,
kurang sopan, atau kurang menyenangkan.
Contoh: Sayang, anak setampan itu hilang akal.
Contoh: Sayang, anak setampan itu hilang akal.
D. MAJAS PERTENTANGAN
1. Gaya bahasa perulangan yang sering
digunakan seperti di bawah ini.
Aliterasi adalah sejenis gaya bahasa yang memangaatkan pemakaian kata – kata permulaan yang sama bunyi. Gaya bahasa ini biasa digunakan pada karangan fiksi yang berupa puisi.
Aliterasi adalah sejenis gaya bahasa yang memangaatkan pemakaian kata – kata permulaan yang sama bunyi. Gaya bahasa ini biasa digunakan pada karangan fiksi yang berupa puisi.
Contoh: Dara damba daku
Datang dari danau
2. Asonansi adalah gaya bahasa repetisi yang
berwujud perulangan vocal yang sama. Biasanya dipakai dalam karya puisi atau
dalam prosa untuk memperoleh efek penekanan atau menyelamatkan keindahan.
Contoh: Muka muda
mudah marah
tiada siaga tiada biasa
jaga harga tahan harga
E.
MAJAS PENEGASAN
Gaya
bahasa penegasan terdiri atas beberapa gaya bahasa, antara lain:
1.
Repetisi
adalah majas penegasan yang
melukiskan sesuatu dengan mengulang kata atau beberapa kata berkali-kali,yang
biasanya dipergunakan dalam pidato.
Contoh: Kita junjung dia sebagai pemimpin,kita junjung dia sebagai pelindung.
Contoh: Kita junjung dia sebagai pemimpin,kita junjung dia sebagai pelindung.
2. Paralelisme adalah majas penegasan yang seperti
repetisi tetapi dipakai dalam puisi.
Contoh: Kalau kau mau, aku akan datang
Contoh: Kalau kau mau, aku akan datang
Jika
kau menghendaki,aku akan datang
Bila
kau minta, aku akan dating
3. Tautologi adalah majas penegasan yang
melukiskan sesuatu dengan mempergunakan kata-kata yang sama artinya untuk
mempertegas arti
Contoh:
Saya khawatir serta was-was akan keselamatannya.
4. Simetri adalah majas penegasan yang
melukiskan sesuatu dengan mempergunakan satu kata, Kelompok kata atau kalimat
yang diikuti kata, kelompok kata yang seimbang artinyan dengan kata pertama.
Contoh:
Kakak berjalan tergesa-gesa, sepoerti orang dikejar anjing gila.
5. Enumerasio adalah majas penegasan yang
melukiskan beberapa peristiwa membentuk satu kesatuan yang dituliskan atu per
satu supaya tiap-tiap peristiwa dalam keseluruhannya terlihat jelas.
Contoh:
Angin berhembus, laut tenang, bulan memancar lagi.
6. Rettorik adalah majas penegasan dengan
menggunakan kalimat Tanya yang sebenarnya tidak membutuhkan jawaban.
Contoh:
Mana mungkin orang mati hidup kembali
7. Koreksio adalah majas penegasan berupa membetulkan kembali kata-kata
yang salah diucapkan, baik sengaja atau tidak sengaja.
Contoh:
Hari ini sakit ingatan, eh…maaf, sakit kepala maksudku.
8. Asidenton adalah majas penegasan yang
menyebutkan beberapa benda, hal atau keadaan secara berurutan tanpa memakai
kata penghubung.
Contoh:
Kemeja, sepatu, kaos kaki, dibelinya di toko itu.
9. Polisidenton adalah majas penegasan yang
menyatakan beberapa benda, orang, hal atau keadaan secara berturut-turut
denganmemakai kat apenghubung.
Contoh:
Dia tidak tahu, tatapi tetap saja ditanyai, akibatnya dia marah-marah.
10. Ekslamasio adalah majas penegasan yang memakai
kata-kata seru sebagai penegas.
Contoh: Amboi, indahnya pemandangan ini!
Contoh: Amboi, indahnya pemandangan ini!
11. Praeterito adalah majas penegasan yang
melukiskan sesuatu dengan menyembunyikan atau merahasiakan sesuatu dan pembaca
harus menerka apa yang disembunyikan itu.
Contoh: Tidak usah kau sebut namanya, aku sudah tahu siapa penyebab kegaduhan ini.
Contoh: Tidak usah kau sebut namanya, aku sudah tahu siapa penyebab kegaduhan ini.
12. Interupsi adalah majas penegasan
yang mempergunakan kata-kata atau bagian kalimat yang disisipkan diantara
kalimat pokok untuk lebih menjelaskan dan menekankan bagian kalimat sebelumnya.
Contoh:
Aku, orang yang sepuluh tahun bekerja disini, belum pernah dinaikkan pangkatku.
Gaya
bahasa sering digunakan dalam karangan fiksi. Bahasa dalam karangan fiksi lebih
bebas dari karangan nonfiksi atau ilmiah. Oleh karena itu, bahasa dalam
karangan ilmiah adalah bahasa baku dan bermakna lugas. Dalam karangan fiksi
gaya bahasa diperlukan untuk memperindah cerita.
Menurut
Waluyo, 1995:25, puisi adalah jenis teks sastra yang mengungkapkan pikiran dan
perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua
kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian fisik dan batinnya. Dalam dunia sastra
Indonesia, puisi meruakan salah satu bentuk kesusastraan yang paling tua.
Sedangkan majas sebagai bagian dari gaya bahasa merupakan salah satu unsur
pendukung keindahan sebuah puisi. Semua jenis majas, baik itu majas
perbandingan, majas pertentangan, majas pertautan, dan majas penegasan, bisa
digunakan sebagai bagian dari puisi.
Beberapa jenis puisi majas
diantaranya adalah:
# MAJAS PERBANDINGAN
Oh bangsa tercintaku..
Bangsa yang terombang - ambing oleh badai politik nasional
yang tidak berujung
Membuat bangsaku ini laksana berada di ujung tanduk sebuah
kehancuran
# MAJAS METAFORA
Kami adalah anak kampung
Kami adalah anak dusun
Kami adalah anak yang tumbuh diantara suburnya rasa
bergotong royong dan manisnya tutur sapa akrab antar orang kampung satu dan
lainnya..
# MAJAS PERSONIFIKASI
Aku ingin mencintaimu seperti sendok yang mencintai garpu
Aku akan selalu setia kepadamu seperti sikat pasta gigi yang
setia kepada sikat gigi.
Aku selalu berkorban untukmu seperti lilin yang mengorbankan
dirinya meleleh demi menjaga supaya api tetap bisa menyala
Walaupun mentari membakar kulitku, aku akan terus berjalan
mencari cintamu
Meski tenggorokanku kering kerontang menahan dahaga, aku
akan tetap brdiri dibawah teriknya mentari menantimu
Biar peluru menembus dadaku, akan kuperjuangkan detak jantungku
untuk tetap berdetak sampai aku melihat wajahmu yang ayu.
Buku..
Buku ku hanya satu
Buku itu selalu ada padaku
Buku ang selalu aku rindu
Buku yang selalu menemaniku kapanpundan dimanapun aku berada
Bukuku yang satu itu kini telah hilang..siring dengan
hilangnya semangat hidupku

Menulis puisi
sepertinya gampang gampang saja namun ternyata banyak yang harus di perhatikan
agar puisi itu sendiri hidup saat di baca, mempunyai alur dan makna yang jelas,
bahkan sang pembaca bisa terhanyut dan terbawa kedalamnya.
Tidak
cukup hanya dengan semangat menulis saja tapi harus ada ide dan kata-kata yang
indah dan mempunyai makna yang indah pula. Selain cara membuat puisi dengan
trik tapi sebenarnya harus ada bakat atau kreatifitas. Jika sudah berbakat
menulis puisi akan sangat gampang
seseorang yang memiliki bakat tersebut menjadi pujangga bahkan penyair
sekalipun.
Berikut Cara menulis
puisi:
1.
Pencarian
ide,
carilah ide seperti judul yang menurut kamu bagus atau judul yang sesuai dengan
kondisi, situasi kamu saat ini, biasanya akan lebih gampang merangkai kata
nantinya.
2.
Penulisan,
penulisan harus tepat posisi tempat hingga kata-kata dapat tersusun dengan
benar.
3.
Perbaikan
atau Revisi, yang di maksud adalah perbaikan setelah
puisi sudah selesai di buat. Adakah kata-kata yang perlu kamu ubah atau susunan
kalimatnya.
Ada
orang yang mengatakan “Saya bisa menulis puisi jika sedang berada di kamar yang
sunyi.” Ada pula yang mengatakan “Saya bisa menulis puisi di mana saja.”
Pendapat lain mengatakan “Saya bisa menulis puisi saat hati saya sedang sedih.”
Ungkapan-ungkapan
di atas, hanya sebagian kecil saja pendapat orang tentang menulis puisi. Ada
berbagai cara yang bisa digunakan untuk mengasah keterampilan menulis puisi dengan
baik & Benar. Puisi dapat ditulis berdasarkan catatan harian.
A. UNSUR
INTRINSIK
1.
DIKSI
Yaitu pilihan kata yang dipakai oleh penyair dalam
mengungkapkan perasaan atau pikirannya. Beberapa kata yang memiliki kesamaan
atau kemiripan arti oleh penyair belum tentu bisa dipakai semuanya, ia hanya
akan memilih salah satu atau tidak semua untuk mewakili apa yang hendak ia
ungkapkan. Pemilihan kata dalam puisi sangat penting. Hal ini berpengaruh pada
keindahan, kedalaman dan kepadatan makna puisi tersebut.
Perhatikan
contoh di bawah ini!
Matahari
marah
Ulah
manusia
Menghancurkan
semesta
Larik
puisi di atas menjadi lebih bagus, lebih indah, lebih menusuk maknanya ketika
kita ubah pilihan katanya menjadi sebagai berikut.
Mentari
nanar
Ulah
manusia
Membinasa
semesta
Kata
matahari diganti dengan kata mentari, yang artinya sama. Kata marah
diganti dengan nanar. Kedua kata ini memiliki kesamaan arti. Nanar di antara
artinya dalam KBBI adalah marah sekali (mata gelap). Kata menghancurkan diganti
dengan kata membinasa, yang memiliki kemiripan arti. Setelah penggantian
dilakukan terasa puisi lebih menggetarkan di hati. Inilah pentingnya
diksi/pilihan kata. Kemampuan memilih kata ini sangat diperlukan untuk menjadi
seorang penyair yang sukses. Kemampuan ini kuncinya adalah penguasaan
kosa kata yang banyak oleh penulis.
Kata
Berlambang
Salah
satu gaya bahasa atau pilihan kata yang dipakai dalam puisi adalah kata
berlambang. Kata berlambang maksudnya adalah memilih suatu lambang untuk
menyatakan makna tertentu. Lambang di sini adalah benda, contohnya pohon,
pisau, bunga, dan lain-lain.
Perhatikan
contoh berikut.
Ibu
mencintamu seperti mentari
Ibu
mencintamu seperti lautan
Hangat dan
dalam
Kata
mentari dan lautan menjadi lambang bagi cinta ibu.
Api membara
Membakar
desa
Menjalar
Membakar
kota
Membakar
apa yang ada
Api dari
mulut berbisa
Kata
api dipakai untuk menjadi lambang bagi kata-kata yang keluar dari mulut
orang yang suka memfitnah dan mengadu domba.
2.
SUASANA
& NADA PUISI
Suasana
adalah perasaan yang timbul pada pembaca ketika membaca sebuah puisi. Seperti
apa suasana hati yang timbul ketika sebuah puisi itu dibaca oleh seseorang.
Bisa jadi kita merasakan suasana hati yang menyesal, kecewa, sedih, gembira,
semangat, dan lain-lain.
Perhatikan
contoh berikut.
Lelah dan
letih tak peduli
Asa terus
membara
Ada masa
yang dicita
Di balik
gunung pendakian pasti ada mentari
Yang
cahayanya menerangi
Langkah tak
akan henti
Peluh
keringat tabungan hari
Lautan ilmu
hendak direnangi
Suasan
hati kita membaca puisi di atas adalah kita menjadi ikut bersemangat. Puisi di
atas menggambarkan betapa bersemangatnya seseorang dalam menuntut ilmu.
Sedangkan
Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya, misalnya sikap
rendah hati,
menggurui, mendikte, persuasif, dan lain-lain.
3.
MAKSUD
DAN ISI PUISI
Menggali
makna puisi bukan pekerjaan mudah memang. Mencoba menentukan apa maksud
sebenarnya di balik berbagai pilihan kata penulis puisi membutuhkan wawasan
yang luas tentang berbagai hal, hati yang peka, dan lebih mantap lagi jika si
pengulas juga seorang yang punya banyak jam terbang dalam menulis puisi.
Menafsirkan
dengan pas maksud puisi tentu tidak bisa. Yang paling mungkin adalah mendekati
maksud sebenarnya. Tentu terbuka penafsiran lain bagi yang juga ingin
menafsirkan puisi yang sama.
Berikut
penulis akan mencoba menafsirkan beberapa puisi dari penulis terkenal yang
puisinya mungkin sudah kita kenal dan hafal. Terbuka kritik dan saran untuk
penafsiran yang penulis. Yang mau bersama-sama membuat penafsiran, tentu itu
yang lebih baik.
Jalan
Segara
(Karya Taufiq Ismai)
Di
sinilah penembakan
Kepengecutan
Dilakukan
Ketika pawai bergerak
Dalam panas mataharI
Dan pelor pembayar pajak
Negeri ini
Ditembuskan ke punggung
Anak-anaknya sendiri
1966
Kepengecutan
Dilakukan
Ketika pawai bergerak
Dalam panas mataharI
Dan pelor pembayar pajak
Negeri ini
Ditembuskan ke punggung
Anak-anaknya sendiri
1966
Jalan Segara menceritakan tentang kegiatan
demonstrasi (mahasiswa). Segara artinya lautan. Seakan jalan raya telah
dipenuhi lautan manusia yang berdemonstrasi menyampaikan keluhan-keluhannya
kepada pemerintah yang zalim. Lalu pemerintah yang berkuasa menunjukkan
kehebatan dan besarnya kekuatan mereka dengan menembak para demonstran itu.
Tempat penembakan itu adalah di jalan, tempat di mana mereka berdemonstrasi.
Tindakan zalim ini adalah sebuah bukti sikap pengecut penguasa. Mereka takut
mengakui kesalahan dan bersikukuh dengan kekuasaannya walau harus menembak
orang-orang yang hanya bersenjata suara dan hati nurani.
Dan pelor membayar pajak negeri ini.
Maksudnya adalah rakyat dengan segala kemiskinannya
tak sanggup lagi menopang hidup keluarganya, apalagi membayar pajak. Kematian
akhirnya menjadi harga yang pantas untuk melunasi pajak-pajak yang semestinya
dibayar rakyat tersebut. Peluru yang ditembuskan ke dada mereka melunasi
seluruh pajak yang semestinya mereka tanggungkan. Peluru itu ditembakkan
penguasa saat demonstrasi dilakukan.
Larik
ini adalah sebuah ejekan yang sangat pahit kepada para penguasa tentang betapa
zalimnya penguasa saat itu.
Ditembuskan ke punggung anak-anaknya sendiri.
Semestinya penguasa menjadi pelindung rakyatnya,
sebagaimana seorang ayah melindungi anak-anaknya. Yang terjadi adalah penguasa
membunuh rakyatnya sendiri.
DERAI- DERAI CEMARA ( Karya Chairil Anwar)
Cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
Aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
Hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah
1949
Cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
Aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
Hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah
1949
Ketika membaca puisi ini, jiwa terasa langsung
melayang, mengalun dalam suatu suasana yang lembut, indah, syahdu, tapi sayu.
Bait
pertama puisi ini menjadikan suasana alam yang tampak oleh penyair sebagai perwakilan
bagi apa yang saat itu ia rasakan. Secara keseluruhan puisi ini
menggambarkan perasaan Chiril yang merasa dirinya lebih tenang, lebih dewasa,
lebih bisa merasakan makna kehidupan
Aku sekarang orangnya bisa tahan/sudah berapa waktu
bukan kanak lagi/tapi dulu memang ada suatu bahan/ yang bukan dasar perhitungan
kini.
Si
Aku sekarang sudah bisa tahan berhadapan dengan bala dan warna-warni dunia.
Daya tahan yang baru bisa dimiliki setelah melewati masa yang berat sebagai
orang-orang yang belum berpengalaman. Pengalaman yang pahit, berat, dan
panjanglah yang membuat orang bisa menjadi arif dan punya daya tahan terhadap
ragam warna dunia. Si Aku sudah dewasa.
Hidup hanya menunda kekalahan/tambah terasing dari
cinta sekolah rendah/dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan/sebelum pada
akhirnya kita menyerah.
Akhir
hidup ternyata sebuah kekalahan: kalah oleh ajal, kalah oleh nasib, kalah oleh
takdir, kalah oleh waktu. Banyak hal yang tetap tak bisa diucapkan karena orang
lain tak bisa memahaminya, atau ia merupakan rahasia pribadi, atau ia memang
lebih baik untuk tidak didengar orang lain.
4.
TEMA
(SENSE) PUISI
Tema
(sense), yaitu pokok persoalan (subjek matter), suatu ide,
gagasan atau hal yang hendak dikemukakan oleh penulis, baik tersurat atau
tersirat.
Contoh: pendidikan, sosial, budaya, dan lain-lain.
5.
TIPOGRAFI
Tipografi
disebut juga ukiran bentuk puisi, yaitu tatanan larik,
bait, kalimat, frase, kata dan bunyi untuk menghasilkan suatu bentuk fisik yang
mampu mendukung isi, rasa dan suasana.
6.
AMANAT/ PESAN
Amanat
(intention), yaitu pesan, maksud/tujuan yang mendorong penyair menulis.
Pesan
penyair
berupa nilai –nilai kehidupan yang dapat diteladali oleh pembaca puisi.
7.
ENJAMBEMEN
Enjambemen,
yaitu pemotongan kalimat atau frase diakhir larik, kemudian meletakkan potongan
itu pada awal larik berikutnya. Tujuannya adalah untuk memberi tekanan pada
bagian tertentu ataupun sebagai penghubung antara bagian yang mendahuluinya
dengan bagian berikutnya.
8.
CITRAAN
Citraan
(pengimajian), yaitu gambar-gambar dalam pikiran, atau gambaran angan si
penyair. Setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji (image). Gambaran
pikiran ini adalah sebuah efek dalam pikiran yang sangat menyerupai gambaran
yang dihasilkan oleh penangkapan kita terhadap sebuah objek yang dapat dilihat
oleh mata (indra penglihatan).
B.
UNSUR INTRINSIK
Unsur
ekstrinsik yang banyak mempengaruhi puisi antara lain:
1.
unsur
biografi, yaitu latar belakang atau riwayat hidup penulis,
2.
unsur
nilai dalam cerita, seperti ekonomi, politik, sosial, adat-istiadat, budaya, pada
saat puisi dikarang.
3.
unsur
kemasyarakatan, yaitu situasi sosial ketika puisi itu dibuat
4.
Perasaan
penyair pada saat membuat puisi.

Puisi berbeda dengan prosa. Perbedaan utamanya
terletak pada proses penciptaan masing-masing karya sastra itu. Di dalam puisi
akan berlangsung beberapa proses yang tidak terasa dalam prosa. Proses tersebut
kemudian disebut dengan proses kreatif dalam penciptaan sebuah karya puisi dan
terdiri dari; proses konsentrasi, proses intensifikasi, dan proses pengimajian
(imagery).
Di dalam proses konsentrasi, segenap unsure puisi
(unsure musikalitas, unsure korespondensi, dan unsure bahasa), dipusatkan pada
satu permasalahan atau kesan tertentu. Kemudian dalam proses intensifikasi, unsure-unsur
puisi tersebut berusaha menjangkau permasalahan atau hal yang lebih mendalam
atau mendasar. Adanya kedua proses ini menyebabkan sebuah puisi menjadi sesuatu
yang pelik, sehingga lebih susah difahami dibandingkan dengan prosa.
Proses ketiga dalam penyusunan sebuah puisi adalah
proses pengimajian (imagery), di mana segenap unsure dalam puisi memiliki
fungsi menciptakan atau membangun suatu imaji atau citra tertentu. Bunyi dan
rima, hubungan satu lirik (baris) dengan lirik yang lain atau satu bait
denganbait yang lain, dan pilihan kata serta idiom-idiom semuanya berfungsi
membangun imaji atau gambaran tertentu yang dikesankan oleh puisi itu. Imaji
tersebut kemudian yang melahirkan makna utuh terhadap sebuah puisi. Jika sebuah kata di dalam prosa cenderung
mengikutimakna denotative (harfiah) maka sebuah kata dalam puisi cenderung
meninggalkan makna denotative dan membentuk makna konotatif.
Oleh karena peliknya dalam memahami sebuah puisi,
maka kita pun dituntut untuk memahami dan mengikuti proses yang ada dalam
penciptaan sebuah puisi. Jadi tak lagi hanya berdasar suka atau tidak suka,
selera atau serampangan saja dalam memberikan pemahaman terhadap sebuah puisi.
Dalam tulisan ini, penulis berusaha menyampaikan beberapa petunjuk, pedoman
atai tips dalam upaya memahami sebuah puisi yang disarikan dari tulisan Prof.
Dr. ursal Esten “Sepuluh Petunjuk Dalam
Memahami Puisi”.
Petunjuk
pertama, untuk dapat memahami puisi anda
pertama-tama harus memperhatikan judul puisi tersebut. Judul merupakan sebuah
lubang kunci. Melalui lubang kunci itu kita bias melongok kedalam puisi
tersebut. Judul biasanya menggambarkan keseluruhan makna atau identity terhadap
sebuah puisi.
Petunjuk
kedua, lihatlah kata yang dominan. Kata-kata yang
dominant adalah kata yang sering diulang dalam sebuah puisi. Kata-kata tersebut
mampu memberi suasana sekaligus membuka beragam kemungkinan untuk dapat kita
memahami puisi itu. Semisal tengok puisi Abrar Yusra yang bertajuk “1970-AN.
1970-AN
Lapar aku, lapar. Kumakan buah segala buah
Segala padi segala ubi
Kumakan segala sayur. Segala daun segala rumput
Kumakan ikan. Ketam. Udang. Kerang
Kumakan kuda
Ayam. Sapi. Kambing. Babi. Tikus. Bekicot
Aku lapar. Lapar lagi!
Kumakan angina
Kumakan mimpi
Kumakan pil
Kumakan kuman
Kumakan tanah
Kumakan laut
Kumakan mesiu
Kumakan bom
Kumakan bulan
Dan bintang dan matahari!
Kumakan mimpimu
Rencanamu
Tanganmu. Kakimu
Kepalamu
Astaga. Kumakan tanganku
Dan kakiku. Dan kepalaku
Dan dah, kumakan Kamu!
Lapar aku, lapar. Kumakan buah segala buah
Segala padi segala ubi
Kumakan segala sayur. Segala daun segala rumput
Kumakan ikan. Ketam. Udang. Kerang
Kumakan kuda
Ayam. Sapi. Kambing. Babi. Tikus. Bekicot
Aku lapar. Lapar lagi!
Kumakan angina
Kumakan mimpi
Kumakan pil
Kumakan kuman
Kumakan tanah
Kumakan laut
Kumakan mesiu
Kumakan bom
Kumakan bulan
Dan bintang dan matahari!
Kumakan mimpimu
Rencanamu
Tanganmu. Kakimu
Kepalamu
Astaga. Kumakan tanganku
Dan kakiku. Dan kepalaku
Dan dah, kumakan Kamu!
Apa kata yang dominant pada puisi di atas? Bias
dilihat darijumlah pemakaiannya adalah kata “lapar” dan kata “makan”. Dari
kata-kata dominan dalam puisi Abrar Yusra itu kita bias menyimpulkan makna di
balik larik dan bait di atas adalah manusia menjadi lapar dan selalu lapar. Dan
akhirnya manusia itu memakan apa saja. Mulai sesuatu yang abstrak, flora fauna,
anggota tubuh sendiri, milik orang lain dan akhirnya Tuhan (seperti dalam larik
terakhir “Dan dah, kumakan Kamu!”. Atau juga coba kita tengok puisi pendek Sitor
Situmorang berjudul “KAWAN”
KAWAN
Sunyi terbagi
Sunyi terbagi
Jadi
percakapan seorang diri
Antara mata
Kata “kawan” karena ditempatkan sebagai judul dia
bisa menjadi kata kunci dan akhirnya bisa difahami bahwasannya kawan merupakan
tempat berbagi sunyi yang dengan kawan pula percakapan seorang diri terjadi
serta antara mata kawan pertukaran rasa itu ada. Walau sunyi kembali menyeka.
Petunjuk
ketiga, untuk memahami sebuah puisi maka Selami
makna konotatifnya. Karena bahasa puisi adalah bahasa yang melewati batas-batas
maknanya yang lazim atau melewati maknanya yang harfiah, makamelalui pendedahan
makna konotatif itu kita akan mampu menemukan bentuk-bentuk imaji / citra
tertentu yang ada dalam puisi tersebut. Makna konotatif ini dibentuk dengan
pemakaian majas (figure of speech), yakni pemakaian kata yang memiliki makna
melewati makna denotative (harfiah). Ada 3 jenis majas dalam sebuah pembentukan
makna konotatif di dalam sebuah puisi, yaitu pertama majas perbandingan
(seperti: metafora,kiasan, personifikasi, analogi, umpamaan), kedua majas
pertentangan (seperti: ironi, hiperbola, litotes), ketiga majas pertautan
(seperti: metamini, sinedoke, eufemisme).
Karena makna konotatif melangkaui maknanya yang
lazim, maka dalam mengartikan atau memahami sebuah kata dalam puisi bias
bermacam-macam. Sesuai dengan tingkat kedalamam pemahaman pembaca dalam
menginteprestasikannya. Namun, agar tidak salah dalam menerjemahkan makna yang
ada dala sebuah puisi, anda musti berpegang pada pmakna konotatif yang berlaku
umum. Misalnya kata “bulan purnama” adalah lambing dari keindahan “kerbau”
memiliki konotasi kuat tapi bodoh. Dala puisi, seseorang (anda dan saya) tak
bisa semena-mena menaksirkan makna konotatif dalamsebuah puisi sekehendak hati
kita. Mari kita tengok puisi Sapardi
Djoko Damono berikut;
DI
KEBON BINATANG
Seorang wanita muda berdiri terpikat memandang
ular yang melilit sebatang pohon sambil menjulur-
julurkan lidahnya, katanya kepada suaminya:
“Alangkah indahnya kulit ular itu untuk tas dan
sepatu!”
Lelaki muda itu seperti teringat sesuatu, cepat-cepat
menarik lengan istrinya meninggalkan tempat ter-
kutuk itu.
Seorang wanita muda berdiri terpikat memandang
ular yang melilit sebatang pohon sambil menjulur-
julurkan lidahnya, katanya kepada suaminya:
“Alangkah indahnya kulit ular itu untuk tas dan
sepatu!”
Lelaki muda itu seperti teringat sesuatu, cepat-cepat
menarik lengan istrinya meninggalkan tempat ter-
kutuk itu.
Dari puisi di atas, kata “kebon binatang” memiliki
konotasi dengan tempat rekreasi, suatu tempat yang menyenangkan. Ular yang
melilit sebatang pohon sambil menjulur-julurkan lidahnya, menimbulkan kesan
yang menakutkan, namun dalam suasana yang digambarkan puisi di atas, si wanita
muda justru minta kulit ular itu untuk tas dan sepatu. Berbahaya bukan?
Lelaki muda itu cepat-cepat menarik lengan istrinya
dan menyebut tempat itu sebagai tempat terkutuk. Tempat yang mana yang terkutuk
dan kenapa? Dalam puisi tersebut jelas tempat yang “terkutuk” bukanlah kebon
binatang melainkan tempat di mana sang istri meminta sesuatu yang berbahaya
sesudah ia terpikat. Atau lagi-lagi
lihat puisi pendek Sitor Situmorang berikut;
MALAM LEBARAN
Bulan di atas kuburan
Kadang kita terjebak dan terlalu mudah dalam
menyikapi puisi-puisi pendek tersebut dengan memberikan sebuah penilaian yang
jelek dengan alas an terlalu pendeknya kalimat dalam puisi itu. Jelas ini
sebuah penilaian yang dangkal dan menunjukkan betapa dangkalnya pula kita dalam
memahami sebuah puisi. Puisi Malam Lebaran karya Sitor Situmorang tersebut jika
dikaitkan dengan logika biasa dan makna harfiah apa yang diungkapkan dalam puisi
tersebut adalah sebuah kemustahilan. Kita pasti akan berkata tak mungkin ada
bulan muncul sewaktu malam lebaran yang notabene adalah tanggal 1 Syawal di
mana bulan belum akan kelihatan, apa lagi di atas kuburan.
Maka dalam puisi tersebut, “malam lebaran” merupakan
sebuah pemahaman yang lebih bersifat konotatif: sebuah pesta, acara gembira.
Namun apa yang digambarkan pada puisi tersebut, sebuah acara pesta yang
mestinya gembira itu justru “bulan di atas kuburan”. Kuburan secara konotatif
memiliki makna kesedihan, tragedy atau pun musibah. Jadi puisi di atas
menyampaikan sebuah peristiwa yang kontradiktif di mana di sebuah waktu yang
mestinya orang gembira justru musibah itu dating.
Petunjuk
ke empat, dalam mencari makna yang terungkap di
dalam larik atau bait puisi, maka makna yang lebih benar adalah makna yang
sesuai dengan struktur bahasa. Tanpa berpedoman dengan sruktur bahasa maka kita
akan dihadapkan pada multi inteprestasi yang bias jadi salah dengan maksud sang
creator.
Petunjuk
ke lima, jika kita mau menangkap pikiran
(maksud) di dalam sebuah puisi, prosakanlah (parafrasekanlah) puisi itu
terlebih dahulu. Dan di dalam memprosakan sebuah puisi anda harus mengingat
hal-hal berikut ini
1. Kalimat-kalimat
merupakan kalimat berita. Tidak ada lagi kalimat langsung
atau kalimat bertanda kutip (jika itu ada di dalam puisi)
atau kalimat bertanda kutip (jika itu ada di dalam puisi)
2. Kata
ganti yang ada di dalam paraphrase hanyalah kata ganti orang ke-3
(tunggal atau jamak). Di sini kata ganti orang I dan II diubah menjadi kata
ganti orang III.
(tunggal atau jamak). Di sini kata ganti orang I dan II diubah menjadi kata
ganti orang III.
3. Ingat
bahwa dalam usaha memprosakan sebuah puisi hanyalah sekedar untuk menangkap
pikiran (maksud), tidak untuk meresapkan keindahan.
Petunjuk ke enam, dalam upaya memahami sebuah puisi usut / dedahlah siapa yang dimaksud dalam kata ganti yang ada dan siapa yang mengucapkan kalimat yang ada di dalam tanda kutip (jika itu anda temukan di dalam sebuah puisi yang akan anda nilai/fahami).
Petunjuk ke tujuh, untuk dapat memahami makna dalam sebuah pisi anda harus mencermati antara satu unit dengan unit yang lain (larik dengan lark yang lain, bait dengan bait yang lain) di dalam sebuah puisi dan kemudian susunlah menjadi satu kesatuan (keutuhan makna). Cermati dan temukan pertalian makna antarunit tersebut. Cermati pula penempatan / penggunaan titik atau koma untuk mengetahui apakah larik demi larik dalam puisi tersebut ada dalam satu pertalian makna atau berdiri sendiri. Penanda lain dari pertalian makna adalah penggunaan bait, namun perlu diketahui bahwa antara bait satu dengan bait yang lain juga masih memiliki pertalian makna yang kemudian menjadi satu kesatuan makna yang utuh.
Petunjuk
ke delapan, untuk memahami puisi maka anda harus
mencari dan mengejar makna yang tersembunyi! Jangan buru-buru menjatuhkan
penilaian atau pemahaman hanya atas dasar anda tidak tahu / malas mencari atau
tak sesuai dengan selera anda. Sebuah puisi yang baik selalu memiliki makna
tambahan dari apa yang tersirat dan tersurat. Makna tersebut hanya bias anda
dapatkan setelah melalui permenungan dengan membaca, menyelami dan mencermati
puisi tersebut secara seksama yang diikuti dengan proses konsentrasi dan
intensifikasi. Coba tengok puisi
berikut;
MATA
PISAU
mata
pisau itu tak berkerjab menatapmu;
kau
yang baru saja mengasahnya
berpikir:
ia tajam untuk mengiris apel
yang
tersedia di atas meja
sehabis
makan malam;
ia
berkilat ketika terbayang olehnya urat lehermu
(Sapardi
Djoko Damono)
Atau puisi Sutardji Calsum Bachri berikut;
LUKA
ha ha
ha ha
(Sutardji Calsum Bachri)
Jika kita cermati, kedua puisi di atas memiliki
sesuatu yang lebih jauh dari sekedar makna yang tersurat (baik harfiah maupun
konotatif). Ada makna lain yang sampai. Sebuah mata pisau yang tajam habis
diasah manusia, ternyata juga punya penglihatan lain. Kemudian dalam “LUKA”,
ternyata “ha ha”.
Ini semua adalah sesuatu yang lain, ganjil dan
menyimpang. Dan biasanya sesuatu yang tersembunyi itu dating melalui sesuatu
yang lain pula di dalam sebuah puisi. Itu sebuah enigma dan menjadi wajar
setelah terjawab.
Petunjuk
ke sembilan, untuk dapat memahami puisi anda harus
memperhatikan corak sebuah sajak. Ada puisi yang lebih mementingkan unsure
formal dan ada yang mementingkan unsure puitis. Puisi yang lebih mementingkan
unsure formal akan terlihat dari penonjolan rima (persamaan bunyi), pola-pola
larik (dengan jumlah sukukata yang relative sama), dan bait. Puisi seperti ini
terlihat sebagai puisi tradisional seperti: pantun, syair, gurindam, dan
lain-lain seperti juga dalam puisi-puisi awal Sastra Indonesia modern yang
ditampilkan oleh penyair seperti; Rustam Efendi, M Yamin, dan Sanusi Pane.
Petunjuk
kesepuluh, puisi
yang lebih mementingkan unsur puitis tidak terkait oleh kehadiran unsure
formal. Tidak ada pula larik dan bahkan tak ada bait. Puisi ini biasanya lebih
mementingkan suasana puitis melalui imaji-imaji yang diciptakan. Apa pun
tafsiran terhadap sebuah puisi, maka tafsiran tersebut harus bisa dikembalikan
kepada teks, dengan artikata, setiap tafsiran harus berdasarkan teks
Dalam kegiatan
belajar mengajar, strategi pembelajaran, khususnya metode pembelajaran
mempunyai peranan penting. Machfudz (2000) mengutip penjelasan Edward M.
Anthony (dalam H. Allen and Robert, 1972) yang menyatakan bahwa istilah metode
berarti perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi pelajaran bahasa
secara teratur. Istilah ini bersifat prosedural dalam arti penerapan suatu
metode dalam pembelajaran bahasa dikerjakan dengan melalui langkah-langkah yang
teratur dan secara bertahap, dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran,
penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar.
Sayuti (1985:213) menyatakan bahwa penggunaan metode yang tepat akan banyak
berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Akan tetapi harus disadari
pula, bahwa faktor gurulah yang pada akhirnya banyak menentukan berhasilnya
pengajaran. Oleh karena itu, guru jangan sampai terbelenggu oleh salah satu
metode yang dipilihnya.
Menurut pengamatan
peneliti, dalam pembelajaran puisi, sangat memungkinkan untuk menerapkan
ketujuh prinsip CTL dalam KBK yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya. Siswa
dapat mengontruksikan (contructing) sendiri pemahaman terhadap
definisi dan unsur-unsur puisi berdasarkan contoh (modelling). Siswa
akan menemukan (inquiry) definisi dan unsur-unsur puisi atas panduan
guru. Siswa juga dapat mendiskusikannya hasil temuannya dengan teman sejawat (learning
community). Guru dapat mengadakan tanya jawab (questioning) dari
temuan-temuan yang sudah didiskusikan sebelumnya. Untuk praktik membacakan
puisi, guru dapat memakai contoh (modelling), baik dirinya sendiri
(jika merasa sudah berkompeten) atau melalui pratikkan dari media-media
pembelajaran membacakan puisi, seperti yang akan dibuat oleh peneliti. Proses
pembelajaran dapat direfleksikan (reflection) secara bersama, antara
guru dan murid untuk menemukan bentuk pembelajaran yang lebih cocok. Sedangkan
evaluasi hasil, dapat dilakukan melalui penilaian sejawat (peer assesment)
maupun penilaian guru secara langsung (authentic assesment).
Lebih lanjut,
Sayuti (1985:213) menjelaskan bahwa secara garis besar, metode pembelajaran
dapat dibedakan berdasarkan bahan (materi) pengajaran dan interaksi belajar
mengajar. Metode pengajaran yang berhubungan dengan bahasa pengajaran dalam
pengajaran puisi banyak berkaitan dengan metode analisis puisi, antara lain
1. Metode Dikotomi, yaitu sebuah metode yang mendasarkan diri pada pendapat yang
menyatakan bahwa puisi itu terdiri dari segi bentuk dan segi isi. Pembagian ini
memang sudah sangat umum dan sangat tua usianya, dan sampai kini masih banyak
diikuti orang,
2. Metode Fenomenologi, yaitu sebuah metode ini mendasarkan diri pada pandangan fenomenologis
Edmond Husserl yang memandang bahwa suatu karya itu tidak hanya sebagai suatu
sistem norma, melainkan juga sebagai suatu susunan lapis norma. Untuk
membedakan penilaian terhadap suatu karya. Karya itu, harus dianalisis
berdasarkan lapis-lapis norma yang terdapat di dalamnya. Susunan norma itu
menjadi tiga lapis, yaitu (1) lapis bunyi, (2) lapis arti, dan (3) lapis objek.
Kemudian Ingarden menambahkan dua lapis lagi, yang hanya hakikatnya lapis-lapis
itu tidak dapat dipisahkan, yakni (4) lapis sudut pandangan tertentu tentang
dunia, dan (5) lapis nilai metafisik.
3. Metode Linguistik, yaitu sebuah metode yang menggunakan teori teks menerangkan bagaimana
terjadinya himpunan-himpunan kalimat yang pada kahirnya dapat diberi predikat
literer, estetis, atau puitis. Menurut Hulshof (dalam Noer Toegiman, 1979),
terdapat seperangkat istilah yang diperlukan dalam teori teks. Istilah-istilah
itu bukan merupakan istilah asing lagi bagi mereka yang telah mengenal
lingustik dan sastra, yaitu struktur luar (surface structure),
struktur dalam (deep structure), transformasi (transformation), parafrase
(paraphrase), dan interpretasi (interpretation). Struktur
luar adalah susuan kalimat atau himpunan kalimat sutau teks atau bagian teks
yang akan dibaca atau didengar. Pendek kata, struktur luar sama dengan struktur
yang tersurat sebagaimana yang tersaji dalam kondisi siap-pakai, siap-baca.
Sedangkan struktur dalam dapat disebut sebagai struktur tersirat. Struktur
dalam belum mengalami proses lebih lanjut dalam perumusannya. Untuk mudahnya,
dapat dikatakan bahwa struktur dalam berhubungan dengan isi. Sebagai sebuah
istilah, transformasi dalam teori teks ialah perubahan struktur dalam menjadi
struktur luar. Jadi, dari bentuk tersirat menjadi bentuk tersurat. Melalui
transformasi, struktur dalam menjelma menjadi struktur luar. Tahap transformasi
ini menjadi bagian utama dalam teori teks. Dalam teori teks, parafrase
dipergunakan untuk mengembalikan struktur dalam, mengembalikan struktur
“bergaya” menjadi struktur yang sederhan. Parafrase membuka jalan untuk
mengetahui deviasi dan foregrounding yang terdapat pada struktur
luar. Apa yang tersirat dalam struktur luar tidak senantiasa dapat diterangkan
melalui parafrase saja. Penjelasan lebih lanjut masih diperlukan mengenai
konteks dan situasi serta kondisinya, yakni hal-hal yang ada sangkut-pautnya
dengan struktur luar dan struktur dalam tersebut. Oleh karena itu, interpretasi
diperlukan. Hal ini disebabkan bahwa interpretasi merupakan penjelasan struktur
dalam berdasarkan atau memperhatikan konteksnya.
Menciptakan
Pembelajaran Puisi yang Menarik
Apresiasi puisi merupakan bagian yang tidak dapat
dilepaskan dari pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA. Namun, kenyataan
di lapangan, kegiatan ini sering menemui berbagai kendala, baik dari pihak guru
maupun siswa. Guru yang tidak menyukai sastra cenderung menghindari
pembelajaran apresiasi puisi ini. Kalau pun mau mengajarkan, mereka akan
mengajarkannya dengan sepintas lalu, dengan cara ala kadarnya, sehingga tidak
menarik dan terasa sangat membosankan.
Sementara itu, tak jauh beda pula bila ditilik dari
sisi siswa. Bukan rahasia lagi, di dalam kelas masih banyak (tidak semua) siswa
yang kurang suka pada puisi. Siswa seringkali sudah apriori ketika mendengar
kata ’puisi’. Mereka menganggap bahwa puisi itu sesuatu yang sulit untuk
dipelajari. Dalam kegiatan apresiasi puisi, banyak siswa yang merasa akan
dihadapkan pada sebuah pekerjaan berat yang sering menimbulkan rasa
was-was, bimbang, ragu.
Kondisi semacam ini bila dibiarkan tentu akan
semakin menjauhkan siswa dari puisi. Padahal, kegiatan apresiasi sastra –
termasuk puisi – sangat bermanfaat untuk memperkaya jiwa penikmatnya. Bukankah
dalam puisi sering dijumpai banyak hal? Mulai hal-hal yang berkaitan dengan
religiusitas, sosial, politik, moral, dan masih banyak lagi.
Pemegang kunci utama untuk memperbaiki kondisi ini
tentu saja guru. Guru harus mau berupaya untuk menciptakan pembelajaran puisi
yang menarik. Guru harus berani melakukan inovasi pembelajaran. Selama ini,
guru bahasa Indonesia di sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran sastra –
termasuk puisi – terlalu berorientasi pada teori. Jalannya pembelajaran sangat
teoretis sehingga produknya adalah membosankan. Apresiasi sebagai
titik berat pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pun sering diabaikan.
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk
menciptakan pembelajaran puisi yang menarik adalah dengan memanfaatkan
teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami revolusi yang sangat
cepat. Dalam bidang pendidikan, perubahan-perubahan ini menjadi salah satu
modal penting penyelenggaraan kegiatan pendidikan yang lebih efisien dan
efektif. Dalam hal ini, pendekatan teknologis menjadi bagian yang penting dan
tidak dapat dipisahkan dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran.
Sekolah-sekolah pun terus berupaya melengkapi fasilitas yang terkait dengan
perkembangan teknologi ini. Misalnya, laboratorium bahasa, LCD Proyektor,
jaringan internet dan sebagainya.
Berdasarkan potensi yang dimiliki sekolah, guru
dapat menyajikan pembelajaran yang menarik melalui pembelajaran berbasis TIK.
Misalnya, dengan menampilkan video musikalisasi puisi atau pun video pembacaan
puisi dari para sastrawan yang banyak ditemukan dan dapat diunduh dari
internet. Selama ini, mungkin siswa hanya mendengar nama dan membaca
karya-karya sastrawan Taufik Ismail, W.S. Rendra, Emha Ainun Nadjib, dan
kawan-kawan dari buku yang siswa baca. Dengan bantuan teknologi, guru dapat menghadirkan
sastrawan-sastrawan tersebut ke ruang kelas. Bagaimana wajah penyair-penyair
besar tersebut dan bagaimana mereka membacakan puisi-puisi yang mereka cipta.
Menyimak pembacaan puisi maupun musikalisasi puisi
melalui video ini tentu lebih menarik bagi siswa dibandingkan dengan hanya
membaca buku teks. Melalui video, siswa lebih mudah menangkap pesan puisi.
Sebab video seringkali dilengkapi dengan suara dan gambar. Di samping itu,
siswa juga memperoleh pengalaman belajar yang baru. Tidak hanya mendengarkan
guru ceramah di depan kelas. Bila siswa sudah tertarik, maka guru dapat lebih
mudah menyampaikan inti dari pembelajaran puisi sehingga sasaran utama
pembelajaran apresiasi sastra sebagai wahana memperkaya jiwa dapat tercapai.
Selamat mencoba.

ANALISIS PUISI
PADAMU JUA ( KARYA
AMIR HAMZAH)
PADAMU JUA
Habis kikis
segala cintaku hilang terbang
pulang kembali aku padamu
seperti dahulu
segala cintaku hilang terbang
pulang kembali aku padamu
seperti dahulu
Kaulah kandil kemerlap
pelita jendela di malam gelap
melambai pulang perlahan
sabar, setia selalu.
Satu kekasihku
aku manusia
rindu rasa
rindu rupa.
Di mana engkau
rupa tiada
suara sayup
hanya kata merangkai hati
Engkau cemburu
engkau ganas
mangsa aku dalam cakarmu
bertukar tangkap dengan lepas
Nanar aku, gila sasar
sayang berulang padamu jua
engkau pelik menarik ingin
serupa dara di balik tirai
Kasihmu sunyi
menunggu seorang diri
lalu waktu - bukan giliranku
mati hari - bukan kawanku..
Di antara sastrawan-sastrawan Pujangga Baru, nama
Amir Hamzah tentu paling dikenal dalam bidang puisi. Hal ini tidak lepas juga
dari gelar yang telah dilekatkan padanya oleh Paus Sastra Indonesia, H. B.
Jassin sebagai Raja Penyair Pujangga Baru. Melihat salah satu puisi Amir
Hamzah
berjudul Padamu Jua di atas, kita tidak bisa melepaskannya dari ciri
khas Amir Hamzah yang suka mengangkat tema-tema agama. Kesukaannya dengan
hal-hal berbau sufistik juga mengingatkan kita pada Hamzah Fansuri, peletak
dasar puisi modern di Indonesia.
1.
ANALISIS
LAPIS BUNYI
Dari puisi ”Padamu Jua” dapat diketahui bahwa puisi angkatan
ini bukan termasuk pantun atau syair lagi. Pilihan kata-katanya sangat indah
dan diwujudkan dalam rima yang sesuai. Puisi ”Padamu Jua” mengekspresikan
perasaan rindu dan cinta kepada sang kekasih. Dalam puisi ”Padamu Jua” terdapat
bahasa kias yang berupa perbandingan, seperti serupa dara di balik tirai.Pada
puisi ”Padamu Jua” masih mempertahankan persajakan. Persajakan ini dapat
dilihat pada setiap baitnya.
Daya tarik yang terasa ketika membaca puisi “Padamu
Jua” adalah adanya kekuatan pada keindahan bunyi. Keindahan itu terbentuk pada
pilihan kata/ diksi yang membentuk persajakan. Kekuatan persajakan/ rima terasa
pada setiap larik.
Kekhasan puisi lama yang memperhatikan keindahan
bunyi masih dipertahankan. Namun tidak taat terikat seperti pantun, karmina,
seloka, syair, atau gurindam. Keindahan
bunyi tidak hanya terdapat pada akhir bait seperti halnya puisi lama. Beberapa
larik pada tiap bait sudah terasa persajakannya, baik aliterasi maupun asonansi.
1. Contoh
persajakan yang berbentuk aliterasi
a. Habis kikis
b. segala cintaku hilang terbang
c. pulang kembali aku padamu
d. Kaulah kandil kemerlap
e. pelita
jendela di malam gelap
f.melambai
pulang perlahan
g. sabar,
setia selalu
h. suara
sayup
i. Nanar aku, gila
sasar
2. Contoh
persajakan yang berbentuk asonansi.
a. Habis
kikis
b. segala cintaku
c. aku padamu
d. rindu rasa
rindu rupa.
e. Kasihmu sunyi
menunggu
seorang diri
lalu
waktu - bukan giliranku
mati
hari - bukan kawanku..
Pada bait ke-3 dan ke-5 terdapat paralelisme anafora, yaitu rima
berbentuk
perulangan kata yang sama.
Ø ………….
rindu rasa
rindu rupa.
………….
Ø ………………
Engkau cemburu
engkau ganas
……………..
Kekuatan
persajakan puisi “Padamu Jua” pada tiap
larik dan bait tidak asal memilih kata yang sama tetapi juga memperhatikan
makna. Jadi, sesuai dengan predikat Amir Hamzah Sang pembaharu puisi
angkatan 30-an/ Pujangga Baru sebagai penghubung bentuk puisi lama dan baru.
2.
ANALISIS
LAPIS MAKNA
Padamu Jua adalah puisi yang mengisahkan tentang
pertemuan dua orang kekasih yang telah lama terpisah, yaitu antara Si Aku
dengan kekasihnya. Puisi ini banyak menggunakan bahasa simbol dengan konotasi
positif, seperti kandil, pelita, sabar, setia, dara. Selain itu banyak juga
digunakan kata-kata berkonotasi negatif, seperti kikis, hilang, cemburu, ganas,
cakar, lepas, nanar, sasar, sunyi. Kata-kata tersebut dapat membantu kita untuk
memahami maksud dari puisi tersebut. Oleh karena itu, saya menafsirkan
pertemuan yang dimaksud adalah pertemuan yang abadi, yaitu setelah kematian Si
Aku. Sedangkan kekasih yang dimaksud adalah Tuhan Si Aku yang selalu
mencintainya walupun Si Aku telah berpaling dari-Nya.
Pada bait pertama, dapat kita
ambil suatu kesimpulan bahwa Si Aku merasakan bahwa ia tidak bisa menghindar
dari kekasihnya, Tuhannya. Walaupun cinta itu sampai habis terkikis oleh masa
dan hilang terbang ke tempat yang antah-berantah, Si Aku tetap tidak bisa
melepaskan diri dari kekasihnya. Pulang kembali aku padamu, kata Si Aku
dalam salah satu baris puisinya. Bahkan untuk menguatkan keteguhan cinta
kekasih Si Aku tersebut, Amir Hamzah menambahkan Seperti dahulu.
Pada bait kedua, Si Aku
memperlihatkan bagaimana ketulusan cinta kasih yang diberikan kekasihnya pada
dirinya. Cinta yang diberikan kekasihnya diibaratkan sebagai kandil kemerlap
dan pelita jendela di malam gelap yang selalu sabar dan setia menanti
kedatangan Si Aku dari perginya yang lama.
Namun, di bait ketiga, Si Aku tetap tidak mau
mepedulikan kekasihnya itu. Sebagai seorang manusia, ia juga membutuhkan rasa
cinta yang berbentuk (rindu rupa). Sedangkan kekasihnya ini adalah sesuatu yang
tidak nampak.
Pada bait keempat, Si Aku
menumpahkan penasarannya itu dan bertanya, Di mana engkau /rupa tiada/ suara
sayup/ hanya kata merangkai hati. Karena yang dicintai adalah Tuhan, maka
mata manusia tidak mampu melihatnya. Sehingga rupa pun menjadi tiada. Tetapi
bisikan kata-kata selalu dirasakan Si Aku merangkai hatinya untuk meyakini
bahwa ia memang tengah mencintai kekasihnya dan kasih itu berbalas.
Pada bait kelima, Si Aku
menjelaskan bahwa kekasihnya itu telah menjadi terbakar api cemburu oleh
kelakuan Si Aku, yaitu ketika Si Aku meningglkan kekasihnya, sebelum ia
melakoni “pulang kembali”nya. Hal ini, menurut Si Aku, mengakibatkan sang
kekasih menjadi ganas. Si Aku melihat bahwa kekasihnya hanya ingin cintanya tak
berbagi ke lain hati. Kekasih Si Aku ingin memiliki Si Aku sepenuhnya. Kata mangsa
ini menandakan pemaksaan kekasihnya tersebut.
Bait keenam menunjukkan kepasrahan
Si Aku karena telah “dimangsa” oleh “cakar” kekasihnya. Ia menjadi nanar
dan gila sasar. Tak tahu hendak ke mana. Ia telah buta arah. Dalam
bahasa Sasak, biasa dikatakan kebebeng. Karena, biar bagaimanapun, ia
menyadari bahwa ia akan berulang (kembali) lagi kepada kekasihnya. ditandaskan
lagi, cinta yang diberikan kekasihnya diibaratkan Serupa dara di balik tirai
yang seakan-akan pelik menusuk ingin, benar-benar membuat penasaran dan
ingin tahu.
Pada bait terakhir merupakan
puncak pertemuan Si Aku dengan kekasihnya. ternyata Si Aku mendapatkan bahwa
kasih yang diberikan kekasihnya itu sunyi. Sepi, karena ia hanya menunggu
seorang diri. Itu dirasakan Si Aku setelah waktu bukan lagi menjadi haknya.
Dan matahari bukan lagi menjadi kawannya. Saat Si Aku melakukan “pulang
kembali”-nya itu, yaitu ketika Si Aku mengalami kematian.
3.
ANALISIS
LAPIS OBJEK
Lapis ketiga ini merupakan lapis satuan arti yang berupa
objek – objek yang dikemukakan berupa latar, pelaku, dan dunia pengarang. Puisi
Padamu Jua mengemukakan objek –objek yaitu :
1.
Bait
pertama objeknya adalah cintaku, aku, padamu
2.
Bait
kedua objeknya adalah kaulah, kandil, pelita, jendela,
3.
Bait
ketiga objeknya adalah kekasihku, aku, manusia, rupa
4.
Bait
keempat objeknya adalah engkau, rupa, suara, hati
5.
Bait
kelima objeknya adalah engkau, aku, cakarmu,
6.
Bait
keenam objeknya adalah aku, padamu, engkau, dara, tirai
7.
Bait
ketujuh objeknya adalah kasihmu , seorang, giliranku, waktu, kawanku, hari.
Dalam puisi tersebut pengarang mengemukakan objek tokoh
atau pelaku yaitu aku, padamu. Latar waktu dilukiskan dengan kata malam gelap,
lalu waktu, mati hari ; sedangkan latar tempat pengarang melukiskan dengan
menggunakan kata – kata yang terdapat pada bait keempat :
Dimana
engkau
Rupa
tiada
Suara
sayup
Hanya
kata merangkai hati
Dunia pengarang
adalah ceritanya , yang merupakan dunia yang diciptakan oleh si pengarang. Ini
merupakan gabungan dan jalinan objek- objek yang dikemukakan latar, pelaku,
serta struktur ceritanya seperti berikut.
Pengarang mengungkapkan tokoh aku yang sudah lama
merasa kehilangan cinta Tuhan. Aku ingin
kembali mendapatkan cinta Tuhan yang selalu sabar dan setia menunggu. Aku
sangat merindukan cinta kasih Tuhan. Aku mencari dimanakah cinta Tuhan. Aku
merasakan bahwa dirinya menomorduakan cinta Tuhan atau tidak setulusnya
mencintai Tuhan. Aku merasakan kebingungan dan kesulitan dalam hidupnya dan
akhirnya mencari serta ingin kembali
kepada Tuhan . Ketika tokoh aku dalam keadaan
susah atau menderita baru dapat merasakan cinta dari Tuhan dan aku menunggu
cinta Tuhan sampai ajal menjemput.
4.
ANALISIS
LAPIS DUNIA
Lapis “ dunia “
yang tidak usah dinyatakan tetapi sudah implisit dinyatakan sebagai berikut
Dipandang dari sudut pandang tertentu :
Pada
bait pertama si aku merasakan
kehilangan cintanya namun akhirnya dia kembali kepada cintanya seperti dahulu
yaitu cinta Tuhan. Pada bait kedua mengungkapkan bahwa cinta Tuhan diibaratkan seperti
pelita yang memberikan cahaya di malam gelap . Ketika aku dalam keadaan tanpa
cinta, Tuhan mengulurkan tangannya untuk memberikan cintanya kepada aku dengan
sabar dan selalu setia.
Pada bait ketiga diungkapkan bahwa aku sebagai manusia merindukan rasa cintanya kepada Tuhan.
Bait keempat dan kelima menyatakan si aku yang mencari
dan ingin menemukan kembali cinta Tuhan
yang hanya dapat dia rasakan di dalam hatinya. Aku merasakan bahwa Tuhan tidak
mencintainya karena yang aku rasakan adalah penderitaan dalam hidup .
Bait keenam menyatakan si aku yang bingung mencari cinta Tuhan yang begitu pelik dan
membingungkan , namun akhirnya aku kembali kepada Tuhan . Ibaratnya cinta Tuhan
tersamar seperti seorang gadis dibalik tirai yang tidak dapat dipahami.
Bait terakhir mengungkapkan bahwa kasih Tuhan dapat
dirasakan sampai akhir hayat dan aku dapat merasakan kasih Tuhan seorang diri
dalam keadaan sunyi sepi.
Lapis kelima adalah lapis metafisis yang menyebabkan pembaca berkontemplasi . Dalam
sajak ini mengungkapkan bahwa ketika kita dalam keadaan menderita , kita pasti
mencoba untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Kadang kita merasakan penderitaan
dalam kehidupan kita dan merasa bahwa Tuhan itu tidak mencintai kita , bahkan
kita meninggalkan atau melupakan Tuhan. Padahal dibalik penderitaan itu Tuhan
mempunyai rencana lain yang lebih indah. Oleh karena itu , pengarang ingin
mengingatkan kepada kita agar kita selalu ingat kepada Tuhan baik dalam keadaan
suka maupun duka.
Deklamasi berasal dari bahasa Latin yang maksudnya declamare
atau declaim yang membawa makna membaca sesuatu hasil sastera yang berbentuk
puisi dengan lagu atau gerak tubuh sebagai alat bantu. Gerak yang dimaksudkan
ialah gerak alat bantu yang puitis, yang seirama dengan isi bacaan.
Umumnya memang deklamasi berkait rapat dengan puisi, akan
tetapi membaca sebuah cerpen dengan lagu atau gerak tubuh juga bisa dikatakan
mendeklamasi. Mendeklamasikan puisi atau cerpen bermakna membaca, tetapi
membaca tidak sama dengan maksud mendeklamasi. Maksudnya di sini bahwa apapun
pengertian membaca tentunya jauh berbeda dengan maksud deklamasi.
Sudah jelas deklamasi itu berasal dari bahasa asing, jadi
maknanya ia bukan kata asli Indonesia. Memang keadaan semacam ini sering
berlaku di Indonesia, misalnya kata neraka, izin, zaman, ajal, karam dan
lain-lain berasal dari bahasa Arab, sedang tauco, tauge berasal dari bahasa
Tionghua. Manakala dastar, kenduri, kelasi berasal dari bahasa Persi. Lampu,
mesin, koki, repot dari bahasa Belanda, manakala pensil, botol berasal dari
bahasa Inggris dan demikianlah halnya deklamasi berasal dari bahasa Latin.
Di Indonesia perkataan deklamasi sudah ada sebelum tahun 1950-an. Deklamasi artinya membawa puisi-puisi, sedang orang yang melakukan deklamasi itu disebut “Deklamator” untuk lelaki dan “Deklamatris” untuk perempuan.
Di Indonesia perkataan deklamasi sudah ada sebelum tahun 1950-an. Deklamasi artinya membawa puisi-puisi, sedang orang yang melakukan deklamasi itu disebut “Deklamator” untuk lelaki dan “Deklamatris” untuk perempuan.
Apa bedanya deklamasi dan nyanyi? Menyanyi ialah melagukan
suatu nyanyian dengan menggunakan not-not do-re-mi atau not balok, sedang
deklamasi ialah membawakan pantun-pantun, syair, puisi atau sajak dengan
menggunakan irama dan gaya yang baik. Disamping itu kita mengenal pula: menari,
melukis, memahat, sandiwara dan
3.
BAHAN YANG DIDEKLAMASIKAN
Tentu saja tidak semua pantun, sajak atau puisi dapat
dideklamasikan, malah cerpen dan novel juga boleh dideklamasikan/soalnya kita
harus memilih mana sajak, puisi, pantun-pantun yang baik dan menarik untuk
dideklamasikan.
4.
CARA BERDEKLAMASI
Seperti telah dijelaskan bahawa berdeklamasi itu membawakan
pantun, syair dan sajak atau puisi. Kemudian apakah cukup hanya asal membawakan
saja? Tentu tidak! Berdeklamasi, selain kita mengucapkan sesuatu, haruslah pula
memenuhi syarat-syarat lainnya. Apakah syarat-syarat itu? Sebelum kita
berdeklamasi, kita harus memilih dulu pantun, syair, sajak apa, yang rasanya
baik untuk dideklamasikan. Terserah kepada keinginan masing-masing.
Yang penting pilihlah sajak atau puisi, pantun atau syair
yang memiliki isi yang baik dan bentuk yang indah dideklamasikan. Mengenai hal
isi tentunya dapat minta nasihat, petunjuk dan bimbingan dari mereka yang lebih
berpengalaman dan berpengetahuan atau ahli dalam bidang deklamasi. Kalau kita
sudah memilih sebuah puisi misalnya, tentu saja boleh lebih dari satu. Hal ini
sering terjadi dalam lomba-lomba yang menyiapkan puisi wajib dan puisi pilihan.
Nah, sesudah itu, lalu apa lagi yang harus kita perbuat? Maka tidak boleh tidak
harus mentafsirnya terlebih dahulu.
5.
MENAFSIR PUISI
Apakah puisi yang kita pilih itu berunsur kepahlawanan,
keberanian, kesedihan, kemarahan, kesenangan, pujian dan lain-lain? Kalau puisi
yang kita pilih itu mengandung kepahlawanan, keberanian dan kegagahan, maka
kita pun harus mendeklamasikan puisi tersebut dengan perasaan dan laku
perbuatan, yang menunjukkan seorang pahlawan, seorang yang gagah berani. Kita
harus dapat melukiskan kepada orang lain, bagaimana kehebatan dan kegagahan
kapal udara itu. Bagaimana harus mengucapkan kata-kata yang seram dan menakutkan.
Sebaliknya kalau saja puisi yang kita pilih itu mengadung
kesedihan, sewaktu kita berdeklamasi haruslah betul-betul dalam suasana yang
sedih dan memilukan, bahkan harus bisa membuat orang menangis bagi orang yang
mendengar dan melihat kita sedih, ketika dideklamasikan menjadi sebuah puisi
yang gembira, bersukaria atau sebaliknya. Tentu saja hal-hal seperti itu harus
dijaga benar-benar. Karena itu, harus berhati-hati, teliti, tenang dan
sungguh-sungguh dalam menafsir sebuah puisi.
Bacalah seluruh puisi itu berulang-ulang sampai kita mengerti
betul apa-apa yang dikandung dan dimaksud oleh puisi tersebut. Juga kata-kata
yang sukar dan tanda-tanda baca yang kurang jelas harus dipahami benar-benar,
Jika sudah dimengerti dan diselami isi puisi itu, barulah kita meningkat ke
persoalan yang lebih lanjut.
6.
MEMPELAJARI ISI UNTUK MENDEKLAMASI PUISI
Cara mengucapkan puisi itu tidak boleh seenaknya saja, tapi
harus tunduk kepada aturan-aturannya: di mana harus ditekankan atau
dipercepatkan, di mana harus dikeraskan, harus berhenti, di mana harus
dilambatkan atau dilunakkan, di mana harus diucapkan biasa, dan sebagainya.
Jadi, bila kita mendeklamasikan puisi itu harus supaya menarik, maka harus
dipakai tanda-tanda tersendiri:
——
Diucapkan biasa saja
/ Berhenti sebentar untuk bernafas/biasanya pada koma atau di tengah baris
// Berhenti agak lama/biasanya koma di akhir baris yang masih berhubungan artinya
/ Berhenti sebentar untuk bernafas/biasanya pada koma atau di tengah baris
// Berhenti agak lama/biasanya koma di akhir baris yang masih berhubungan artinya
dengan baris berikutnya
/// Berhenti lama sekali biasanya pada titik baris terakhir atau pada penghabisan puisi
^ Suara perlahan sekali seperti berbisik
^^ Suara perlahan sahaja
^^^ Suara keras sekali seperti berteriak
V Tekanan kata pendek sekali
VV Tekanan kata agak pendek
VVV Tekan kata agak panjang
VVVV Tekan kata agak panjang sekali
____/ Tekanan suara meninggi
____ Tekanan suara agak merendah \
/// Berhenti lama sekali biasanya pada titik baris terakhir atau pada penghabisan puisi
^ Suara perlahan sekali seperti berbisik
^^ Suara perlahan sahaja
^^^ Suara keras sekali seperti berteriak
V Tekanan kata pendek sekali
VV Tekanan kata agak pendek
VVV Tekan kata agak panjang
VVVV Tekan kata agak panjang sekali
____/ Tekanan suara meninggi
____ Tekanan suara agak merendah \
Cara meletakkan tanda-tanda tersebut pada setiap kata
masing-masing orang berbeda tergantung kepada kemahuannya sendiri-sendiri. Dari
sinilah kita dapat menilai: siapa orang yang mahir dan pandai berdeklamasi.
Demikianlah, setelah tanda-tanda itu kita letakkan dengan
baik dan dalam meletakkannya jangan asal meletakkan saja, tapi harus memakai
perasaan dan pertimbangan, seperti halnya kalau kita membaca berita: ada koma,
ada titik, tanda-tandanya, titik koma dan lain-lain.
Kalau tanda-tanda itu sudah diletakkan dengan baik, barulah
kita baca puisi tersebut berulang-ulang sesuai dengan irama dan aturan tanda
itu. Dengan sendirinya kalau kita sudah lancar benar, tekanan-tekanan,
irama-irama dan gayanya takkan terlupa lagi selama kita berdeklamasi.
Mendeklamasi itu ialah membawakan puisi yang dihafal. Memang
ada juga orang berdeklamasi puisi di atas kertas saja. Cara seperti itu kurang
enak kecuali jika untuk siaran pembacaan puisi di radio atau rekaman. Tetapi
deklamasi itu selalu saja didengar dan ditonton orang. Mana mungkin para
penonton akan senang, melihat kita berdeklamasi kalau muka kita tertunduk
melulu terus menerus kala mendeklamasikan puisi itu. Tentu saja membosankan
bukan?
Makanya sebaik mungkin deklamator harus menghafal puisi yang
mahu dideklamasi itu. Caranya ulangilah puisi itu berkali-kali tanpa mempergunakan
teks, sebab jika tidak demikian di saat kita telah naik pentas, kata-kata dalam
terputus-putus.
Betapa lucunya seorang deklamator, ketika dengan gaya yang
sudah cukup menarik di atas panggung, di muka penonton yang ramai, tiba-tiba ia
lupa pada kalimat-kalimat dalam puisi. Ia seperti terhenti, terpukau, mau
bersuara tak tentu apa yang harus diucapkan. Mau mengingat-ingat secara khusuk
terlalu lama. Menyaksikan keadaan demikian itu sudah tentu para penonton akan
kecewa. Bagi sideklamator sendiri akan mendapat malu. Oleh kerana itu
dihafalkanlah puisi itu sebaik-baiknya sampai terasa lancar sekali. Setelah
dirasakan yakin, bahawa sebuah puisi telah sanggup dibaca di luar kepala,
barulah berlatih mempergunakan mimik atau “action”
Cara menghafal tentu saja dengan cara mengingatnya sebaris
demi sebaris dan kemudian serangkap demi serangkap disamping berusaha untuk
mengerti setiap kata yang dicatatkan karena hal itu menjadi jelasnya maksud dan
tujuan isi puisi itu.
Deklamasi bukan ucapan semata. Deklamasi harus disertai
gerak-gerak muka, kalau perlu dengan gerak seluruh anggota badan atau seluruh
tubuh, tetapi yang paling penting sekali ialah gerak-gerak muka. Dengan
ucapan-ucapan yang baik dan teratur, diserta dengan gerak geri muka nescaya
akan bertambah menarik, apa lagi kalau ditonton. Dari gerak geri muka itu
penonton dapat merasakan dan menyaksikan mengertikan puisi yang dideklamasikan
itu. Apakah puisi itu mengandung kesedihan, kemarahan, kegembiraan dan
lain-lain.
Hanya saja dalam melakukan gerak geri itu jangan sampai
berlebih-lebihan seperti wayang orang yang bergerak ke sana ke mari, sehingga
mengelikan sekali. Berdeklamasi secara wajar, tertib dan mengesankan.
Untuk mudahnya bagi seorang deklamator/deklamatris melengkapi
dirinya dalam mempersiapkan kesempurnaan berdeklamasi, maka seorang calon harus
mengetahui pula hal-hal yang menjadi aspek penilaian dalam suatu lomba
deklamasi. Yang menjadi penilaian juri terhadap pembawa puisi atau deklamator
meliputi bidang-bidang seperti berikut:
Sewaktu pembawa puisi itu muncul di atas pentas, haruslah
diperhatikan lebih dahulu hal pakaian yang dikenakannya. Kerapian memakai
pakaian, keserasian warna dan sebagainya akan menambahkan angka bagi si pembawa
puisi. Tentu saja penilaian pakaian ini bukan terletak pada segi mewah tidaknya
pakaian itu, tetapi dalam hal kepantasan serta keserasiannya. Kerana itu,
perhatikanlah pakaian lebih dahulu sebelum tampil di atas pentas. Hindarikan
diri dari kecerobohan serta ketidakrapian berdandan.
Baris demi baris dalam puisi, sudah tentu tidak sama cara
memberikan tekanannya. Ini bergantung kepada kesanggupan si pembaca puisi dan
menafsirkan tiap-tiap kata dalam hubungannya dengan kata lainnya. Sehingga ia
menimbulkan suatu pengungkapan isi kalimat yang tepat. Kesanggupan si pembaca
puisi memberikan tekanan-tekanan yang sesuai pada tiap kata yang menciptakan
lagi kalimat pada baris-baris puisi, akan memudahkan mencapai angka tertinggi
dalam segi intonasi.
Kemampuan si pembaca puisi dalam menemukan arti dan tafsiran
yang tepat dari kata demi kata pada tiap baris kemudian pada kelompok bait demi
bait puisi akan terlihat pada kesan air muka atau wajahnya sendiri. Ada kalanya
seorang pembawa puisi tidak menghayati isi dan jiwa tiap baris puisi dalam
sebuah bait, sehingga antara kalimat yang diucapkan dan airmuka yang
diperlihatkan tampak saling bertentangan.
Jadi, penghayatan itu sangat penting dan ia harus dipancarkan pada sinar wajah si pembawa puisi. Misalnya sebuah bait dalam puisi yang bernada sedih haruslah digambarkan oleh si pembaca puisi itu melalui air mukanya yang sedih dan bermuram durja.
Jadi, penghayatan itu sangat penting dan ia harus dipancarkan pada sinar wajah si pembawa puisi. Misalnya sebuah bait dalam puisi yang bernada sedih haruslah digambarkan oleh si pembaca puisi itu melalui air mukanya yang sedih dan bermuram durja.
Seorang pembaca puisi akan dinilai mempunyai pengertian
terhadap sesuatu puisi, manakala ia sanggup mengucapkan kata demi kata pada
tiap baris puisi disertai kesan yang terlihat pada air mukanya. Jika tidak
berhasil, dikatakannya si pembaca puisi itu belum mempunyai apresiasi atau
apresiasinya terhadap puisi itu agak kurang. Dalam istilah umumnya apresiasi
diterjemah lebih jauh lagi sebagai penghayatan.
Seorang pendeklamator yang baik/ia harus menghayati makna dan
isi puisi yang akan dideklamasikan dan
tanpa menghayatinya, maka sudah tentu persembahannya bakal hambar, lesu dan tak
bertenaga.
Mimik atau action dalam sebuah deklamasi puisi sangat besar
pengaruhnya terhadap pembentukan suasana pembacaan puisi. Seorang pembawa puisi
yang berhasil ia akan mengemukan sesuatu action atau mimik itu sesuai dengan
perkembangan kata demi kata dalam tiap baris dan tidak bertentangan dengan jiwa
dan isi kata-kata kalimat dalam puisi. Terjadinya kontradiksi antara apresiasi
dan action menimbulkan kesan yang mungkin bisa menjadi bahan tertawaan
penonton. Hal ini harus dipelajari sebaik-baiknya oleh si pembawa puisi. Tanpa
hal itu, ia tak mungkin bisa mendapatkan angka terbaik dalam pembawaan puisi.
Sebagi contoh: ketika si pembawa sajak menyebut “dilangit
tinggi ada bulan” tetapi mimik kedua belah tangan menjurus ke bumi, Hal ini
akan menimbulkan bahan tertawaan bagi penonton, mana mungkin ada bulan di bumi,
tentu hal itu tidak mungkin sama sekali. Betapapun bulan selalu ada di langit.
Inilah yang dimaksud betapa pentingnya pembawa sajak menguasai apresiasi puisi,
sehingga dapat menciptakan mimik yang sesuai dengan keadaan isi dan jiwa puisi
itu.
2. Faktor-faktor Penting dalam Membacakan Puisi
Setiap
bentuk dan gaya baca puisi selalu menuntut adanya ekspresi wajah, gerakan kepala,
gerakan tangan, dan gerakan badan. Keempat ekspresi dan gerakan tersebut harus
memperhatikan faktor-faktor di bawah ini:
1)
jenis
acara: pertunjukkan, pembuka acara resmi, performance-art, dll.
2)
pencarian
jenis puisi yang cocok dengan tema: perenungan, perjuangan, pemberontakan,
perdamaian, ketuhanan, percintaan, kasih sayang, dendam, keadilan, kemanusiaan,
dll.
3)
pemahaman
puisi yang utuh
4)
pemilihan
bentuk dan gaya baca puisi
5)
tempat
acara: indoor atau outdoor
6)
audien
7)
kualitas
komunikasi
8)
totalitas
performansi: penghayatan, ekspresi
9)
kualitas
vokal
10) kesesuaian gerak
11) jika menggunakan bentuk dan gaya teaterikal, maka harus
memperhatikan
(a) pemilihan kostum yang tepat
(b) penggunaan properti yang efektif dan
efisien
(c) setting yang sesuai dan
mendukung tema puisi
(d) musik yang sebagai musik pengiring puisi
atau sebagai musikalisasi puisi
3. Bentuk dan Gaya
dalam Membacakan Puisi
Suwignyo (2005) mengemukakan bahwa bentuk dan gaya baca puisi dapat dibedakan
mejadi tiga, yaitu (1) bentuk dan gaya baca puisi secara poetry reading,
(2) bentuk dan gaya baca puisi secara deklamatoris, dan (3) bentuk dan gaya
baca puisi secara teaterikal.
3.1Bentuk
dan Gaya Baca Puisi secara Poetry Reading
Ciri khas dari
bentuk dan gaya baca puisi ini adalah diperkenankannya pembaca membawa teks
puisi. Adapaun posisi dalam bentuk dan gaya baca puisi ini dapat dilakukan
dengan (1) berdiri, (2) duduk, dan (3) berdiri, duduk, dan bergerak.
Jika pembaca memilih bentuk dan gaya baca dengan posisi
berdiri, maka pesan puisi disampaikan melalui gerakan badan, kepala, wajah, dan
tangan. Intonasi baca seperti keras lemah, cepat lambat, tinggi rendah
dilakukan dengan cara sederhana. Bentuk dan gaya baca puisi ini relatif mudah
dilakukan.
Jika pembaca
memilih bentuk dan gaya baca dengan posisi duduk, maka pesan puisi disampaikan
melalui (1) gerakan-gerakan kepala: mengenadah, menunduk menoleh, (2) gerakan
raut wajah: mengerutkan dahi, mengangkat alis, (3) gerakan mata: membelakak,
meredup, memejam, (4) gerakan bibir: tersenyum, mengatup, melongo, dan (5)
gerakan tangan, bahu, dan badan, dilakukan seperlunya. Sedangkan intonasi baca
dilakukan dengan cara (1) membaca dengan keras kata-kata tertentu, (2) membaca
dengan lambat katakata tertentu, dan (3) membaca dengan nada tinggi kata-kata
tertentu.
Jika pembaca
memilih bentuk dan gaya baca puisi duduk, berdiri, dan bergerak, maka yang
harus dilakukan pada posisi duduk adalah (1) memilih sikap duduk dengan santai,
(2) arah dan pandangan mata dilakukan secara bervariasi, dan (3) melakukan
gerakan tangan dilakuakan dengan seperlunya. Sedang yang dilakukan pada saat
berdiri adalah (1) mengambil sikap santai, (2) gerakan tangan, gerakan bahu,
dan posisi berdiri dilakukan dengan bebas, dan (3) ekspresi wajah: kerutan
dahi, gerakan mata, senyuman dilakukan dengan wajar. Yang dilakukan pada saat
bergerak adalah (1) melakukan dengan tenang dan terkendali, dan (2) menghindari
gerakan-gerakan yang berlebihan. Intonasi baca dilakukan dengan cara (1)
membaca dengan keras kata-kata tertentu, (2) membaca dengan lambat katakata
tertentu, dan (3) membaca dengan nada tinggi kata-kata tertentu.
3.2 Bentuk
dan Gaya Baca Puisi secara Deklamatoris
Ciri khas dari
bentuk dan gaya baca puisi seacra deklamatoris adalah lepasnya teks puisi dari
pembaca. Jadi, sebelum mendeklamasikan puisi, teks puisi harus dihapalkan.
Bentuk dan gaya baca puisi ini dapat dilakukan dengan posisi (1) berdiri, (2)
duduk, dan (3) berdiri, duduk, dan bergerak.
Jika deklamator
memilih bentuk dan gaya baca dengan posisi berdiri, maka pesan puisi
disampaikan melalui (1) gerakan-gerakan tangan: mengepal, menunjuk, mengangkat
kedua tangan, (2) gerakan-gerakan kepala: melihat ke bawah, atas, samping
kanan, samping kiri, serong, (3) gerakan-gerakan mata: membelalak, meredup,
memejam, (4) gerakan-gerakan bibir: tersenyumm, mengatup, melongo, (5)
gerakan-gerakan tangan, bahu, badan, dan raut muka dilakukan dengan total.
Intonasi baca dilakukan dengan cara (1) membaca dengan keras kata-kata
tertentu, (2) membaca dengan lambat kata-kata tertentu, (3) membaca dengan nada
tinggi kata-kata tertentu.
Jika deklamator
memilih bentuk dan gaya dengan posisi duduk, berdiri, dan bergerak, maka yang
dilakukan pada posisi duduk adalah (1) memilih posisi duduk dengan santai, kaki
agak ditekuk, posisi mriing dan badan agak membungkuk, Dan (2) arah dan
pandangan mata dilakukan bervariasi: menatap dan menunduk. Sedang yang
dilakukan pada posisi berdiri (1) mengambil sikap tegak dengan wajah
menengadah, tangan menunjuk, dan (2) wajah berseri-seri dan bibir tersenyum.
Yang dilakukan pada saat bergerak (1) melakukan dengan tenang dan bertenaga,
dan (2) kaki dilangkahkan dengan pelan dan tidak tergesa-gesa. Intonasi
dilakukan dengan cara (1) membaca dengan keras kata-kata tertentu, (2) membaca
dengan lambat kata-kata tertentu, dan (3) membaca dengan nada tinggi kata-kata
tertentu.
Ciri khas bentuk dan gaya baca puisi teaterikal bertumpu pada totalitas
ekspresi, pemakaian unsur pendukung, misal kostum, properti, setting, musik,
dll., meskipun masih terikat oleh teks puisi/tidak. Bentuk dan gaya baca puisi
secara teaterikal lebih rumit daripada poetry reading maupun
deklamatoris. Puisi yang sederhana apabila dibawakan dengan ekspresi akan sangat
memesona.
Ekspresi jiwa puisi ditampakkan pada perubahan tatapan mata dan sosot mata.
Gerakan kepala, bahu, tangan, kaki, dan badan harus dimaksimalkan. Potensi teks
puisi dan potensi diri pembaca puisi harus disinergikan. Pembaca dapat pula
menggunakan efek-efek bunyi seperti dengung, gumam, dan sengau diekspresikan
dengan total. Lakuan-lakukan pembaca seperti menunduk, mengangkat tangan,
membungkuk, berjongkok, dan berdiri bebas diekspresikan sesuai dengan motivasi
dalam puisi. Aktualisasi jiwa puisi harus menyatu dengan aktualisasi diri
pembaca.
Inilah bentuk dari gaya baca puisi yang paling menantang
untuk dilakukan.
Puisi merupakan sebuah karya sastra yang
mengungkapkan gagasan/perasaan penulisnya melalui kata-kata atau tulisan yang
memiliki bunyi atau irama tertentu. Puisi juga dapat diartikan sebagai perasaan
hati oleh sebagian besar orang. Penulis puisi disebut juga penyair. Puisi lama
merupakan puisi yang dimana struktur penulisan, rima, bunyi mengikuti tata
aturan tertentu (seperti berima a a a a/a b a b). Puisi modern cenderung tidak
terikat pada suatu aturan tertentu. Puisi modern sangat berkembang sekarang
ini. Puisi dapat dibuat oleh siapapun, anak kecil, remaja, orang dewasa, atau
bahkan lansia.
Musik adalah sebuah karya sastra yang diekspresikan
melalui lantunan melodi, suara, instrumen, atau alat-alat yang bisa
menghasilkan bunyi untuk menyampaikan suatu gagasan. Musik dapat dilakukan
orang dengan memanfaatkan olah vokal, permainan alat musik yang telah banyak dikenal
seperti gitar, piano, harmonica dan lain sebagainya. Bagi pecinta musik,
kadangkala memainkan suatu alat yang dapat memunculkan suara unik yang akan
memberikan warna pada musik mereka seperti pada alat musik tradisional.
Musikalisasi puisi merupakan suatu kegiatan
penyampaian puisi melalui permainan musik sehingga menciptakan warna tersendiri
baik itu pada puisinya maupun musiknya. Perpaduan dua aliran seni tersebut
dapat memunculkan suatu pemaknaan yang mendalam. Musikalisasi puisi dapat
dilakukan tidak hanya satu orang dengan satu alat musik tetapi juga dalam
bentuk kelompok musik atau band. Musikalisasi puisi dapat kita jumpai pada
lagu-lagu yang yang dipopulerkan oleh group band Peterpan seperti "Aku dan
Bintang, Bagai Bintang di Surga, Semua Tentang Kita", selain itu group
band Gigi juga mempopulerkan sebuah karya musikalisasi puisi pada lagu yang
berjudul "11 Januari". Musikali puisi yang beraliran balada dapat
kita jumpai pada lagu-lagu yang dinyanyikan oleh Ebiet G. Ade salah satu
contohnya adalah "Lagu Untuk Sebuah Nama".
Dalam kegiatan musikalisasi puisi, seseorang harus
terlebih dahulu memahami dan dapat bermain musik secara benar. Jika dalam puisi
menceritakan tentang balada cinta tidak mungkin menggabungkannya dengan musik
beraliran underground atau metal, jadi musik yang akan dipadukan dengan puisi
haruslah sesuai tema/alirannya dengan puisi yang disampaikan.
Tahap selanjutnya, adalah menentukan tata cara
penggabungan musik dan puisi, apakah musik tersebut hanya untuk mengiringi
puisi atau yang disebut dengan puisi berbackground musik, ataukah puisi
tersebut menjadi lirik lagu yang memiliki nada tertentu di musik tersebut. Bagi
pemula, musik yang dijadikan background dari suatu puisi merupakan cara yang
terbaik dalam mempelajari musikalisasi puisi. Setelah berlatih dan terus
mengimprovisasi musikalisasi puisi barulah orang tersebut lebih mudah untuk
menjadikan puisi tersebut sebagai lirik sebuah lagu. Kunci kesuksesan dalam
mempelajari musikalisasi puisi adalah kemauan keras untuk terus berlatih dan
berimprovisasi secara mandiri. Selamat meramaikan dunia musik Indonesia dengan
musikalisasi puisi.
Banyak sayur dijual di pasar
Banyak juga menjual ikan
Kalau kamu sudah lapar
cepat cepatlah pergi makan
Banyak juga menjual ikan
Kalau kamu sudah lapar
cepat cepatlah pergi makan
Kalau harimau sedang mengaum
Bunyinya sangat berirama
Kalau ada ulangan umum
Marilah kita belajar bersama
Bunyinya sangat berirama
Kalau ada ulangan umum
Marilah kita belajar bersama
Hati-hati menyeberang
Jangan sampai titian patah
Hati-hati di rantau orang
Jangan sampai berbuat salah
Jangan sampai titian patah
Hati-hati di rantau orang
Jangan sampai berbuat salah
Manis jangan lekas ditelan
Pahit jangan lekas dimuntahkan
Mati semut karena manisan
Manis itu bahaya makanan.
Pahit jangan lekas dimuntahkan
Mati semut karena manisan
Manis itu bahaya makanan.
Buah berangan dari Jawa
Kain terjemur disampaian
Jangan diri dapat kecewa
Lihat contoh kiri dan kanan
Kain terjemur disampaian
Jangan diri dapat kecewa
Lihat contoh kiri dan kanan
Di tepi kali saya menyinggah
Menghilang penat menahan jerat
Orang tua jangan disanggah
Agar selamat dunia akhirat
Menghilang penat menahan jerat
Orang tua jangan disanggah
Agar selamat dunia akhirat
Tumbuh merata pohon tebu
Pergi ke pasar membeli daging
Banyak harta miskin ilmu
Bagai rumah tidak berdinding
Pergi ke pasar membeli daging
Banyak harta miskin ilmu
Bagai rumah tidak berdinding
Pinang muda dibelah dua
Anak burung mati diranggah
Dari muda sampai ke tua
Ajaran baik jangan diubah
Anak burung mati diranggah
Dari muda sampai ke tua
Ajaran baik jangan diubah
Anak ayam turun sepuluh
Mati satu tinggal sembilan
Tuntutlah ilmu sungguh-sungguh
Supaya engkau tidak ketinggalan
Mati satu tinggal sembilan
Tuntutlah ilmu sungguh-sungguh
Supaya engkau tidak ketinggalan
Anak ayam turun sembilan
Mati satu tinggal delapan
Ilmu boleh sedikit ketinggalan
Tapi jangan sampai putus harapan
Mati satu tinggal delapan
Ilmu boleh sedikit ketinggalan
Tapi jangan sampai putus harapan
Anak ayam turun delapan
Mati satu tinggal lah tuju
Hidup harus penuh harapan
Jadikan itu jalan yang dituju
Mati satu tinggal lah tuju
Hidup harus penuh harapan
Jadikan itu jalan yang dituju
Ada ubi ada talas
Ada budi ada balas
Sebab pulut santan binasa
Sebab mulut badan merana
Ada budi ada balas
Sebab pulut santan binasa
Sebab mulut badan merana
Jalan kelam disangka terang
Hati kelam disangka suci
Akal pendek banyak dipandang
Janganlah hati kita dikunci
Hati kelam disangka suci
Akal pendek banyak dipandang
Janganlah hati kita dikunci
Bunga mawar bunga melati
Kala dicium harum baunya
Banyak cara sembuhkan hati
Baca Quran paham maknanya
Kala dicium harum baunya
Banyak cara sembuhkan hati
Baca Quran paham maknanya
Ilmu insan setitik embun
Tiada umat sepandai Nabi
Kala nyawa tinggal diubun
Turutlah ilmu insan nan mati
Tiada umat sepandai Nabi
Kala nyawa tinggal diubun
Turutlah ilmu insan nan mati
Ke hulu membuat pagar,
Jangan terpotong batang durian;
Cari guru tempat belajar,
Supaya jangan sesal kemudian.
Jangan terpotong batang durian;
Cari guru tempat belajar,
Supaya jangan sesal kemudian.
Tiap nafas tiadalah kekal
Siapkan bekal menjelang wafat
Turutlah Nabi siapkan bekal
Dengan sebar ilmu manfaat
Siapkan bekal menjelang wafat
Turutlah Nabi siapkan bekal
Dengan sebar ilmu manfaat
Hati-hati menyeberang
Jangan sampai titian patah
Hati-hati di rantau orang
Jangan sampai berbuat salah
Jangan sampai titian patah
Hati-hati di rantau orang
Jangan sampai berbuat salah
Manis jangan lekas ditelan
Pahit jangan lekas dimuntahkan
Mati semut karena manisan
Manis itu bahaya makanan.
Pahit jangan lekas dimuntahkan
Mati semut karena manisan
Manis itu bahaya makanan.
Buah berangan dari Jawa
Kain terjemur disampaian
Jangan diri dapat kecewa
Lihat contoh kiri dan kanan
Kain terjemur disampaian
Jangan diri dapat kecewa
Lihat contoh kiri dan kanan
Anak ayam turun sepuluh
Mati satu tinggal sembilan
Tuntutlah ilmu dengan sungguh-sungguh
Supaya engkau tidak ketinggalan
Mati satu tinggal sembilan
Tuntutlah ilmu dengan sungguh-sungguh
Supaya engkau tidak ketinggalan
Anak ayam turun sembilan
Mati satu tinggal delapan
Ilmu boleh sedikit ketinggalan
Tapi jangan sampai putus harapan
Mati satu tinggal delapan
Ilmu boleh sedikit ketinggalan
Tapi jangan sampai putus harapan
Anak ayam turun delapan
Mati satu tinggal lah tujuh
Hidup harus penuh harapan
Jadikan itu jalan yang dituju
Mati satu tinggal lah tujuh
Hidup harus penuh harapan
Jadikan itu jalan yang dituju
Di tepi kali saya menyinggah
Menghilang penat menahan jerat
Orang tua jangan disanggah
Agar selamat dunia akhirat
Menghilang penat menahan jerat
Orang tua jangan disanggah
Agar selamat dunia akhirat
Tumbuh merata pohon tebu
Pergi ke pasar membeli daging
Banyak harta miskin ilmu
Bagai rumah tidak berdinding
Pergi ke pasar membeli daging
Banyak harta miskin ilmu
Bagai rumah tidak berdinding
Pinang muda dibelah dua
Anak burung mati diranggah
Dari muda sampai ke tua
Ajaran baik jangan diubah
Anak burung mati diranggah
Dari muda sampai ke tua
Ajaran baik jangan diubah
asam kendis asam gelugur
ke 3 asam riang riang
badan menangis di dlm kubur
teringat badan tak pernah sembahyang
ke 3 asam riang riang
badan menangis di dlm kubur
teringat badan tak pernah sembahyang
Kemumu di tengah pekan
Di hembus angina jatuh ke bawah
Ilmu yang tak pernah di amalkan
Bagai pohon tak berbuah
Di hembus angina jatuh ke bawah
Ilmu yang tak pernah di amalkan
Bagai pohon tak berbuah
Buah semangka buah labu
Buah di atas enak rsanya
Berbondonglah kamu menuntut ilmu
Karena wajib hukumnya
Buah di atas enak rsanya
Berbondonglah kamu menuntut ilmu
Karena wajib hukumnya
Naik pesawat ke pakistan
Sampainya pasti cepat
Belajarlah dari kesalahan
Kelak kebahagiaan akan di dapat
Sampainya pasti cepat
Belajarlah dari kesalahan
Kelak kebahagiaan akan di dapat
Pantun Perpisahan
Tuai
padi antara masak
Esok jangan layu-layuan
Intai kami antara nampak
Esok jangan rindu-rinduan
Kalau ada sumur di
ladangEsok jangan layu-layuan
Intai kami antara nampak
Esok jangan rindu-rinduan
Boleh saya menumpang mandi
Kalau ada umur yang panjang
Boleh kita berjumpa lagi
Hari ini menanam jagung
Hari esok menanam serai
Hari ini kita berkampung
Hari esok kita bersurai
Malam ini menanam jagung
Malam esok menanam serai
Malam ini kita berkampung
Malam esok kita bercerai
Hari ini menugal jagung
Hari esok menugal jelai
Hari ini kita berkampung
Hari esok kita bercerai
Batang selasih permainan budak
Berdaun sehelai dimakan kuda
Bercerai kasih bertalak tidak
Seribu tahun kembali juga
Orang Aceh sedang sembahyang
Hari Jumaat tengah hari
Pergilah kasih pergilah sayang
Pandai-pandailah menjaga diri
Mana Manggung, mana Periaman
Mana batu kiliran taji
Tinggal kampung tinggal halaman
Tinggal tepian tempat mandi
Bintang Barat terbit petang
Bintang Timur terbit pagi
Jika tidak melarat panjang
Ada umur ketemu lagi
Dari mana hendak ke mana
Tinggi ruput dari padi
Tahun mana bulan mana
Dapat kita berjumpa lagi?
Dian tiga lilin pun tiga
Tanglung tergantung rumah laksamana
Diam juga sabar pun juga
Ada umur tidak ke mana
Tuan puteri pergi ke Rasah
Pulang semula sebelah pagi
Kita bertemu akhirnya berpisah
Diizin Tuhan bersua lagi
Pantun Melayu Sastera Rakyat
Pantun Serbaneka
Pantun Adat dan Resam Manusia
Kumpulan Pantun Melayu, DBP 1983
JENAKA
Ikan bandeng
jangan di panggang
kalau di panggang banyak minyaknya
cowok ganteng jangan di pandang
kalau di pandang banyak laganya
kalau di panggang banyak minyaknya
cowok ganteng jangan di pandang
kalau di pandang banyak laganya
GURINDAM
Menurut Raja Ali Haji gurindam
adalah perkataan dengan syarat dan sajak akhir pasangannya, tetapi sempurna
perkataannya dengan syarat dan sajak yang kedua seperti jawab. Untuk lebih
jelasnya bisa dilihat pada contoh berikut.
Jika kita rajin belajar
pastilah kita menjadi pintar
pastilah kita menjadi pintar
Awal diingat akhir tidak
Alamat badan akan rusak
Kurang pikir kurang siasat
Isyarat dirimu kelak tersesat
Kalau mulut tajam dan kasar
Boleh ditimpa bahaya besar
Alamat badan akan rusak
Kurang pikir kurang siasat
Isyarat dirimu kelak tersesat
Kalau mulut tajam dan kasar
Boleh ditimpa bahaya besar
cahari olehmu akan sahabat
yang dapat dijadikan obat
cahari olehmu akan guru
yang mampu memberi ilmu
cahari olehmu akan kawan
yang berbudi serta berkawan
cahari olehmu akan abadi
yang terampil serta berbudi
yang berbudi serta berkawan
cahari olehmu akan abadi
yang terampil serta berbudi
sebelum bekerja pikir dahulu
agar pekerjaan selamat selalu
kalau bekerja terburu-buru
tentulah banyak keliru
agar pekerjaan selamat selalu
kalau bekerja terburu-buru
tentulah banyak keliru
Barang siapa mengenal
dunia
Taulah ia barang
yang terpedaya.
KARMINA
Bandung dulu baru jakarta
Senyum dulu baru di baca
Senyum dulu baru di baca
Jadi pelaut haruslah skil
Bunga sepatu bunga mawar
Jangan malu kalau belajar
Ke Johar membeli sukun
Kalau belajar haruslah
tekun
Beli gitar yang warna coklat
pilih pacar yang pintar sholat
Pergi ke Iran naik perahu
Sesama teman harus membantu
Burung pipit indah suaranya
biar sipit banyak ceweknya
Pergi ke Medan naik kereta api
Sesama teman jangan berkelahi
Membaca buku dalam
perpustakaan
mendapat ilmu dalam pendidikan
Beli penggaris saling berebut
Anak manis jangan
cemberut
Burung nuri makan pepaya
jangan mencuri nanti dipenjara
Buang hajat di rawa – rawa
Orang jahat hidupnya sengsara
gendang gendut tali kecapi
Bermain boneka di atas meja
Anak durhaka penghuni neraka
Buah ceri merah warnanya
jagalah diri sucikan jiwa
Tujuh sau tiga empat
Tututlah ilmu sampai dapat
Berlayar menuju ke lautan
kasihan kamu tak
berpengetahuan
Buah mangga buah
manggis
gak nyangka gua manis
SYAIR
1.
Elok rupamu merayu-rayu
Mentari jingga menerpanmu
Angin menyanyi di sela riuhmu
Nyiur menari menikmatimu
Mentari jingga menerpanmu
Angin menyanyi di sela riuhmu
Nyiur menari menikmatimu
Nyiur terlena di atas pelanamu
Insan tertawa memandang senyumanmu
Air gemercik membasahimu
Duhai pertiei harapan rindu
Lalulah berjalan Ken Tambuhan
diiringkan pelipur dengan tadahan
lemah lembut berjalan perlahan-lahan
lakunya manis memberi kasihan.
wajah yang manis,pucat,berseri
laksana bulan kesiangan hari
berjalan tunduk memikirkan diri
tiada memandang kanan dan kiri.
2.
SYAIR-SYAIR
KEHIDUPAN
Dahulu jiwa tercipta tidak ada yang percaya
Bahwa jiwa akan berbuat aniaya terhadap sesama
Atas kasih sayang jiwa menjadi mulia
Semesta sujud berikan penghormatan
Jiwa turun kedunia karena wanita
Karena wanita jiwa mengerti arti bahagia
Wanita dicipta untuk jiwa agar memahami arti cinta
Dgn cinta jiwa mengerti bahwa jiwa adalah seorang hamba
Cinta bukan memiliki akan tetapi hanya ingin dimiliki
Biarlah cinta yang membawa jiwa kepada pemiliknya
Hanya Tulus dan Ikhlas yang membuat cinta itu bermakna
Karena Cinta telah cukup untuk cinta
Yang Maha Esa Mencipta alam semesta
Yang Maha Esa Mencipta manusia bukan dengan sia-sia
Tetapi hanya ingin menunjukkan apa itu bahagia
Agar manusia mengerti bahwa ia adalah seorang hamba yang memiliki Raja
Manusia turun kebumi untuk diuji
Untuk menjadi manusia sejati
Muliakan hati untuk mendapatkan derajat tertinggi
Menjadi kekasih yang dikasihi dan diberkati
Apakah Dunia tak seindah rupanya
Menipu dan memperdaya selama hidupnya?
Dunia ini telah menenggelamkan manusia, begitu kejamkah dunia ?
Sesungguhnya dunia dicipta untuk melayannya
Dahulu jiwa tercipta tidak ada yang percaya
Bahwa jiwa akan berbuat aniaya terhadap sesama
Atas kasih sayang jiwa menjadi mulia
Semesta sujud berikan penghormatan
Jiwa turun kedunia karena wanita
Karena wanita jiwa mengerti arti bahagia
Wanita dicipta untuk jiwa agar memahami arti cinta
Dgn cinta jiwa mengerti bahwa jiwa adalah seorang hamba
Cinta bukan memiliki akan tetapi hanya ingin dimiliki
Biarlah cinta yang membawa jiwa kepada pemiliknya
Hanya Tulus dan Ikhlas yang membuat cinta itu bermakna
Karena Cinta telah cukup untuk cinta
Yang Maha Esa Mencipta alam semesta
Yang Maha Esa Mencipta manusia bukan dengan sia-sia
Tetapi hanya ingin menunjukkan apa itu bahagia
Agar manusia mengerti bahwa ia adalah seorang hamba yang memiliki Raja
Manusia turun kebumi untuk diuji
Untuk menjadi manusia sejati
Muliakan hati untuk mendapatkan derajat tertinggi
Menjadi kekasih yang dikasihi dan diberkati
Apakah Dunia tak seindah rupanya
Menipu dan memperdaya selama hidupnya?
Dunia ini telah menenggelamkan manusia, begitu kejamkah dunia ?
Sesungguhnya dunia dicipta untuk melayannya
Bencana alam terjadi bukan karena usia dunia yang sudah tua
Tetapi manusia yang berbuat semena - mena terhadapnya
hanya ingin dilayani tetapi tidak ingin melayani
bencana tercipta karena manusia lupa hingga Yang Maha Murka
Hanya jiwa yang mengerti jiwanya
Hanya Jiwa yang sadar dapat mengerti jiwanya
Bahwa jiwa tidak selamanya didunia
Bahwa usia telah berkurang dalam dunianya
Assalamualaikum ucap jiwa dalam hati
Jiwa Panjatkan doa sekedar berharap kepada ilahi
Mengetuk pintu sebagai tamu
Berharap diterima sebagai tamu yang diharapkan.
Oh, Pantaskah aku bertamu dengan ini?
Tanpa busana kebanggaan yang melekat pada diri
Akankah jiwa dihormati dan tidak dipandang setengah hati
Kukatakan padamu bahwa tuanku seorang pemurah hati.
Kemewahan tidak membuat jiwa mulia
Tanpa busana pun manusia bisa menjadi mulia
Bukankah jiwa datang tanpa harta?
Dan tahukah kamu harta apa yang paling mulia?
Sang Maha mewariskan Surga dan neraka
Bagi Hamba Yang bertaqwa dan durhaka
Puja dan Puji Bagi sang Maha
Engkau adalah Keadilan ilahi
Engkau cipta sang kaya dan kaum papa
Agar mereka bisa memberi dan menerima
Perbedaan yang berarti sama
Bahwa mereka sebenarnya tiada memiliki apa-apa
3.
Syair Kehidupan
Hari ini aku merana
Ditinggal ayah dan bunda
Pergi untuk selamanya
Meninggalkan alam yang fana
Kusadar itu sudah takdir-Nya
Karena semua adalah milik-Nya
Yang kan kembali pada yang
kuasa
Semua harus siap menjalaninya
Kucoba melupakan semua itu
Untuk mengikhlaskan hatiku
Kutahu semua adalah milikmu
Kami tak boleh menyesali
takdirmu
Hatiku kembali bahagia
Saat kutemukan surga dunia
Sesuai amanat ayah dan bunda
Kupunya keluarga yang taat agama
4.
Syair Ayah dan Ibu
Wahai engkau seorang ibu
Engkau mempertaruhkan
nyawamu
Demi kelahiran putra –
putrimu
Kau besarkan dengan
ketulusanmu
Wahai engkau seorang ayah
Engkau bekerja bersusah
payah
Hanya untuk mencari
nafkah
Demi keluarga yang di
rumah
Wahai ibu dan ayahku
Aku selalu mengingat
dirimu
Akan membalas jasamu
Walaupun tarhannya
nyawaku
5.
IBU
Sembilan bulan kau
mengandungku
Siang malam kau kasihi
aku
Kau dendangkan suara lagu
Lagu indah penenang kalbuku
Aku terlahir karenamu
Kuterlindungi oleh
kasihmu
Kubesar karena belaianmu
Ku di dunia karena
usahamu
Kini aku beranjak dewasa
Mulai mengerti indah
dunia
Ibu Kau takkan kulupa
sampai sepanjang masa
Ibu bimbinglah aku sampai
tua
Agar aku tahu tenyang
agama
Membuat semua orang bahagia
Selamat di akhirat dan
dunia
6.
Idul Fitri
Telah datang bulan
Ramadhan
Bulan yang penuh ampunan
Bagi umat yang
menjalankan
Menahan nafsu selama
sebulan
Gema takbir dikumandangkan
Mengagungkan kebesaran Tuhan
Menyambut hari yang dinanti –nantikan
Hari lebaran yang penuh kemenangan
Pagi hari sholat Id
bersama
Menuju masjid untuk
berdoa
Memohon ampunan Allah yang
Esa
Untuk mendapat Rahmat dan
Ridonya
Hari lebaran hari kemenangan
Saat untuk bermaaf – maafan
Atas segala kesalahan
Yang sela in kita lakukan
1.
KENANGAN DARI MITRA-KU
KENANGAN DARI MITRA-KU
Karya ini kupersembahkan
dengan
Sepenuh hati
Hanya engkau dan
aku
Yang tahu tentang MITRA
Dua puluh tahun
Aku kubur dalam kebahagiaan
Kebahagiaanku dan kebahagiaanmu
Sejak itu
Semuanya terlupakan
Tapi kini
Engkau kembali dalam kehidupan
Dengan kenyataan yang ada
Aku benci jiwaku
Menangis dan bergetar
Mengenangmu
Karena dirimu
Pernah ada dalam hatiku
Dengan harapan dan impian
Lihatlah istri suami dan anak-anak
Mereka membahagiakan
Sangat berdosa jika harus menyakitinya
Jiwaku terbang melayang
Bila bertemu denganmu
Kumohon jangan pertemukan kami,
Kecuali di surga
Namun CINTA
tidak harus dimiliki
tapi juga
dihargai ,dan dihormati
tidak harus dimiliki
tapi juga
dihargai ,dan dihormati
Dengan segala yang ada
Akan selalu ku hargai dan kuhormati
Dirimu
Dan
Sebagai manusia
Yang selalu berlindung kepada Nya
Kumohon
Hilangkan rasa
yang ada
Karena
Di ambang batas kemampuan
Segala sesuatunya
Harus diterima dengan
IKHLAS
Di ambang batas kemampuan
Segala sesuatunya
Harus diterima dengan
IKHLAS
Selamat Menjalani Hidup
Dengan Ridlonya
Semoga kita selalu ditunjukkan
Jalan Kebenaran
Dengan Ridlonya
Semoga kita selalu ditunjukkan
Jalan Kebenaran
2.
MUTIARA KENANGAN
BUAT BAPAKKU TERSAYANG
MUTIARA KENANGAN
BUAT BAPAKKU TERSAYANG
Empat
tahun yang lalu
Dari
Gunung Gandul , kota thiwul
Datanglah
seorang bibit unggul
Menebarkan
benih kedisiplinan , kekeluargaan
Kesejahtaraan,
dan ide-ide baru yang selalu muncul
Selalu
jujur, teratur, dan manjur
Dalam
member tutur, sembur termasuk uwur
Dan
selalu berusaha untuk tidak ngawur!
Yeah…itulah
sosok Bapakku dari kota jamu Air Mancur
Yang
pikirannya tidak pernah mau tidur
Idenya
dan gagasannya selalu bertelur
Kadang-kadang kurang tidur, karena harus
nglembur
Bahkan
tidur pun terkadang sampai nglindur
Sampai-sampai
Bapakku ini empat tahun di sini
Tubuhnya
tidak bisa subur
Namun
sekarang sudah akan kabur.
Selamat
jalan Bapakku
Selamat
berbakti di tempat yang baru
Selamat
berpisah Bapakku
Doa kami
senantiasa menyertai
Semoga
yang Maha Kuasa meridoi
(Di tulis dan dibacakan pada perpisahanKepala Sekolah
Bapak Drs. Sumarno
Yang berpindah tugas dari SMP N 36 ke SMPN 39 Semarang)
3.
GORESAN HATI NURANI BUAT BU HAJAH AGNES SUWARNI
GORESAN HATI NURANI BUAT BU HAJAH AGNES SUWARNI
Sejak April 2004, Bu Agnes Suwarni bersama kami,
mengabdi, membenahi, mengatur strategi dan
tidak lupa menyikapi opini-opini terkini
yang terjadi di sekolah ini
Bersama
Bapak / Ibu guru yang semua berhati nurani
Berkreasi,
meniti dan menapaki tangga-tangga prestasi
Banyak sudah yang Ibu sikapi, untuk kami ini
Absensi selalu
terdeteksi yang tidak (s) atau (i)
Tak hanya ditandai atau dicoreti tetapi juga diteliti, dicari,
untuk diberi sangsi
agar tidak mengulangi
Setiap
kami dievaluasi , ibu juga aktif menangani,
Nilai
ulangan kami ditandatangani, yang jelek ibu garisbawahi,
Walau
kadang kami tidak ditindaklanjuti.
Kami kadang-kadang lepas kendali
Ramai di kelas,
emosi, tapi maksud kami adalah diskusi,
mengembangkan
kreasi. Dan… Ibu pun dating menyikapi
kelas ibu masuki, walau sudah ada Bapak / Ibu Guru di kelas kami
Kadang kamijadi kurang berani berkreasi berakselerasi, berinovasi
Karena ibu sering mengebiri dan membatasi
Tetes
demi tetes keringat Bu Agnes menetes
Menetas
dan menggores, meninggalkan kenangan
Yang
tak mudah dilupakan
Ada yang menangis mengesankan
Ada juga yang pahit menyakitkan
Di
pojok depan yang dulu warung makan,
Sudah
berubah menjadi Moshula tempat untuk tadarusan
Dan
bersujud di hadapan Tuhan
Kelas-kelas yang dulu kurang nyaman
Sudah diberi polesan hingga kami menjadi krasan
Walau pelajaran sampai jam kesembilan
Bahkan
kita juga merasa lebih aman
Setelah
memenangkan proses eyel-eyelan pangjang
Dengan
Saudara kita SMEA Veteran
Walau
harus urusan dengan kepolisian, pengadilan
Dan
perang argument di Koran-koran
Bu Agnes Suwarni, kami hanya bisa menyuguhkan ini,
Belum mampu member tali asih yang lebih dari puisi ini
Dan
kami titip mengingatkan suatu sesanti
Dari
leluhur yang bernilai tinggi
Untuk
Ibu maknai yaitu UTRI
Ulat…
Ucap …dan Ulah..!
Ulat yang selalu ramah, Ucap yang berhati-hati
Dan Ulah yang nengsemke
ati.
Selamat
jalan Ibu Kepala Sekolahku, selamatmengabdi di tempat yang baru
Di
tempat yang baru semoga bisa lebih menunjukkan kemabruran Ibu
Dapat bersatu dengan Bapak / Ibu Guru, memajukan
siswa-siswi di situ.
Selamat
berpisah Ibu Hajah Agnes Suwarni, doa kami senantiasa menyertai
Semoga
yang Maha Kuasa meridhoi
(Di tulis dan dibacakan pada perpisahanKepala Sekolah Ibu
dra. Agnes Suwarni
Yang berpindah tugas dari SMP N 36 ke SMPN 31Semarang)
4.
SEKOLAHKU
TERSAYANG,
SEKOLAHKU
TERSAYANG,
SEKOLAHKU YANG PENUH KENANGAN
- Tiga
tahun sudah…kami mengenyam pendidikan
+Di
Jalan Plampitan yang tak jauh dari toko mas Kranggan
- Di
sekolah yang penuh kenangan
+ Di
gedung tua yang dulunya diperoleh dari sebuah perjuangan
- Gedung kokohnya tampak letih kelelahan
+ Karena sejak dulu sarat dengan muatan
- Pernah pagi untuk SMEA unggulan, siang
untuk SMEA amatiran
+ Dan malamnya masih digunakan untuk IKIP
Veteran
-
Ruangan=ruangan ada yang sudah dibuat nyaman
Terang, kipasan , lantainya keramikan
+ Namun
ada juga yang panasnya masih tidak karuan
Lantainya masih tegelan, dindingnyapun
masih ukir-ukiran
+ dan
kalau hujan masih ada yang ketrocohan
Halaman depan pun bisa seperti lautan
-
Yeah…bagaimanapun juga itulah sekolahku tersayang
+ SMP
Negeri tiga puluh enam Semarang
- Di
sekolah ini kami belajar, menuntaskan wajib belajar di pendidikan dasar
+
Mencapai cita-cita hingga kelar
-
Bersama Bapak/ Ibu pengajar
+ Yang tidak
hanya pandai mengajar
-
Berkoar, berkelakar, dan mencakar!
+ Tapi juga pintar dan semakin sabar-sabar
- Di sini kami menuntut ilmu, menyingsingkan
lengan baju
+
Potensiku terpacu hingga bertambah maju, demi cita-cita dan masa depanku
- Bersama Bapak dan Ibu Guru, Yang tidak hanya
bisa digugu dan ditiru
+
Tetapi juga mau sebagai tempat mengadu
- Kami
yang kini tak lama lagi
Akan meninggalkan SMP tersayang ini
+ Hanya
bisa member sesanti
Agar sekolah ini bisa menggali potensi
-
Karena belum banyak yang tergali di luar akademi
Lebih-lebih di bidang akademi
+agar
tak tertinggal jauh di antara sekolah negeri
Dalam menorehkan prestasi
-
Majulah terus SMP Negeriku 36
Kejarlah SMP 3 atau paling tidak sejajar
dengan SMP 6
+
Selamat berjuang Bapak/ Ibu Guru
Untuk sekolah ini yang mulai merintis maju
-
Tingkatkan semangat belajarmu adik-adikku
Pacu terus prestasi melebihi kakak-kakakmu
+
Selamat berpisah Bapak/ Ibu dan adik-adiku
Mohon maaf semua kesalahanku
-
Semoga yang kuasa selalu meridhoi
Amin !!!
( Ditulis tahun 2000 dan sudah beberapa kali dibacakan
pada acara pelepasan kelas IX )
5.
RENUNGAN GERILYAWAN TUA
RENUNGAN GERILYAWAN TUA
Pak tua
Ismoyo tercenung
Tenggelam
dalam kelam di tengah malam
Terngiang
gaung gerilya di masa silam
Pelan-pelan
angannya menyibak kembali
Sejarah
perjuangan negeri ini.
“Ya…cukup tua,
lima puluh tahun sudah ibu pertiwi ini
tergugah
lepas dari
penindas yang tak pernah puas memeras
mulai Portugis yang menyulut imperialis
berpapas Spanyol dalam menjarah
rempah-rempah
disusul VOC Belanda dengan politik adu
dombanya
dan Inggris walau hannya sementara
lalu Belanda lagi, yang nekat sampai tiga
setengah abad
kemudian si kejam Jepang, yang mula-mula
ngakunya Saudara Tua”
“Ya…
cukup dewasa, setengah abad sudah
Bung Karno – Bung Hatta menyulut gemuruh
proklamasi
menjunjung tinggi pekik MERDEKA pada titik
kulminasi
melahirkan NKRI yang bertekat hidup mandiri
menebarkan-sebarkan daya juang taruna bangsa
untuk membetengi
dengan berselubung semangat MERDEKA atau
MATI”
Nanar
sorot mata Pak Ismoyo
Mengenang
, merenung dan menatap generasi penyambungnya
Terhentak
dalam misteri pertanyaan
Bagaimana generasi sekarang mengapresiasi tahun emas
bangsanya?
(Diikutsertakan dalam lomba penulisan Puisi
TAHUN EMAS KEMERDEKAAN ANTV, Mei 1995)

6.
WASIAT GERILYAWAN TUA UNTUK GENERASI PENYAMBUNGNYA
“Anakku ..cucuku…generasiku
hayatilah jiwa
kemerdekaan bangsamu
ilhamilah
semangat dan nilai juang’45, pendahulumu
jangan sia-siakan
warisan luhur itu
Tegakkan,
Pertahankan, dan Lestarikan!”
“Ingat, amat
besar nilai warisan bangsamu ini
tengok ke
dunia sana
bangsa
manapun tak mampu menandingi
MERDEKA
berkat perjuangan sendiri, tidak dihadiahi,
Bersama
pijar Pancasila dan sinar naungan Undang-undang Dasar’45”
“Anakku
..cucuku…generasiku
perjuangan
bangsamu masing panjang
tantangan
masih terus menghadang
siapkanlah, belajarlah !
agar kamu
mendalami arti perjuangan
agar kamu
terlibat aktif ambil peranan
sekarang,
esok, dipundakmulah!
negeri ini
akan jaya dan sentosa
di
tengah-tengah kemerdekaan dunia.”
(Diikutsertakan
dalam lomba penulisan Puisi TAHUN EMAS KEMERDEKAAN ANTV, Mei 1995)
7.
TANGIS KEBEBASAN
TANGIS KEBEBASAN
Langit
cerah
Sepoi
angin timur mulai mengusik
Daun-daun
kuning di bulan April berguguran
Berhamburan
di persada yang mulai mongering
Burung-burung
bernyanyi lincah
Pagi
itu...
Bayiku
lahir, terbebas dari kungkungan
Dinding
rahim Nur Endah Pamikat sih-ku
Menangis..
mengumandangkan nyanyian surge
Menangislah
anakku!
Menyanyilah
merdu-merdu!
Untuk
menylimur kepedihan ibumu
Menangislah sekuatmu anakku
Paru-parumu
akan kuat
Terbiasa
dengan udara kebebasan
Jiwa-ragamu
akan liat
Kuat luar
biasa
Untuk
menembus cakrawala
Menentang
kebebasan di atas kekerasan dunia.
(ditulis setelah kelahiran Taufiqy Seno Aji , anandaku
yang pertama , April 1995)

8.
Wahai
Ramadhon
Wahai
tetamu ramadhon...untuk mu rahmat dan keampunan
airmata taobat tadarus kumandang,berselimut tarawih .....
berbantal tahajjud.imarah masjid semarak berseri sujud..
bisakah ramadhon ini ramadhon terbaik untuk ku...????
kekal amal ibadat tidak berbalik,,,kita tidak mungkin tahu
apakah kelak bertemu Ramadhon baru...
akan kupahatkan ....janji ku ..ukiran besar di dinding kalbu ku
dari pesan AL-Ghazali. kata nya...:
Yang jauh itu waktu
Yang dekat itu mati
Yang bsar itu nafsu
Yang berat itu amanah di bahu....
Ramadon jadi ujian besar manusia,bukan cuma menahan lapar dahaga
ujian hati dan nafsu merentas masa,pasrah kita padanya
segala urusan segala perkara...
Ramadhon kerinduan ku yang tulus...
kusambut hadir mu dg halus........
ramadhon temani aku hingga ke hujung kahadiran mu...
biarku hiasi hari2 mu...dg taqwa dan tawakal ku..
airmata taobat tadarus kumandang,berselimut tarawih .....
berbantal tahajjud.imarah masjid semarak berseri sujud..
bisakah ramadhon ini ramadhon terbaik untuk ku...????
kekal amal ibadat tidak berbalik,,,kita tidak mungkin tahu
apakah kelak bertemu Ramadhon baru...
akan kupahatkan ....janji ku ..ukiran besar di dinding kalbu ku
dari pesan AL-Ghazali. kata nya...:
Yang jauh itu waktu
Yang dekat itu mati
Yang bsar itu nafsu
Yang berat itu amanah di bahu....
Ramadon jadi ujian besar manusia,bukan cuma menahan lapar dahaga
ujian hati dan nafsu merentas masa,pasrah kita padanya
segala urusan segala perkara...
Ramadhon kerinduan ku yang tulus...
kusambut hadir mu dg halus........
ramadhon temani aku hingga ke hujung kahadiran mu...
biarku hiasi hari2 mu...dg taqwa dan tawakal ku..
DAFTAR
PUSTAKA
Murniasih, Tri Retno
dan Sunardi. 2008. Pelajaran bahasa Indonesia 3: untuk SMP/MTs kelas IX
Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Nurgiyantoro, Burhan.
2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada 10 University
Press.
Santosa, Wijaya Heru
dan Sri Wahyuningtyas. 2010. Pengantar Apresiasi Prosa. Surakarta: Yuma
Pustaka.
Setyorini, Yulianti dan
Wahono. 2008. Bahasa Indonesia: SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.
Sukada, Made. 1987. Beberapa
Aspek tentang Sastra. Denpasar: Penerbit Kayumas & Yayasan Ilmu dan
Seni Lesiba.
Tim Penyusun. 1994. Penataan,
Penitian dan Pembinaan Apresiasi Sastra. Sebuah naskah berupa essai SMP
Negeri 1 Manggis. (pustaka: Memahami Puisi “Prof. Dr. Mursal Esten, Angasa
1995)
ebookbrowse.com/apresiasi-puisi-puisi-sastra-inggris-copy-1-pdf-
id.wikipedia.org/wiki/Puisi
Koleksi
puisi karya Penulis






0 komentar:
Posting Komentar